Chapter 1: Hari Pertama dan Terror Awal Joker

1.3K 79 1
                                    


Hari ini adalah hari pertama ane memasuki sekolah berasrama setara SMA di Tangerang untuk beberapa tahun kedepan. Suasana saat itu sangatlah ramai dengan mobil – mobil dari orang tua siswa yang memenuhi seluruh lapangan yang disediakan oleh sekolah. Ane tidak datang bersekolah di sini sendirian, ane ditemani saudara ane yang Bernama Rafi, dan kami pun telah membooking kamar asrama yang sama.

Setelah mendapatkan kamar bernomor 304 yang ada di lantai 3 (denah akan digambarkan nanti), ane mulai membersihkan dan menyimpan barang – barang yang berada di koper lalu ane simpan di lemari. Rayon asrama ini Bernama Umba, tentu saja nama samaran. Setelah seluruh pakaian ane rapihkan, lanjutlah ane berbaur dengan teman – teman sekamar.

Teman – teman kamar 304 ini berjumlah sepuluh orang, tidur dengan Kasur tingkat berjumlah 5. Perkenalan pun terjadi, ane perkenalkan nama ane Rama yang akan mengisi ranjang bawah pertama, dengan Rafi yang mengisi ranjang atas. Kemudian ada Radit yang berpasangan dengan Fajri dengan posisi Adit di ranjang bawah, dekat dengan ane, Oh ya, untuk kedua pasangan ini, mereka merupakan orang asli Sulawesi yang merantau kemari. Ardi dengan Farhan, Farhan menempati ranjang bawah. Ada pula Ibra dan Ahmad, mereka berdua merupaka perantau juga yang berasal dari suatu daerah di bagian timur Indonesia, posisi tidur Ibra berada di ranjang bawah. Dan duo terakhir merupakan orang asli Tangerang Bernama Herman dan Raihan.

Tak terasa obrolan kami seputaran serunya berkenalan dan bercerita tentang kehidupan kami sebelum masuk ke asrama ini sudah membuat malam semakin larut. Saat ane tengok, jam telah menunjukan pukul 2 malam.

Pada detik itu, semua masih terasa menyenangkan, tak satupun dari kami ada yang berpikir akan hadirnya 'sosok' yang tidak menyenangkan sama sekali.

Setelah beberapa menit masih berbincang, kami pun memutuskan tidur karena takutnya besok kecapekan saat ada aktifitas penyambutan siswa baru. Karena ini adalah malam pertama pengenalan, kami pun memutuskan untuk menurunkan seluruh Kasur kami dari ranjang ke permukaan lantai dihadapan ranjang, dan tidur berdampingan di lantai, kalau kata Ibra sih biar 'solid' kedepannya, haha. Untungnya pada titik ini kita masih bebas, penjaga asrama yang merupakan kakak kelas 3 masih belum sepenuhnya mendisiplinkan apapun di hari pertama.

Sebagai gambaran, ane kasih tau aja nih posisi tidur dan Kasur kami dekat dengan jendela kamar yang menghadap ke lorong lantai 3 ini: Rafi, Fajri, Ane, Radit, Ibra, Ahmad, dan sisanya yang berada dipojok tembok kamar. Meski sudah pada posisi, kita tidak langsung tidur, masih ada sedikit obrolan diantara kami, hingga akhirnya ane sendiri yang tak sadar tepar duluan padahal masih dalam obrolan, haha.

.

.

.

SREEKKK

Sebuah gesekan terdengar kencang di telinga ane, seketika itu pula ane terbangun dari tidur. Waktu menunjukan pukul setengah 4 subuh. Tentu saja ane yang masih mengantuk tidak begitu niat untuk mencari suara apa barusan.

Namun saat ane memalingkan mata kearah samping, tepatnya kearah Radit, kulihat Radit masih duduk di kasurnya dan belum tidur, sementara teman – teman kamar kita yang lain sudah terlelap. Kuperhatikan, matanya melotot tajam namun kosong, tubuhnya pun tampak berkeringat dingin.


Ane tanya lah dia, "Ente kanapa, dit?"

Dia tak bergeming sama sekali, bahkan tampak seperti tak mendengar suara ane.

Karena mata ane yang masih berat dan mengantuk, kubiarkan Radit seperti itu, dan kutinggal tidur.

.

.

.

"Ram Bangun! Ram!" Sahut sodara ane yang Bernama Rafi itu menggoyang – goyangkan tubuh ane hingga membuat ane terbangun dari tidur.

Yang ane lihat, jam sudah menunjukan pada pukul setengah 5, kemudian ane lihat Rafi yang tampak panik. Ane yang penasaran pun melihat teman – teman yang lain, mereka duduk melingkari ane dan Radit dengan ekspresi yang panik serta khawatir.

Dan ente tau apa yang terjadi?

Gue melihat Radit, dia masih dalam posisi yang sama seperti saat gw terbangun satu jam yang lalu pada pukul setengah 4!

"Astagfirullah dit! Kenape lu?!" Tanya gue kaget agak menjauh darinya.

Bedanya dari saat ane mempergokinya jam setengah 4 tadi, Adit yang sekarang tampak lebih pucat, seluruh badannya basah penuh keringat seperti baru saja diguyur oleh air. Dan yang lebih mengerikannya lagi, matanya tampak merah, mungkin karena ia berada dalam posisi yang sama semalaman.

Karena kami sadar itu bukan kapasitas kami, akhirnya kita memanggil penjaga asrama Umba.

Penjaga asrama itu membawa seorang kakek Bernama Umar yang menjadi penjaga dari seluruh asrama, tak hanya bangunan asrama Umba. Ia kemudian membacakan ayat – ayat keagamaan beserta kitab – kitabnya yang ane tak ketahui dan asing didengar. Radit yang dibacakan ayat tersebut pun perlahan menutup matanya dan tertidur.

Keesokan sore nya Radit bercerita ke seisi kamar dengan salah satu penjaga lantai 3 asrama ini, yang memang sedang sengaja mampir ke kamar ane.

"Jadi gini ram... Sebelum lu bangun, dan anak – anak masih tidur, gw kan masih belom bisa tidur ya... Gw liatin aja jendela kamar sambil menunggu kantuk... Tak lama dari itu, gw melihat sesuatu lewat di lorong koridor lantai 3 dengan cepat, kenceng banget kaya terbang! Saat lewat, bentuknya masih tidak jelas, gw yang penasaran pun tetap gw liatin jendela tersebut... EEEHHH TUH 'MAKHLUK' BALIK LAGI, TAPI KALI INI IA BERJALAN MUNDUR DENGAN MENGHADAP KEDEPAN, NAMUN MATANYA MELIRIK KEARAH GW!!!" Ucap Radit menejelaskan dengan gemetaran dan mata berkaca – kaca.

Kami semua dibuat bungkam, kakak kelas 3 yang berada di kamar kami saat ini tampak serius mendenagrkan tanpa menyangkalnya, seolah ia sudah terbiasa dengan cerita seperti itu.

"Bentuknya aneh... Tidak seperti hantu – hantu yang dijelaskan... Dibilang kuntilanak bukan... Dibilang pocong juga bukan... Bentuknya putih semua, kepalanya tampak oval tanpa leher dengan rambut panjag namun tipis seperti rontok... Dan yang paling membuat gw ketakutan adalah... BIBIRNYA MERAH TAK BERATURAN SAMPE KE TELINGA!!! SOBEK!!!" Lanjut Radit.

Kami semua tampak bungkam, ketakutan dan gemetaran mendengarnya. Itu adalah sosok yang terlalu menyeramkan untuk kami bayangkan...

Kemudian, kakak kelas 3 yang Bernama Musrar akhirhya buka mulut tentang hal tersebut...

"Kakak kenal apa 'MAKHLUK' yang dimaksud Radit... Nanti kakak bakal jelasin ke kalian, sekarang gak usah khawatir... Anggap saja itu sebagai bentuk peringatan untuk tidur dini dan tidak begadang... Nanti kakak bicarakan juga sama sama Pak Umar..." Ucap Musrar.

Kita masih terdiam bengong tak percaya...

Kakak kelas penjaga lantai 3 itu pun keluar, dengan ucapan "Di asram aini ada 3 makhluk yang sering digosipin sebagai 'penghuni' disini dan paling sering nongolin diri... Salah satunya adalah 'dia', makhluk paling tua di asrama Umba ini... Dari dulu kita udah menyebut nama dia sebagai Si Joker, karena mulutnya yang sobek seperti tokoh Joker dari komik barat itu lho..." sambil berlalu pergi.

Seluruh teman – teman ane pun panik, banyak dari mereka ingin pindah kamar dan pindah lantai dari asrama tersebut. Bahkan Rafi yang merupakan saudara gw pun tampak khawatir dan ingin pindah sekolah.

Kami pun menjalani aktifitas kami setelahnya, hanya saja ane tak sengaja mendengar percakapan dari Kak Masrur saat di kantin bawah asrama Umba tenrtang penampakan semalam...

"Eh serius? Si Joker nongolin diri lagi ke anak – anak 304 yang baru?" Tanya teman Kak Masrur.

"Iya... Tapi yaa... Lagian Si Joker emang sempat menghuni kamar 304 waktu masih hidup dulu, kata legendanya sih begitu..." Balas Kak Masrur.

Ane panik tak karuan mendengar ucapan tersebut...

JOKER 304: KISAH HORROR ASRAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang