Maaf typo masih bertebaran dimana-mana.
Happy reading 🖤
Meski tangannya diperban, Vani tetap harus melakukan aktivitas seperti biasanya, dan kebetulan hari ini adalah jadwalnya Vani menjalani kerja part time.
Tama datang menghampiri Vani yang sibuk melayani pesanan customer dari balik counter, dia melakukannya dengan sebelah tangan dan Vani masih merasa beruntung karena bukan tangan kanannya yang terluka, kalau tidak akan terasa lebih merepotkan.
Tama terkejut bahwa Vani memaksakan diri bekerja dengan tangan yang terluka. "Van kenapa lo maksain masuk kerja ? padahal istirahat di rumah, hari ini biar gue aja yang handle" Tama yang khawatir menyuruh Vani untuk pulang, namun ia tetap tidak mau dan merasa masih sanggup untuk bekerja. "Ga Tam, gue lebih seneng disini ketimbang di rumah, gue janji gabakal bikin lo repot kok" Ucap Vani sambil nyengir.
"hmmmhh" Jawab Tama dengan hembusan nafas yang keras, memang ia tidak bisa memaksakan kehendaknya jika Vani sudah teguh dengan pendiriannya.
•••
23.00 WIB, Ruru's Cafe
Saatnya Vani pulang dari tempat kerjanya. Vani keluar dari pintu depan lalu diikuti Tama yang akan mengunicnya. Tama tiba-tiba menawarkan diri untuk mengantarkan Vani pulang, alesannya tentu saja karena khawatir dengan Vani, "yuk gue anter lo pulang"
"sorry Tam kayaknya gue naik ojek online aja" Vani menolak karena tidak ingin menjadi bahan gossip kalau dekat dengan Tama yang masih baru putus dari Sola, apalagi sampai menjadi tumbal penyebab mereka putus. iewwwhh
"ini bukan ajakan, tapi perintah" dengan mata melototnya, Tama menggandeng Vani ke tempat mobilnya di parkirkan.
Vani tetap menolak dengan melepas tangan yang saat ini sedang menggenggamnya "idihhhh, tolong ya jangan maksa, lagian mang ojol gue udah nyampe tuh, sayang kalo di cancel. byeee" Vani berlari meninggalkan Tama yang masih melongo, lalu menggelengkan kepalanya. "Hati-hati cewek keras kepala" gumam tama pelan.
•••
Vani pulang sendiri jalan kaki dari Café menuju halte bus. "Huffhh hampir aja tadi ketauan bohong, untung ada mang ojol yang nyasar hehehe" Vani menyunggingkan senyumannya mengingat kekonyolannya saking tidak ingin diantar pulang oleh Tama.
Dia mendudukan dirinya setibanya disana.Sudah 15 menit dia menunggu, karena mulai pegal Vani berdiri untuk mengecek melihat bus yang muncul dari kejauhan. Dia memicingkan matanya, melihat kendaraan dari kejauhan, namun bukan bus yang menuju ke arahnya, tiba-tiba ada motor yang melesat semakin mendekat dan pengemudinya mendorong badan vani sampai tersungkur.
"aaawwwhhh, gila lo yaa" Vani berteriak namun yang diteriaki sudah pergi jauh dari lokasi, ntah apa motifnya namun Vani merasa benar-benar kesal.
"neng, sini ibu bantu berdiri kayanya neng kerepotan apalagi tangannya lagi luka itu" Vani ditolong seorang wanita yang sudah berumur, dan sepertinya sedang menunggu bus juga. "makasih bu, maaf merepotkan" dan dibalas anggukan oleh si Ibu. Kini Vani sudah duduk kembali di tempat tadi dia duduk namun kini ditemani oleh ibu si penolong disamingnya.
Tintintin~
Suara klakson terdengar membangunkan lamunan Vani, sebuah motor berhenti di depannya.
"hehh, malah ngelamun, cepet naik!" Seseorang dengan helm fullface tiba-tiba mengajak Vani naik motornya. Tenang, Vani tidak akan kabur karena yang ada di depannya adalah si biang rusuh, Aga kampret ~ kalau kata Vani.
Sempat terpikir kalau dia sudah menunggu bus terlalu lama, tangannya pun terasa semakin sakit akibat benturan ke tiang halte dan kini ditambah bokongnya ikut tersungkur karena kejadian tadi apa salahnya dia menerima tawaran si pemilik motor yang kini masih menunggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Latin : Love Rain
Teen Fiction[FOLOW AKUN DULU SEBELUM BACA] [JANGAN LUPA VOTE DAN TINGGALKAN JEJAK KOMENANMU SETELAH MEMBACA] [HALLO.. Ini karya pertamaku,bantu support ya, thank u 😚] HUJAN Kenapa aku suka hujan ? Karena dari hujan aku belajar bahasa air Bagaimana berkali kali...