Joshua & Rahasia nya

11 2 0
                                    

Tempat favoritku di sekolah adalah perpustakaan. Hanya perpustakaan tempat yang sangat nyaman menjadi pelarianku dari kelas. Tempat yang sangat nyaman dan sunyi, karena tidak banyak murid yang datang kemari. Hampir setiap hari aku selalu ke perpustakaan untuk membaca buku-buku yang menarik. Biasanya tempat favoritku di perpustakaan adalah pojok dekat jendela. Membaca buku sembari melihat pemandangan di jendela menurutku sudah sangat nikmat, apalagi cuaca saat itu mendung atau menjelang hujan.

Hari ini aku memutuskan akan di dalam perpustakaan sampai jam pulang. Untung saja pelajaran hari ini tidak banyak. Namun, tidak biasanya ada yang menempati bagian pojok. Laki-laki itu sedang membaca buku persis di sebelah tempat yang biasa aku tempati. Tapi tak masalah ini tempat umum, banyak yang menempati. Aku duduk di sebelah laki-laki itu sambil membaca buku.

Saat sedang asyik membaca, laki-laki di sebelahku sedang memperhatikanku dan mulai mengajakku berbicara, "Oh ternyata kau suka cerita fantasi?"
"Iya, aku sangat suka cerita fantasi."
"Wah, bolehkah kau merekomendasikan cerita fantasi kepadaku? Aku juga sangat suka cerita fantasi!" tak ku sangka, ada laki-laki yang menyukai cerita fantasi seperti ku.

"Boleh, omong-omong siapa namamu? Kita belum berkenalan."
"Oh iya, aku Joshua." akhirnya kami saling memperkenalkan diri dan membicarakan banyak hal sampai kami pulang. Joshua sangat ramah. Aku kira laki-laki sepertinya akan masa bodoh atau acuh tak acuh. Ternyata dia sangat ramah. Dan lumayan tampan...

Sudah satu minggu kami berteman dan kami sudah seperti seorang teman lama yang tak berjumpa. Aku baru tahu ternyata Joshua satu angkatan denganku. Aku tidak tahu selama satu tahun kami satu angkatan. Apa aku yang terlalu tertutup ya....?

Joshua sangat baik, bahkan Joshua pernah mengajakku untuk mengunjungi rumahnya dan bertemu keluarganya. Keluarganya pun menyambut hangat kedatanganku. Aku sangat beruntung sekaligus senang bertemu Joshua. Dia teman pertamaku. Entahlah, aku menganggapnya teman atau tidak. Dia sangat baik kepadaku. Setiap Joshua dekat denganku, jantungku akan berdegup dengan cepat. Seharusnya aku tidak memiliki perasaan ini terhadapnya. Mungkin, mulai sekarang aku harus menganggap Joshua sebagai temanku. Tidak lebih.

Hari ini seperti biasanya aku dan Joshua akan pulang bersama. Kami pulang bersama karena arah jalan kami pulang sama, mungkin takdir atau kebetulan. Kami berjalan ber iringan dan diam.

"Baby blue." ujar Joshua tiba-tiba dengan menoleh ke arah ku.
"Apa maksudmu baby blue?"
"Entahlah, kau sangat cocok di panggil baby blue. Kau suka warna biru, bukan?"
"Iya, tapi kenapa baby blue..."
lalu dia hanya tertawa. Haah... bagaimana jantungku tidak berdegup dengan cepat? Dia tertawa saja sudah tampan.

"Sebentar lagi sudah arah rumahku, kalau begitu sampai jumpa! baby blue~" Joshua melambaikan tangannya padaku dengan senyuman manis seperti biasanya. Astaga... mungkin wajahku sudah merona padam karena nya. Dan aku pun berjalan menuju rumahku.

Esoknya, tepatnya saat pagi hari aku tidak bertemu dengan Joshua. Melihat batang hidungnya saja tidak.  Aku hanya berpikir mungkin dia sudah berada di kelasnya. Tapi saat aku ingin mengajaknya untuk istirahat bersama, aku tidak menemukan dia lagi. Astaga Joshua, hilang kemana dirimu?  Lalu aku bertanya pada salah satu teman di kelasnya.

"Permisi, apakah ada Joshua di kelas?"
"Joshua? Tidak ada siswa bernama Joshua, mungkin kau salah kelas."
"Tidak... aku yakin ini kelas Joshua."
"Maaf, tapi tidak ada yang bernama Joshua disini." apa maksudnya ini? Apakah dia sedang membohongiku? Padahal jelas-jelas dihadapanku sekarang adalah kelas Joshua. Haah... baiklah mungkin Joshua tidak masuk atau, tidak ingin bertemu denganku.

Sepanjang hari aku hanya diam memikirkan keberadaan Joshua. Aku tidak fokus dengan pelajaran di kelas. Tidak fokus dalam segala hal.

Bel tanda pulang sudah berbunyi. Aku segera cepat-cepat pulang dan ingin menghampiri Joshua di rumahnya. Saat aku sedang menunggu bus di halte, tiba-tiba hujan turun dengan deras. Ya Tuhan! Hari ini aku tidak membawa payung. Dan aku harus berlari di tengah hujan yang deras?! Yang benar saja...

Buru-buru aku memasuki bus dan mencari tempat duduk yang nyaman. Aku masih tidak bisa berhenti memikirkan Joshua. Kemana dia? Mengapa aku tidak bertemu dengannya sejak pagi?

Tak lama bus itu berhenti dan hujan masih deras. Banyak orang berlari karena tidak membawa payung. Untung saja aku tidak sendiri. Aku berlari menuju rumah Joshua di tengah hujan yang mengguyurku. Aku tidak peduli, yang penting saat ini aku ingin bertemu dengan Joshua. Tepat di depan rumah Joshua, hujan mulai mereda. Tidak se deras tadi.

Sekarang aku sudah berada di depan rumah Joshua. Rasanya benar-benar aneh. Di hadapanku, rumah Joshua tampak sangat berantakan. hampir tidak terawat sama sekali. Padahal saat aku mengunjungi rumahnya masih dalam keadaan yang bagus, rapi dan terawat. Aku benar-benar tidak percaya ini.

Tiba-tiba seseorang mendekatiku. Mungkin salah satu tetangganya.

"Permisi, apa yang sedang kau cari, nak?" Ibu itu bertanya padaku.
"Oh, aku sedang mencari temanku, kebetulan ini rumahnya."
Ibu itu terdiam sebentar dan berkata dengan hati-hati,
"Rumah ini sudah kosong sejak lama, sekitar enam bulan yang lalu. Karena seluruh penghuni rumah ini mengalami kecelakaan pesawat."
Aku terdiam. Benar-benar tekejut dengan pernyataan itu. Aku tidak percaya ini.

Lalu Ibu itu izin untuk pergi dan aku masih terdiam didepan rumah Joshua. Dan aku memutuskan untuk pulang.  Sepanjang jalan aku hanya memandang kosong di sekitarku. Aku tidak bisa berpikir jernih. Rasanya ingin menangis, namun aku tidak bisa. Entahlah, rasanya dunia ku mulai meredup.
Semesta, kali ini kau berhasil mempermainkan ku.

Sudah dua hari aku mengetahui kenyataan bahwa Joshua dan keluarganya tidak ada. Aku masih terkejut. Ini terjadi dengan tiba-tiba dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Tepatnya aku masih tidak percaya.

Seperti biasanya, aku pulang menggunakan bus. Aku menunggu bus datang di halte sambil mendengarkan lagu. Tiba-tiba ada laki-laki yang mengajakku berbicara.

"Sepertinya akan turun hujan. Ini, payung untukmu. Jangan sampai kehujanan ya!" laki-laki itu memberikan payung nya padaku. Saat aku melihat laki-laki itu, aku sangat terkejut. Laki-laki itu sangat mirip dengan Joshua. Bukan sangat mirip, Tapi memang itu Joshua!

"Joshua?"
"Aku bukan Joshua, aku Joe. Ah! bus ku sudah datang, aku pergi dulu. Sampai jumpa!" apa maksudnya ini? Aku hanya bisa terdiam. Aku masih tekejut dengan laki-laki itu yang sangat mirip dengan Joshua. Tapi namanya Joe. Bukan Joshua.

Tapi kenapa dia berkata "Aku bukan Joshua" ?
Apa dia tahu sesuatu tentang Joshua?
Atau dia memang Joshua?

-

(telah direvisi) 

Rahasia Di DalamnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang