Is It Love?

237 38 10
                                    

Pansy sudah berteriak sejak 17 jam yang lalu, dan Hermione masih berkutat dengan pekerjaannya walaupun sedikit tidak fokus.

Dia sudah empat kali tidak sengaja menusuk pinggang model dengan jarum saat fitting terakhir dan saat ini dia hanya memiliki satu jam dua belas menit untik bersiap karena peragaan busana Parkinson Avenue untuk edisi musim dingin akan segera dimulai, tapi Hermione bahkan tidak berminat meninggalkan kursi dan cappuchino miliknya yang masih mengepul didalam gelas kertas ditangannya.

“Herm, kau harus bersiap” ucap Pansy ketika dia memasuki ruangan Hermione dan langsung duduk disebelah Hermione sambil meluruskan kakinya

“Kau bahkan belum mandi Pans” balas Hermione yang melirik kearah Pansy

“Kurasa aku akan pingsan setelah acara selesai, pinggangku sakit sekali” Hermione tertawa

Memang benar, Hermione bahkan tidak bisa merasakan kakinya karena terlalu banyak berdiri dan suara Pansy mulai serak dan tenggelam karena terlalu sering berteriak.

Acara yang diadakan di lantai tertinggi Space Needle membuat banyak media meliput persiapan acara mereka dan bisa dipastikan malam ini akan meriah dan sukses.

Namun isi kepala Hermione tidak hanya tentang acara malam ini, dia masih teringat tentang pembicaraannya dengan Harry dua hari yang lalu tentang Narcissa Malfoy dan Selena Davis.

Bak bom waktu yang berjalan ,sesuatu yang besar sedang terjadi dan sebentar lagi, saat bom itu meledak, Hermione takut jika Draco akan menjadi yang paling terluka.

“25 kilogram kembang api untuk menutup acara, seharusnya aku memilih bungee jumping untuk para tamu dibanding pertunjukan kembang api” gumam Pansy sambil menutup matanya

“Atau melompat indah dari lantai atas” tambah Hermione sambil tersenyum lebar, sontak Pansy membuka matanya dan tersenyum pada Hermione.

Senyum yang sangat jahat.

“Bagaimana jika kita bekerja sama menjadi psikopat? Kurasa kita akan terkenal” Hermione tertawa dan berdiri sambil meregangkan tangannya

“Sementara kau menyusun rencana pembunuhan pertama kita, aku akan mandi dan bersiap untuk acara”

“Fucking traitor” ucap Pansy kencang dan Hermione tertawa sambil melambaikan tangannya pada Pansy yang masih duduk di ruangannya.

---



Pena diantara jari telunjuk dan ibu jarinya dia mainkan sejak sepuluh menit terakhir, matanya tertuju bergantian pada lembaran dokumen didepannya dan layar proyektor yang menampilkan slideshow presentasi Direktur Pembangunan tentang rencana pembangunan Empire Resort di Jepang.

Sementara semua orang yang berada di ruangan itu, yaitu para Direktur dan Pemegang saham, memperhatikan dengan seksama, tapi pikiran Draco terlalu bercabang untuk bisa fokus pada presentasi yang akan dia tolak setelah ini.

“Focus, son” kalimat penuh racun ayahnya yang duduk disampingnya, tepatnya dibagian ujung meja panjang ditengah ruangan, seakan menunjukkan jika dialah raja diantara semua orang disana.

Namun bukannya fokus, sosok itu kembali ke hadapannya, menyelipkan dirinya yang mungil diantara rasa frustasi dan berbagai masalah yang berputar dikepala Draco.

Baru 5 hari setelah dia melihat gadis itu terakhir kali, dengan gaun indahnya dan matanya yang berbinar, namun anehnya, gadis itu tidak pernah meninggalkan pikirannya walau sesaat.

Hermione Potter adalah epitom dari kealamian yang Draco cari selama ini.

Cerdas, loyal, indah dan baik hati.

Sesuatu yang tidak tersentuh oleh tangan dan hati yang kotor, seperti berlian mentah yang belum diasah, seperti itu Hermione di mata Draco.

Pertama kali dia melihat gadis itu di café, dia tidak mengira bahwa perasaannya akan meningkat begitu cepat, dan malam natal itu, Hermione memuncaki hatinya yang dia tidak tau jika itu ada.

Mata Draco tertuju pada pena yang dia pegang, pena yang dia terima dua hari yang lalu melalui kiriman paket dari Seattle di resepsionis, sebuah pena antik yang diberikan gadis itu dengan sebuah catatan didalamnya.

'Maaf aku belum sempat memberikan hadiah natalmu dimalam natal, keadaan terlalu ramai dan kau pergi terlalu cepat..

Aku tidak tau apa yang harus kuberikan saat aku tau kau sudah memiliki segalanya, Dan aku sudah menyiapkan hadiah lain sebelumnya tapi saat aku melihat pena ini pertama kali di etalase toko, aku seperti sedang menatapmu, klasik, dan antik.

Merry christmas Draco

Hermione'

Seketika perasaan hangat yang mengganggu merayap di dada Draco, memberinya peringatan tentang perasaan yang tidak seharusnya ada diawal.

Dia merindukan Hermione.

Ditengah masalah pelik saat ibunya menghilang dan perjodohan bodohnya, dia menemukan kekuatan lewat gadis itu dan saat gadis itu tidak disampingnya, dia merasa kosong.
Aneh bagaimana cinta bisa merubah seseorang yang mampu melewati semuanya sendiri berubah menjadi seseorang yang bergantung pada kehadiran orang lain dalam satu malam.

Namun pupilnya melebar, dia menahan diri untuk tidak tersentak

Cinta?

Apa dia jatuh cinta pada Hermione Potter?

“kirim proposal LM Company mengenai panel surya itu kepada Direktur Utama, dia yang akan meninjaunya dan melaporkannya langsung padaku” suara tajam Lucius menyadarkan Draco dari mimpi di siang harinya namun dia memilih diam tidak berkutik hingga senua karyawan keluar dari ruang meeting itu.

“apa kau pikir bisa mendapatkan apa yang kau mau dengan bersikap seperti bajingan kecil?” Lucius sudah berdiri menghadap dinding kaca yang menghadap ke tengah kota London.
Draco tidak menjawab, dia meraih sesuatu dari nakas bagian bawah mejanya dan mengeluarkan satu botol whiskey dan dua gelas kristal.

“Kau pikir aku tidak bisa memecatmu?” kini Lucius berbalik menoleh pada Draco, ekspresi wajahnya keras saat putranya dengan santai menuang cairan keemasan itu kedalam gelas.

“Kau bisa menjadi aktor father, kau ahli berakting kau tau?” Draco mengeluarkan suara tawa yang meremehkan

“Beraninya kau!” Seketika Lucius berjalan maju, namun Draco berdiri dan menatap Lucius tajam.

“kau berakting seolah kau adalah family man yang paling menyayangi istrinya, jadi sekarang aku bertanya, dimana mother?” dibandingkan menjawab pertanyaan putranya, Lucius memilih menenggak seluruh isi gelas kristal yang disodorkan Draco dan meletakkannya diatas meja dengan sedikit kasar.

“She runaway probably with her manwhore”

Prang

Suara gelas kaca yang pecah menggema seketika.

Mata Draco membara dan tangan kanannya mulai mengeluarkan darah karena beling pecahan gelas yang dia lempar ke dinding dibelakangnya.

“WHAT ARE YOU DOING YOU FOOL BOY” teriakan Lucius pasti akan terdengar keluar namun persetan.

Mereka pasti sudah mendengar sejak gelas dibanting.

“Jika kau begitu suka pada permpuan muda, kenapa kau tidak ceraikan mother dan lepaskan kami? Kenapa kau begitu berambisi membuatnya menderita hingga berjalan di lorong Mansion terasa seperti neraka baginya karena suara desahan pelacurmu?”

Lucius menuang lagi whiskey kedalam gelas kaca miliknya

“Baiklah, katakan padaku dimana Mother, setelah aku membawanya kembali ,aku ingin dia hidup di perancis, Italia, atau dimanapun yang dia inginkan” mata kelabu Lucius menatap Draco remeh

“Lalu kesepakatan apa yang kau tawarkan untukku sebagai gantinya?”

“Tentunya kau lebih tau tentang kesepakatan licik seperti ini, jadi kau yang tentukan, father” suara Draco pelan namun penuh racun, sontak Lucius tertawa

“Apa kau masih belum paham Draco?” Malfoy muda itu hanya menatap ayahnya yang meminum whiskeynya hingga habis lalu duduk di kursi kulit miliknya

“kau pikir berapa harga pedang yang kau miliki saat ini? Kau pikir itu pantas jika dibandingkan dengan nyawa seseorang?” wajah Draco berubah, dia menatap ayahnya tak percaya.

“Seseorang? Tidakkah ibuku berarti sesuatu untukmu?” Lucius lagi-lagi tertawa lalu menoleh pada putranya untuk menatapnya aneh

“Kau harus paham Draco, bahwa kau tidak boleh mengartikan seseorang itu berarti untukmu, kau tau kenapa? Karena hanya ada dua hal yang akan terjadi saat kau menggunakan pedang itu, entah dia akan hancur atau dia harus dihancurkan”

Siapa monster dihadapannya saat ini?

Lucius Malfoy memang orang yang kejam dan otoriter selama yang Draco kenal seumur hidupnya, namun monster dihadapannya ini , dia tidak mengenalinya sama sekali, yang dengan mudahnya mengatakan bahwa kehidupan seseorang tidak sepadan dibanding dengan posisi yang dia miliki saat ini.

“Jadi kau menyingkirkan mother?” Draco meneguk ludahnya kasar
“dia sendiri yang membuat tugasku lebih mudah” jawab Lucius enteng namun Draco bergerak secepat kilat kearah Lucius, menarik kerahnya hingga pria setengah baya itu sedikit terangkat dari duduknya.

“you bastard” desis Draco lalu melempar kasar Lucius dan berjalan cepat keluar dari ruangan itu

From Seattle, with LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang