Warning! FF ini akan
menceritakan tentang
kekerasan seksual terhadap
anak, AND IT WILL BE DARK!Tolong, bijaklah
dalam menanggapi ya.
Silahkan baca hingga akhir
agar paham maksud dan
tujuan aku nulis ini ^^Terinspirasi dari BTS
Universe milik Jimin yang
menjadi konsep album
The Most Beautiful
Moment in Life: Young
Forever, juga film berjudul
The Lovely Bones..
.
Mereka serempak menyelamatiku di pesta ulang tahunku yang ke tiga belas. Mereka--orang-orang besar--bilang, segala mimpiku akan menjadi nyata, juga mengamininya, lalu meniup lilin tanpa peduli apakah aku ingin meniupnya sendiri atau beramai-ramai.
Sesaat kemudian, yang paling tua di antara kami bertanya padaku, "Mengapa rautmu terlihat tak berminat sama sekali, Jimin?" Lalu menebak; aku pasti kurang tidur, ngantuk. Padahal jujur saja, sikapku begini karena tak suka dengan rapalan doa mereka.
Bagaimana kalau itu mimpi buruk? Siapa yang mau mimpi buruknya menjadi nyata?
.
Orang-orang besar di rumahku masih saja riuh, berkumpul mengelilingi meja makan kami yang seharusnya hanya muat untuk empat orang. Yang berbadan gemuk terlihat tak nyaman meski berusaha tetap terbahak saat salah satu pamanku melontarkan leluconnya yang payah. Yang lebih kurus, mereka seperti batangan sabun licin yang lolos dari genggaman tangan saat mencoba menerobos guna mengambil kue ulang tahunku yang sudah terbagi dua belas lumayan presisi. Anak-anak yang lebih kecil berlarian, saling mengejar, saling melempar dengan apa saja yang bisa mereka temukan di ruang tengah. Sementara yang telah remaja lebih memilih apatis dengan walkman mereka masing-masing.
Aku memperhatikan mereka sekali lagi dari pinggir jalan, melalui jendela yang terbuka, sebelum akhirnya mengayuh sepedaku dengan malas. Pertemuan keluarga seperti ini bukan sesuatu yang kusukai, karena pada akhirnya, aku harus merelakan beberapa mainanku dibawa pulang oleh sepupuku yang lebih kecil. Aku tak bisa menolak, meskipun ingin, dan ibu atau ayah tak pernah memihakku. Pokoknya, aku harus mengalah. Menyebalkan!
"Jimin-ah! Tidak mau makan kuemu dulu?"
Kutahan laju sepeda saat mendengar ibu berteriak dari arah belakang. Ketika balik menoleh padanya, aku hanya menggelengkan kepala tanpa suara. Biasanya ibu sudah paham, mood-ku pasti sedang tidak bagus, maka dia hanya membiarkanku mengayuh sepedaku lagi, menjauh dari tempatku semula.
Angin sore yang mulai sejuk menerpa wajahku, mengibarkan helai-helai rambut yang telah memanjang sebatas cuping telinga. Sesekali kutengadahkan kepala, kuhirup aroma segar ilalang yang tumbuh di rawa-rawa pada sisi jalan. Kubiarkan diriku melebur dalam buaian alam di bawah langit senja. Lega rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When It Rains | BTS Oneshoot Collection
FanfictionLet the rain wash away all the pain of yesterday. Author yang doyan bau dan suara hujan akhirnya menelurkan work semacam ini. Harap maklom sodara-sodara. It's just the way Sagi is. Pluviophile garis keraddddd. Dan doyan angst.