Five

6 2 1
                                    

Setelah beberapa saat, Khaira tersadar dan langsung memalingkan wajahnya kesamping menghindari tatapan dari Neo.

"B–Biar gue aja yang lanjutin" ucap Khaira dengan tergagap-gagap dan langsung mengambil alih perban yang berada ditangan Neo.

Neo kembali duduk di kursi dan mulai menyesap teh hangat yang dibawakan Khaira sambil melihat kearah hujan. Sedangkan Khaira masih asik memasang perban dilututnya. Tanpa Khaira sadari, Neo sekarang melihat kearahnya cukup lama.

"Selesai" ucap Khaira yang sudah siap memasang perban di lututnya.

Neo kembali meletakkan gelas nya di meja. Dia memperbaiki duduknya dan berkata. "Ra, gue minta maaf atas sikap Dafa yang dikantin tadi. Tuh anak enggak pernah mikir dulu kalau mau ngomong"

"Santai aja" jawab Khaira canggung.

"Besok kalau lo masih susah untuk jalan, bilang aja ke gue. Biar gue jemput ataupun antar kerumah"

"Eh nggak usah. Besok palingan udah kayak biasa lagi" jelas Khaira

Neo mengangguk "Kalau gitu gue pamit ya. Hujannya udah lumayan reda" ucap Neo sambil berdiri.

"Iya. Hati hati" balas Khaira. Ia melambaikan tangannya dan melihat Neo sampai pergi. Dan seketika ia menyesal menolak ajakan Neo untuk menjemputnya.

'Nih mulut kok beda banget sih sama hati. Padahal ini kan kesempatan gue untuk dekat sama Neo' ucap Khaira dalam hati sambil menepuk nepuk mulutnya sendiri.

🌺🌺🌺


Khaira POV

Setelah melihat Neo pulang, gue masuk kedalam rumah dan membersihkan gelas teh tadi. Setelah itu gue langsung menuju ke kamar dan menjatuhkan diri keatas kasur ternyaman gue.

Gue memejamkan mata sambil tersenyum, gue gak nyangka bakal diantar pulang sama Neo. Ya walaupun gue tau kalau dia menawarkan tumpangan itu pasti karena merasa bersalah, terlihat dari ucapannya tadi. Dan itu membuat hati gue sedikit kecewa karena tau alasannya.

Sebenarnya gue gak terlalu berharap untuk Neo membalas perasaan gue ini, melainkan gue cuma mau dia tau perasaan gue ke dia itu bagaimana. Tetapi kalau dia membalas perasaan gue ini, gue anggap itu sebagai bonus. Karena menurut gue tipe cewek bagi Neo bukan seperti gue.

Gue bangun lalu berjalan untuk membuka jendela kamar dan duduk di kursi meja belajar yang menghadap ke jendela langsung. Seketika indra penciuman gue menangkap aroma tanah dan berbagai tanaman setelah terkena air hujan. Aroma yang bagi gue sangat menenangkan. Gue suka suasana selepas hujan, melihat dedaunan yang basah, bulir-bulir air yang berjatuhan dari ujung daun, kayu, maupun tempat lainnya. Ditambah dengan beberapa serangga kecil yang mulai terbang diluar, mungkin mereka juga ingin menikmati suasana seperti ini. Gue menghidupkan komputer dan membuka blog pribadi yang merupakan tempat mencurahkan isi hati gue selama ini. Lalu mulai mengetik cerita hari ini dan juga menyetel lagu yang pas dengan suasana hati gue.

'Apakah hari ini aku pantas untuk merasa bahagia? Aku tak tau jawaban pastinya. Tetapi yang pasti, hari ini aku merasa malu, sedih, dan bahagia dalam waktu yang berdekatan. Dia, orang yang selama ini membuat aku semangat menjalani hari untuk pertama kalinya mengantar ku sampai rumah. Dia, yang mengisi ruang kosong di hati ini tidak kusangka mengucapkan kalimat yang membuat hati ini semakin tidak karuan. Dia, yang dalam beberapa waktu membuat aku berpikir apakah perasaan ini pantas aku miliki atau tidak. Aku yang tidak tau dengan perasaannya dan mungkin aku belum siap untuk mengetahuinya. Yang pasti, untuk saat ini aku hanya akan menikmati perasaan yang menghampiri ku ini. Aku akan mengikuti alur kisah cinta ini dan berharap hal yang indah akan menghampiri hidup ku'.

I Don't Know How To Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang