1

608 57 14
                                    

Memang menjadi hal yang lumrah bagi seorang Malfoy untuk selalu memandang rendah para keturunan Muggle. Membully serta mencaci, menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Memprioritaskan serta menjaga keturunan berdarah murni seperti leluhur mereka lakukan.

Menjadi puteri kedua dari seorang Lucius Malfoy, Lexa harus selalu mematuhi setiap aturan yang keluarganya terapkan. Gadis yang sifatnya sangat mencerminkan seorang Malfoy, sombong, dan cerdik.

Namun, siapa sangka jika lexa memiliki sisi hati yang baik tanpa orang sadari.

*-*-*-*-*

Di perpustakaan, Lexa tengah menghabiskan waktunya berteman dengan tumpukan buku. Kegiatan rutin yang Lexa lakukan untuk mengisi waktu-waktu kosongnya dikala sedang tidak ada kelas.

Draco, seperti biasa. Anak itu akan selalu datang dan mengganggunya serta mengacaukan moodnya.

"Draco hentikan! " Pekik Lexa ketika Draco berusaha mengambil buku yang ada di tangannya.

"Oh ayolah, Sist. Apakah kau tidak bosan dengan tumpukan buku menyebalkan ini? Lihatlah di luar sana banyak hal yang lebih menarik daripada di tempat jelek ini. " Ucap Draco, dia mendudukan dirinya dihadapan saudara kembarnya.

Lexa hanya menatap Draco dengan malas, "Tidak. " Ucapnya enteng sembari melanjutkan bacaannya.

"Ck, tidak asik. " Ucapnya sembari menggebrak meja dihadapannya dengan cukup keras. Tatapan santai namun mematikan Draco dapatkan dari Lexa.

"Madam Pince akan mengamuk jika mengetahui ini. " Ucap Lexa santai sembari melipat tangannya didepan dada.

Draco memincingkan kepalanya, "Kau fikir aku peduli? " Tak disangka, Madam Pince menghampiri Draco dan menjewer telinganya hingga memerah. Draco mengaduh kesakitan, Lexa yang melihat kejadian itu hanya menyeringai jahat.

"KELUAR KAU SEKARANG! KAU MENGGANGGU KONSENTRASI SISWA YANG SEDANG MEMBACA! " Teriak Madam Pince, tanpa mengucap sepatah katapun Draco berlari, sebelum itu ia sempat menatap tajam saudari kembarnya itu. Lexa tertawa terbahak-bahak melihat tingkah saudaranya itu.

"Lanjutkan, Nak. Saudara kembarmu itu seharusnya digantung di atas menara. Menyebalkan! " Ucap Madam Pince dan kembali ke tempatnya.

Lexa melanjutkan bacaannya, membuka lembar demi lembar menyimak dengan seksama.

Tak terasa jika hari sudah semakin larut, Lexa memutuskan untuk kembali ke asramanya. Menenteng buku kesayangannya, memang terdengar agak aneh jika seorang Slytherin menjadi kutu buku.

Membelok ke arah asramanya, banyak anak berlalu lalang entah dari mana sedang menuju asrama mereka masing-masing. Dari arah berlawanan tiba-tiba muncul seseorang dan menabrak tubuhnya hingga sesuatu yang pria itu bawa jatuh dan pecah.

Pyar

Snape memerah padam, amarahnya memuncak. Dia menatap tajam setajam pisau kepada gadis asramanya yang menabraknya tadi.

Lexa, ah gadis itu hanya menatap santai kepala asramanya itu. Merasa tidak bersalah menurutnya karena menabrak hingga membuat ramuan yang pria itu bawa pecah.

" 50 point from Slytherin!! Anak-anak berkepala kosong dan tidak berguna sepertimu seharusnya tak bersekolah di sini! Apa kau tidak ada hal yang berguna selain membuat masalah?!" Ucap Snape dengan nada yang menggelegar.

Lexa menaikkan sebelah alisnya, "Berkepala kosong katamu, Sir? Woho—aku pernah mengalahkan si Mudblood Granger itu tahun kemarin, Sir. Apa kau lupa atau berpura-pura lupa? " Ucap Lexa dengan seringaiannya. Ia memungut bukunya dan bangkit sembari menepuk pakaiannya yang kotor dengan tangan satunya.

INCREDIBLE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang