"Kurasa kau harus membeli jas baru, Professor. Aku tidak mau jika pasangan dansaku memakai dresscode lama. " Ucap Lexa. Ia memilah-milah jas mana yang cocok untuk Snape. Tak perlu berpikir lama untuk memutuskan mana yang cocok untuk Snape, sudah pasti ia mengetahui jika pria itu cocok dengan jas berwarna hitam. Lexa membawanya ke kasir dan membayarnya, namun sebelum itu Snape menahannya dan membantah Lexa yang membayar jasnya.
"Aku memiliki uang sendiri, jadi kau tidak perlu repot-repot untuk membayarnya. " Ucap Snape, ia merogoh sakunya dan mengeluarkan galleon yang telah ia sihir menjadi uang muggle.
"Aku yang mengajakmu dan aku yang akan membayarnya. Duduk di sana dan tunggu aku! Tidak ada bantahan, Professor. " Ucap Lexa menatap intens kearah Snape sembari menujuk kursi dipojok kanan.
"Persetanan dengan perintahmu, Lexa. " Ucap Snape sembari menyerahkan uang itu kepada kasir. Lalu setelahnya ia meninggalkan Lexa yang masih menatapnya kesal.
"Apa kalian berpacaran? Kurasa kalian begitu cocok. " Ucap sang kasir.
"Bukan urusanmu. " Ketus Lexa dan pergi menyusul Snape. Mereka berjalan beriringan, Lexa menyembunyikan tangannya disaku hoodienya karena cuaca dingin di kota London.
Mereka kembali ke lorong gelap, "Apa kau mau menemaniku menemui seseorang?" Tanya Snape.
"Siapa? Kau ingin menemui pacarmu? Kurasa tidak aku tidak mau menganggu kal—" Sebelum Lexa menyelesaikan kalimatnya, Snape lebih dulu menarik Lexa dan membawanya ber-apparate menuju suatu tempat.
St. Mungo, itulah tempat yang Snape tuju saat ini."St. Mungo? Siapa yang sakit? " Tanya Lexa. Snape tak menjawab, ia berlalu meninggalkan Lexa. Lagi-lagi Lexa menggeram kesal dengan cepat ia menyeimbangkan langkahnya dengan pria dewasa itu. Snape berhenti di kamar bertuliskan nomor 09. Pria itu membukanya dan nampaklah seorang wanita paruh baya sedang terbaring lemah diatas ranjang.
"Severus. Akhirnya kau datang. " Ucap wanita itu.
"Maafkan aku ibu sedikit terlambat. " Ucap Snape. Lexa terbelalak matanya mendengar Snape memanggilnya dengan 'ibu'. Sejauh ini memang dia tak pernah mengetahui bahwa pria ini masih memiliki seorang ibu.
"Tidak masalah nak, duduklah. " Ucap Eileen. Wanita itu sedikit bergeser untuk melihat siapa gadis dibelakang putranya itu. "Siapa gadis cantik yang kau bawa, nak?"
"Dia Lexa, putri dari Lucius. " Jawab Snape.
"Lexa? Oh astaga aku hampir melupakanmu nak. Sudah bertahun-tahun aku tidak menemuimu. Kemarilah. " Ucap Eileen. Lexa hanya terdiam bergeming, ia masih merasa bingung. Lexa menghampiri ibu dari pria serba hitam itu. Pelukan hangat yang diberikan oleh Eileen seperti pelukan ibunya. "Kau tidak mengingatku, nak?" Lexa hanya menggeleng. Ia benar-benar tidak ingat apapun.
"Aku yang pernah mengasuhmu ketika kau masih berusia 5 bulan. Disaat itu ayah dan ibumu masih terlibat dalam kasus pelahap maut yang mengakibatkan kau dan Draco terlantar nak. Maka dari itu aku yang merawatmu sedangkan Draco dirawat oleh bibimu Andromeda. " Jelasnya. "Dan ketika orang tuamu telah terbebas dari kasus itu, sejak saat itupula aku sudah jarang bertemu denganmu. "
"Benarkah?" Eileen mengangguk lemah. Lexa kembali mengeratkan pelukannya. "Maaf karena aku tidak mengenalmu, Madam. "
"Panggil aku Omma, kau sudah kuanggap sebagai cucu ku. " Lexa mengangguk sambil tersenyum manis kepada Eileen. Sedangkan Snape, ia meringis melihat kedekatan Lexa dengan ibunya. Seperti sedang menontoh sebuah drama.
"Maaf, tuan nyonya. Aku hanya ingin mengantarkan makanan untuk Mrs. Prince. "Ucap Healer dan meletakkannya diatas nakas lalu segera pergi. Lexa menggapai mangkuk itu berniat untuk menyuapi Eileen.
KAMU SEDANG MEMBACA
INCREDIBLE LOVE
FanfictionSiapa sangka jika Lucius Malfoy dan Narcissa Malfoy memiliki seorang puteri. Ya, Saudari kembar Draco Malfoy yang sama-sama memiliki sifat licik dan sombong layaknya keturunan Malfoy yang lainnya. Namun, siapa yang menyangka pula jika kepribadianny...