3

374 43 35
                                    

Lexa melangkahkan kakinya memasuki pekarangan kastil Hogwarts bersama dengan pria berpakaian serba hitam yang berjalan beriringan bersamanya. Sepulang dari Malfoy Manor, mereka memutuskan untuk langsung kembali ke Hogwarts mengingat banyak tugas yang harus Snape kerjakan menjelang OWL.

Menenteng totebag di tangan kanannya, raut wajah senang terlihat pada wajah Lexa. Rupanya Lexa jauh-jauh untuk pulang hanya untuk mengambil sebuah buku diary. Buku yang biasanya ia pakai sudah penuh dan ia berinisiatif untuk mengambilnya.

Snape menatap kesal pada pewaris kedua Malfoy, 30 menit ia membuang waktunya hanya untuk menemani gadis itu. Jika saja, semalam Lucius tidak mendatanginya untuk selalu menekankan dirinya menjaga serta melindungi Lexa di manapun ia berada. Mau tak mau Snape akan menurutinya, karena ini semata-mata untuk membalas budi keluarga Malfoy yang banyak membantunya selama ini.

Mereka menuruni tangga melingkar lorong bawah tanah. Libur bagi anak tahun ke lima keatas telah tiba, jadi banyak anak-anak yang bersantai melepas sejenak bebannya tentang OWL.

"Terima Kasih, Sir. "Ucap Lexa ketika telah sampai di pintu asrama miliknya.

"Hmm, kau membuang-buang waktuku hanya untuk menemanimu mengambil buku tak berguna itu. " Ucap Snape.

Lexa memincingkan kepalanya, "Ogh, buku ini sangat-sangat berguna, Sir. Kau tahu, aku tidak bisa hidup tanpa buku ini. Astaga, aku melebih-lebihkan. "

"Apa yang membuatmu sangat menyayangi buku itu? Apakah tidak ada hal yang menarik lainnya? " Tanya Snape.

Lexa menghela nafas, pria ini lebih sering banyak bertanya. "Tidak ada. Buku ini yang menemaniku disaat orang-orang tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. "

"Aneh, kau gadis cantik dan juga kaya, tapi kau miskin pertemanan. " Ucap Snape.

"Tanpa kau sadari, kau juga tengah membicarakan dirimu sendiri, Sir. " Ucap Lexa dengan seringaiannya. "Kau kaya dan juga pintar, tapi kau tak mempunyai teman. Aku tahu hal itu. "

Rahang Snape mengeras, tangannya mengepal tapi yang dikatakan Lexa memang benar adanya. Sungguh baru kali ini ia berhadapan dengan seorang gadis yang terang-terangan mengejeknya didepan matanya. Sudah lama ia mengenal sifat dan watak Malfoy tapi baru kali ini ia bisa melihat jelas sifat asli dari seorang Alexa Grigoria Malfoy.

"Well, sudah cukup ejekannya. Aku akan pergi. " Setelah mengucapkan hal itu, Snape langsung pergi meninggalkan Lexa yang masih berdiri pada posisinya.

*-*-*-*-*

Menjelang pagi tiba, Lexa terlebih dulu bangun dari teman-temannya. Ia dikenal sebagai gadis yang rajin dan tak suka mengulur waktu. Sikap yang ditanamkannya sejak kecil terbawa hingga ia dewasa.

Meraih handuk dan memasuki kamar mandi guna untuk membersihkan tubuhnya. Tak lama hanya sekitar 15 menit ia keluar dengan piyama mandi yang membaluti tubuhnya.

Ujian OWL akan dimulai dua jam lagi setelah sarapan. Banyak anak yang merasa gugup, takut jika ia gagal dalam OWL ini. Berbeda dengan Lexa, ia tak begitu memperdulikan nilai meskipun ia sudah mempersiapkan dengan begitu matang. Ia terlalu percaya diri jika ujiannya kali ini akan membuahkan hasil.

"Kau sudah bangun, Lexa... Hoaammm. " Ucap Pansy, ia berusaha mengumpulkan nyawanya. Lexa hanya mengangguk sembari mengambil pakaiannya dilemari.

Lexa menarik handuk Pansy dan melemparkan ke wajahnya. "Sarapan akan mulai 15 menit lagi, cepatlah mandi. " Ucapnya. Pansy mencibir sembari melangkah memasuki kamar mandi.

Lexa berjalan sendirian menuju Great Hall, ia menolak teman-temannya untuk pergi ke Great Hall bersama-sama. Baginya, sendirian itu menyenangkan meskipun banyak dari asramanya yang ingin berteman dengan dirinya. Tak heran juga banyak pria yang menyukainya.

INCREDIBLE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang