4. Bad Loser

464 68 21
                                    

"Boruto, sedang apa kau disini?" Seorang gadis umur 6 tahun yang terbalut dengan baju renang itu berteriak. Ia yang hendak menyeburkan diri itu menghentikan kegiatannya ketika melihat pria kecil berambut kuning. Boruto menoleh, menatap kolam renang dengan netra saphirenya yang berbinar-binar.

"Ibu, aku ingin berenang!" pintanya dengan nada manja. Wanita paruh baya yang tengah menggendong sang adik itu menatap Boruto dengan khawatir.

"Tapi, Bolt kan tidak bisa berenang. Nanti kalau tenggelam, bagaimana?"

"Aku akan menjaganya, Bibi Hinata!" Sarada berteriak semangat dari tempatnya berenang. Mendengar itu, Boruto menatap Sarada sambil berjingkrak-jingkrakan. Hinata, wanita itu tersenyum lalu mengusap kepala Boruto dan membiarkan putra kecilnya bermain.

Tanpa mengganti pakaian, Boruto berlari dan melompat ke dalam kolam renang. Sarada memekik girang karena air itu terkena wajahnya. Sarada akhirnya pun duduk di tepi kolam, menanti Boruto kembali ke daratan. Namun, hal yang dikhawatirkan oleh Hinata ternyata benar.

Sarada mengerutkan alisnya. Hanya kepala kuning dan tangannya yang berusaha menggapai sesuatu. Dia tenggelam! Sarada cepat-cepat menyeburkan tubuhnya ke dalam kolam renang. Ia dengan gesit menarik tubuh Boruto yang sama mungil dengannya. Boruto pun terbatuk-batuk ketika sudah di tepi kolam.

Namun, tanpa Boruto ketahui, kaki Sarada kram dan ia tenggelam. Boruto yang sadar jika Sarada tidak ada di permukaan alias tenggelam pun memekik panik.

"Ibu! Bibi Sakura! Sarada tenggelam!"
___

Di detik-detik pandanganku yang semakin gelap. Tiba-tiba ingatan itu kembali. Apa yang kuharapkan? Boruto tidak mungkin menolongku! Dia memang orang yang baik, tetapi bukankah ia mencintai Sumire? Pasti, dia akan menuruti apa yang Sumire inginkan, bukan?

Tuhan, tolong aku ...

Grep!

Aku terkejut ketika seseorang baru saja menggapai tanganku. Saphire itu, Boruto? Ia mencoba membuka kepala beruang itu. Ketika ia berhasil membukanya, ia membelalakan matanya terkejut, tentu saja. Saphirenya yang indah itu bertemu dengan onyxku yang mulai sayu. Semua terjadi begitu cepat, apalagi ketika ia tiba-tiba menarik tengkukku dan ...

Cup!

Dia mencuri ciuman pertamaku. Apa yang sebenarnya bajingan ini pikirkan? Belum ada satu jam ketika ia mengutarakan perasaannya kepada Sumire. Kenapa ia malah mencium bibirku? Kenapa bukan Sumire? Tanpa ia sadari, aku mengeluarkan air mata dibalik banyaknya air disini. Ia menjauhkan wajahnya, menatapku dengan penuh luka. Lalu, ia membawaku ke permukaan.

Tidak ada yang kuingat setelah itu, karena sedetik aku sampai di permukaan. Saat itu juga aku jatuh pingsan.
____

Boruto meninju ring tinju di ruangan yang berada di kamarnya. Setelah lelah melakukan hal tersebut, Boruto mengusap wajahnya dengan frustasi. Pemuda itu benar-benar tidak mengerti dengan sisi bejatnya ini. Kenapa ia tiba-tiba mencium Sarada? Kenapa Boruto merasa berdebar ketika melakukan itu? Bahkan, kenapa Boruto membentak orang yang ia akui--ia cinta itu hanya untuk membela sahabatnya, Sarada. Kenapa?

Tidak mungkin jika ia mencintai Sarada. Untuk memastikan itu, Boruto menghampiri ranjang miliknya, dimana Sarada tengah tertidur dengan baju milik Himawari. Boruto ingat persis, Himawari dan Hinata menangis karena Boruto pulang bersama Sarada dengan basah kuyup dan dengan keadaan Sarada yang pingsan.

Boruto menatap Sarada lamat-lamat. Rambut hitamnya yang kini sudah memanjang. Hidung mancung tanpa tergantung kacamata. Bulumata lentik yang indah. Bibir tipis yang sangat ... manis itu. Argh, Boruto bisa gila jika memikirkan ciuman pertamanya itu. Ia memalingkan wajahnya dari Sarada. Gadis itu sangat cantik dan manis. Bahkan melebihi Sumire.

"Bolt?" Suara serak itu menyadarkan Boruto dari lamunan nakalnya tentang ciuman bersama Sarada di kolam renang. Boruto menggeleng dan menatap Sarada dengan wajah merona malu.

"Kau baik-baik saja, Sald?" tanya Boruto sambil membantu Sarada untuk duduk dan bersender di kepala ranjang.

"Hn," sahut Sarada tidak dalam mood yang baik. Mendengar jawaban itu, Boruto mengerutkan alisnya tidak suka.

"Kau ini kenapa, Sarada?" tanya Boruto sambil berkacak pinggang. Sarada yang melihat Boruto sama sekali tidak merasa bersalah pun kesal bukan main. Ia melempar bantal yang ada di daerah jangkauannya.

"Kau yang kenapa?! Kenapa tiba-tiba menciumku? KAU KIRA AKU INI APA, BAJINGAN!" Sarada menjerit pilu membuat Boruto membelalak kaget. Pemuda itu pun sadar, jika Sarada marah padanya. Jika diingat-ingat lagi pemuda ini kan baru saja menyatakan cinta pada gadis berambut janda itu.

"Pergilah, Bolt! Aku marah padamu," pekik Sarada sambil menunjuk pintu kamar. Namun, Boruto tidak bergerak dari tempat berdiri membuat mata Sarada berkelit tidak suka.

"Kenapa kau masih disini, hah?! Kan sudah kukatakan, pergi!" bentak Sarada lagi. Boruto menghembuskan napasnya lelah lalu berjalan menuju ke ranjang. Sarada yang melihat itu membelalakan matanya kaget dan memasang kuda-kuda. Pemuda ini sangat mencurigakan!

"Mau apa kau? Hei, Bor--mpph!"

Sarada membelalakan matanya tak percaya. Bibir Boruto melumat bibirnya dengan bergairah. Sarada tak habis pikir, ada apa dengan pemuda ini? Ketika mereka sama-sama kekurangan oksigen, Boruto melepas pagutan mereka dan menatap Sarada dengan tatapan sayu penuh makna itu.

"Aku menginginkanmu, Uchiha Sarada."
____

Dengan mata membengkak, Sarada melangkahkan kakinya dengan pelan menuju sekolahnya. Ini semua karena si bajingan kuning itu. Ia sampai susah berjalan begini. Terenggut semua miliknya. Namun, satu hal yang membuat Sarada betul-betul sakit hati yaitu Boruto ... mencintai Sarada.

"Selamat pagi, Uchiha-sama! Bagaimana malam panasmu dengan tuan Boruto?" Sarada mengerutkan alisnya ketika mendengar pertanyaan dari Sumire yang pagi-pagi sudah menjegat langkahnya menuju kelas dengan tenang.

"Bagaimana kalian tahu? Bukan, apa maksud kalian dengan malam panas bersama Boruto?" tanya Sarada dengan serius menatap Wahabi, Sumire dan Chochou bergiliran.

"Semalam kita main truth or dare. Lalu, Boruto memilih dare. Kau tahu apa dare dari kita buat Boruto? Iya, merenggut keperawananmu dan merekam semuanya." Wasabi menjelaskan itu semua. Sarada merasa harga dirinya hancur. Ia kini terlihat seperti seorang pelacur hanya karena permainan konyol itu.

"Oh, lihat ini!" Chochou menunjukkan ponselnya dan menelan cemilan keripik kentangnya. "Boruto mengirim vidionya sekitar jam 5 pagi. Kau dan Boruto terlihat sangat serasi di ranjang! Kenapa kau tidak menjadi jalang saja? Kenapa jadi badut aneh itu? Padahal kau pandai di ranjang."

Mereka bertiga tertawa lalu melangkah meninggalkan Sarada yang termenung dengan mata membelalak tak percaya. Boruto, si anak nakal yang selalu menyusahkannya dulu ternyata seorang bajingan yang menyebarkan vidio hubungan intim mereka.

Sarada kembali melangkahkan kakinya menuju kelas dengan lunglai. Sudah tidak ada semangat dalam dirinya. Ia bertanya-tanya, benarkah Boruto merekam itu semua? Kenapa Boruto sekurang ajar itu? Sebegitu parahnya kah hubungan Boruto dengan Sumire hingga pemuda ini berubah semenjak mengenal rambut janda ini.

"Sarada?" Sarada menoleh, menatap pemuda kuning yang menatap dirinya dengan pandangan khawatir. "Kau baik-baik saja, ada yang sakit?"

Tangan kekar itu terulur, hendak menyentuh pipinya. Namun, dengan gesit, Sarada menepis tangan itu dengan pandangan jijik kepada Boruto. Pemuda itu membelalakan matanya, lalu tak lama kemudian, ia mengacak rambutnya kasar dan menatap Sarada dengan pandangan datar.

"Tolong mengertilah. Kau temanku kan, Sarada?"

Bersambung ...

Author's note :

Gimana? Kecewa sih, sekecewa-cewanya sama Boruto :)

Jangan lupa vote dan pendapat kalian tentang fanfic ini. Kira-kira, apa yang kalian inginkan dari Sarada?

Aku tunggu ^^

Friendzone [Borusara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang