Pertama

1K 140 12
                                    

Setelah kepulangan Jehian yang mendadak ini, kediaman Wijaya menjadi lebih berisik, ya walau biasanya juga sudah berisik.

Jehian saat ini sedang duduk di sofa dengan laptop di pangkuannya. Sebenarnya ia lelah dan ingin tidur, tapi ia tidak bisa karena suara berisik Hanar dan Dero yang entah memperdebatkan apa hingga terdengar sampai kamarnya. Jehian berpikir mungkin ia harus meminta kepada sang papa untuk membuat kamarnya menjadi kedap suara.

Megenai perkuliahan, Jehian sangat ingin melanjutkan kuliahnya di Kanada, tapi papanya ngotot harus kuliah di Indonesia aja. Tentu saja Jehian merasa kesal karena dia harus meninggalkan teman-temannya dan juga ekhem friend with benefits nya disana. Apalagi modelan Jehian yang pergaulannya disana cukup bebas. Party sampai pagi mah udah jadi kewajiban dalam kamus hidup Jehian. Tapi hal ini gak ada yang tau karena walau nakal, Jehian ini tetap berprestasi. Mungkin kalau papanya tau dia bakal dimarah habis-habisan. Tapi yasudahlah, di Indonesia sama di Kanada itu beda nya jauh banget, dia harus beradaptasi lagi sama norma-norma yang berlaku disini.

Jehian menatap pilihan jurusan yang ia pilih. Ia merasa yakin masuk karena yah, seperti yang dijelaskan sebelumnya, bukannya bermaksud sombong tapi Jehian tau bahwa dirinya itu pintar.

Ketika akan menyelesaikan pendaftarannya, seseorang datang dan menepuk bahu Jehian dari belakang.

"Widih, bang mantep juga pilihan lo. Yakin nih?" Tanya seseorang tersebut yang ternyata adalah Dero.

"Ngagetin aja sih lo" jawab Jehian menoleh sekilas.

"Jawab pertanyaan gue"

"Ya kalo gue udah milih berarti gue udah yakin"

"Hmm, oke deh" Dero duduk di samping Jehian sambil memainkan ponselnya.

"Lo ngambil dimana?" Tanya Jehian kepo.

"Di hatimu"

"Najis, yang benar jawabnya"

"Ya sama kaya lo. Kita tuh sama semua, cuma beda jurusan aja" jawab Dero tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Ambil apa?" Tanya Jehian sekali lagi menahan kesal.

"Kepo, keterima dulu baru boleh kepo" jawab Dero.

"Ngeselin lo kaya Hanar" Jehian memutar matanya, tiba-tiba ngerasa kepo juga sama jurusan dua saudaranya yang lain.

"Bang Ramos ambil apa?" Tanya Jehian mencoba untuk sabar.

Karena kesal ditanya terus, akhirnya Dero menatap Jehian, "Nih ya, gue cuma ngomong sekali aja nih. Ramos ambil DKV, Hanar ambil hubungan internasional, kalo gue coba dong tebak"

"Sok iya banget ngambil HI si Hanar, emang pinter dia?" tanya Jehian.

"Ahahahaha lo ngapa dah kesal banget kayanya sama Hanar, bang?" Tanya Dero.

"Gak tau, bawaan. Btw, lo apa? Belum ngasih tau"

"Tebak dong, bang"

"Gue gatau"

"Nebak anjing, ntar kalo benar gue iyain"

"Mulut lo kasar banget. Hukum?" Tebak Jehian.

"Bukan, bang kalo lo lupa gua anak IPA"

"Ya anak IPA kan bisa ke hukum juga?"

"Iya sih, tapi bukan! Gila aja gue belajar biologi, kimia, fisika tiga tahun pas kuliah malah mengkhianati jurusan SMA gue" ucap Dero panjang lebar.

"Hm apa ya, teknik bukan?" tebak Jehian lagi.

"Sempat pengen jadi anak teknik, tapi bukan"

"Terus apa dong?" Jehian mulai kesal lagi.

"Yaelah bang, lo lupa ya cita-cita gue waktu SD?"

"Waktu kecil kan cita-cita lo sama si Hanar jadi presiden. Sampai nangis-nangis lo berdua pengen ketemu presiden. Jadi apa ya, ilmu politik bukan?"

Dero mengerutkan keningnya seperti mencoba mengingat sesuatu, kemudian memukul bahu Jehian keras "AHAHAHA bangsat masih inget aja lo ya! malu gue, dah diem"

Jehian meringis, pukulan Dero di bahunya lumayan sakit. Ia membuat catatan di otaknya, besok-besok kalau Dero tertawa harus lari atau jauh-jauh, karena Dero adalah tipe orang yang suka memukul sekitarnya ketika tertawa.

"Ya lo yang maksa gue inget, sialan" ucap Jehian.

"Ututu kasar banget si abang" Dero berkata sambil menahan tawa melihat wajah kesal Jehian.

"Udah lah, diem" ucap Jehian sambil menatap laptopnya lagi.

"Hahahaha, gue kedokteran bang"

sedetik

dua detik

tiga detik

"HAH? SUMPAH?" Jehian ngegas tiba-tiba.

"Biasa aja bang, gue emang pinter. Thanks"

"Eh, lo kan goblok? Waktu SD aja lo peringkat terakhir, kan?"

"Anjing lo bang. Au ah ngambek gue" ucap Dero sambil beranjak pergi.

"Eh maaf, keceplosan tadi" Jehian merasa sedikit bersalah.

"Dimaafin kalo lo temenin gue" ucap Dero.

"Males. Kemana?"

"Dih udah males tapi nanya kemana"

"Bacot. Yaudah ayo" ucap Jehian sambil menutup laptopnya

"Ke rumah Yangyang, masih inget ga lo?" Tanya Dero.

"Serius? Ayok lah, cepat" Jehian tiba-tiba excited.

Saat Jehian dan Dero udah mau pergi, Hanar datang entah dari mana dengan wajah cemberut,

"Mau kemana kalian?" Tanya Hanar.

"Rumah Yangyang" jawab Jehian.

"Diem, gue gak nanya lo"

"Rumah Yangyang" jawab Dero.

"Udah tau"

Jangan ditanya Jehian, dia udah kesal setengah mampus. Padahal belum ada sehari loh dia di rumah tapi rasanya udah dibuat kesal terus sama Hanar.

"Ngapa muka lo kaya bebek?" Tanya Jehian.

Hanar menatap Jehian dan Dero bergantian sebelum akhirnya memeluk mereka.

"Apaan dah lo. Lepas gak?" Ucap Jehian sambil mencoba melepas pelukan Hanar.

Dero mah diam aja, dia tau pasti ada yang gak beres.

"Diem dulu, bentar aja" ucap Hanar sambil menutup mata.

"Karena itu, ya?" Tanya Dero sambil mengelus rambut Hanar.

Hanar mengangguk, melepas pelukannya pada Jehian, ia kembali memeluk Dero.

"Gak papa, yok sekarang mending abang tidur dulu aja. Dero anterin ya, Dero temenin juga tidurnya" ucap Dero lembut sambil menuntun Hanar menuju kamar.

Jehian bingung.

"Lah anjir nangis tuh orang. Kenapa dah?" Tanya Jehian sambil mengikuti dari belakang.

"Suttt bang, gak jadi ke rumah Yangyang deh. Gue mau sama Hanar dulu" jawab Dero.

"Dia kenapa?" tanya Jehian penasaran.

"Aduh panjang cerita"

"Diringkas aja"

"Tetap panjang"

"Intinya"

"Tambah panjang"

"Tinggal kasih tau-"

"Nanti bang, buset ribut amat. Hanar udah ngantuk nih mau tidur, gue juga mau tidur sore. Bye!" ucap Dero memotong ucapan Jehian sambil menutup pintu kamar Hanar dengan kencang.

"Aneh banget dah tuh orang" ucap Jehian bodo amat.

Jehian berfikir, mungkin aja Hanar habis putus dari pacarnya, tapi Jehian mikir lagi, kenapa Dero bicara kaya gitu ya? Ah mungkin aja dia lagi galau berat. Sekali lagi, bodo amat.

******
hai, kalau berkenan tinggalkan komen yaa?<3 have a good day, guys! xx

Rare (00line; nct dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang