Ayah ,
Hari ini aku mengawali hariku dengan meneguk secangkir kopi hangat dan sepotong roti di kananku.
Hal itu membuatku teringat pada ayah, ayah yang selalu minta ku buatkan kopi setiap paginya.
Kadang aku heran, kenapa ayah sangat menyukai kopi?
Tapi setelah aku menyesapnya sendiri, memang ada rasa yang berbeda di setiap tegukannya.
Seperti halnya rasa sayangku untuk ayah, akan selalu berbeda di setiap detik, menit, jam, dan harinya.
Meski berbeda, tapi aku yakin kalau itu tak merubah apapun.Ayah, meski kau bukan yang melahirkan ku. Tapi kau selalu menjagaku.
Aku masih ingat dan akan selalu ingat, ayah pernah mengatakan padaku bahwa saat usiaku baru menginjak 3minggu, aku harus menjalankan operasi. Ayah berjuang untukku agar aku tetap bisa hidup di dunia ini meski kemungkinan nya bgitu kecil.
Hatiku rasanya terenyuh tiap kali mengingat cerita itu. Maavkan anakmu yang mungkin masih menyusahkan mu ini.
---
Saat dunia memilih untuk memanggil ibu, aku merasa kehilangan yang begitu besar. Begitu pula adikku.
Kami masih berusia belasan tahun kala itu, tapi ayah berusaha menguatkan kami dengan tidak menitihkan air mata di hadapan kami.
Padahal, ayah pasti jauh lebih sedih dari pada kami. Ayah pasti jauh lebih kehilangan dari pada kami.
Aku yang notabene nya lebih dekat dengan ibu, merasa sangat kehilangan. Ibu yang selalu menjadi tempat segala curahan hatiku. Ibu yang menghentikan air mataku dan ibu yg selalu merawat ku di saat aku sakit. Kini sudah tiada.
Aku belajar menerima segala nya dengan perlahan. Dengan kehadiran ayah yang mungkin tak terlalu dekat denganku.
Aku sempat berpikir, ayah sebenarnya sayang atau tidak padaku?
Tapi dengan cepat ku hapus segala pikiran buruk itu, karna tak ada satupun orang tua yang tak sayang pada anaknya.
Meskipun tak bisa banyak berbicara pada ayah, tapi aku berusaha sebaik mungkin agar ayah bahagia.
Ayah yang telah menjagaku di kala aku sakit, menuruti segala yang aku minta dan selalu menjadi pendengar yang baik tentang semua yabg ku sampaikan.
Terkadang, bicaraku sedikit menyebalkan. Tapi ayah memilih diam dan mendengarkan.
Aku sadar kalau ayah sangat menyayangiku meskipun tak selalu di tunjukkan.
Ayah selalu punya cara sendiri untuk mencintai anak anaknya.
Doaku selalu mengiringi setiap perjalananmu yah.Ayah, mungkin aku belum bisa menjadi seperti apa yang ayah inginkan.
Tapi aku berjanji suatu saat nanti, ayah akan melihat aku dan juga adikku sukses. Kami akan membuat ayah menikmati masa tua di kursi goyang dengan cucu cucu ayah.
Meminum segelas kopi sambil membaca koran seperti apa yang boasa ayah lakukan dahulu.
Bersabarlah yah..
Kami hanya meminta agar ayah tak bosan menunggu. .
Sehatlah yah, untuk kami putra dan putrimu.Salam sayang
Putra putrimu..
YOU ARE READING
Sebelum Senja Terakhir
Historia Cortasebelum senja terakhir ini isinya cerita one shot. jadi monggo mampirr