Bab 2

862 100 11
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 21.30 saat Gulf dan Mew sampai di penginapan yang sudah Gulf sewa dari jauh jauh hari.

Penginapan tersebut merupakan rekomendasi dari sahabat Gulf, cinta a.k.a Love.

Bangunan penginapannya terlihat agak kuno, namun masih kokoh. Dinding nya terlihat seperti baru saja di cat ulang, Gulf dapat menebak dari aroma khas cat dinding yang memenuhi rongga hidungnya. Di belakangnya mew berdiri dengan wajah yang sama sekali tidak menyenangkan.

Gulf menekan bel yang terpasang di dinding sebelah pintu satu kali, lalu mundur satu langkah menunggu pintu di buka. Beberapa saat kemudian seorang wanita paruh baya datang dengan rambut agak kelabu muncul, ia merapatkan cardigan coklat tuanya saat pintu penginapan di buka lebar.

" Sudah ada reservasi? " Tanyanya langsung tanpa basabasi karna malas berlama-lama berada di udara terbuka.

Gulf menunjukkan bukti pemesanan yang tersimpan di email yang ada di ponselnya, wanita paruh baya itu mengangguk sambil tersenyum.

" Ahhh Indonesia! Silahkan masuk, " Tukasnya seraya membuka pintu lebar lebar.

Dengan cepat Gulf masuk sambil menarik koper hitamnya. Tidak menghiraukan mew yang ada di belakangnya.

Ruang utama penginapan tersebut sangat kuno dan sederhana, hanya terdapat dua sofa dengan penutup kain warna warni di atasnya dan perapian kuno yang kelihatannya masih berfungsi dengan baik.

" Mari saya antar ke atas, " Tukas si wanita paruh baya seraya menunjuk tangga yang cukup tinggi di hadapan mereka. Gulf yang juga terkejut, Pura-pura tidak melihat Mew yang menyalangkan tatapan protes padanya.

Setelah melalui perjuangan panjang mengangkat koper yang cukup berat, akhirnya mereka sampai di lantai tiga.

Wanita baya tersebut membuka sebuah pintu berwarna coklat dan mendorong nya kuat-kuat. Pintu itu berdecit pelan saat terbuka, menandakan engselnya sudah usang.

Gulf nyaris berencana untuk memaki Love habis-habisan karna merekomendasikan penginapan ini, namun saat pintu kamarnya terbuka sepenuhnya, Gulf ternganga.

Kamar tersebut cukup luas, dengan satu buah tempat tidur untuk dua orang, sebuah lemari ukuran sedang, sepasang kursi dengan bantalan empuk yang menghadap jendela dan sebuah lukisan kuno yang menggambarkan kota Amsterdam di tahun 1800-an , sangat indah.

Cat nya di dominasi oleh warna krem dan putih tulang. Satu buah vas bunga dengan bunga mawar merah segar nampak di letakkan di atas meja yang kursinya menghadap ke jendela.

" Nah, kamar mandinya ada di sebelah sana. Sudah saya pastikan kebersihan nya. Jika membutuhkan sesuatu, ada di dapur di lantai satu. Kalian bisa mengambil air minum, dan roti gratis di sana. " Ujar wanita tersebut dengan logat Belanda yang kental, yang untungnya dapat di mengerti dengan baik oleh Gulf yang memang menguasai beberapa bahasa termasuk Dutch, sementara mew hanya terdiam menerka-nerka maksud si wanita baya.

" Kalo begitu saya akan kembali turun, oh ya saya Alice. Kalian bisa menghubungi saya kapan saja jika membutuhkan bantuan, nomor telepon saya ada di kartu sebelah Vas bunga. "

Setelah Gulf mengucapkan terimakasih, Alice keluar dan menutup pintu di belakang nya, meninggalkan dua orang asing yang tidak saling kenal berada dalam satu ruangan dengan kecanggungan yang tidak dapat di bayangkan.

Gulf mendorong kopernya ke depan lemari, dan mulai menata sedikit barang-barang yang mungkin akan di pakai esok di dalamnya.

" Kamu bisa pake lemari yang ini, " Tukas Gulf sambil menunjuk pintu lemari di sebelah nya.

Tanpa menjawab mew meletakan kopernya asal, ia sangat lelah dengan perjalanannya ke penginapan itu, lalu dengan satu gerakan cepat ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang di lapisi oleh sprei linen berwarna putih.

Gulf melotot, " Siapa bilang kamu boleh tidur di situ?!" Pekiknya kesal. Mew memiringkan badannya nengahadap Gulf, " Saya udah bayar 50x lipat dan ga dapet tempat tidur? Yang bener aja! Kalo kamu mau, kamu bisa tidur di sebelah saya, kalo ga mau ya silahkan tidur di sofa, di kursi, atau di lantai, suka-suka kamulah! "

Skakmat! Gulf mati kutu.

Dengan wajah sebal Gulf menyampirkan handuk di lehernya, mengambil baju ganti lalu masuk ke kamar mandi dan membanting pintu dengan kasar, membuat mew yang hampir terpejam langsung sepenuhnya terjaga,karena terkejut mendengar debuman pintu yang keras.

Marriage Contract(Mewgulf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang