[3] That Guy

34.2K 3.5K 119
                                    

Kata orang, tidak ada persahabatan antara perempuan dan laki-laki yang benar-benar murni di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata orang, tidak ada persahabatan antara perempuan dan laki-laki yang benar-benar murni di dalamnya. Pasti akan berujung pada saling mengagumi atau jatuh cinta. Sudah puluhan bahkan ratusan kali, Sakalla Hanggra Tanubradja membaca artikel dan pembahasan semacam itu. Dan selalu berakhir pada dirinya yang tertawa mencemooh.

Hah, omong kosong! Jatuh cinta pada sahabat sendiri? Itu menjijikkan. Bahkan ada yang berakhir menikah dan punya anak? Kalaupun ada, perbandingannya pasti hanya satu banding seratus.

Kalla punya sahabat perempuan- Kinnanthi Anggun Prameswari- yang bahkan memecahkan rekor menjadi sahabatnya di satu SMP, SMA, kuliah, bahkan hingga sekantor sekarang. Meski yang terakhir itu karena paksaan mamanya- yang memaksa. Buktinya dia dan Kinna bisa melalui itu! Hampir belasan tahun persahabatan mereka! Dan tidak ada cinta sama sekali!

Konyol. Lagipula mana mau Kinna menikah dengan dirinya. Kalau di dunia ini satu-satunya laki-laki yang tersisa hanya Kalla seorang, sudah dipastikan Kinna lebih memilih jadi perawan tua. Itu pasti. Jadi, saat mereka dulu sering menonton gosip artis yang terjebak friendzone, keduanya akan saling tertawa mengejek si artis. Bahkan saat itu terjadi pada salah satu teman UKM mereka di kampus, mereka tertawa lagi. Belakangan ini mereka memang dapat banyak undangan nikah yang hampir sama. Tentunya karena lingkup pertemanan mereka yang sama. Meski Kalla jelas jauh lebih sosialita dibanding Kinna yang hanya mahasiswi kupu-kupu.

"Hah?! Ini Danu yang di UKM taekwondo dulu itu, Ndol?!" tanyanya saat nongkrong di kos Kinna sore itu, sehabis mengantar Kinna pulang yang kebetulan tidak bawa matic. "Si Danu nikah ama Meta?!"

"Iya, tuh undangannya gue taruh mobil lo, Kal. Emang kenapa?"

"Kok bisa? Danu ama Meta kan dulu sahabatan kayak abang sama adek."

"Ya terus masalah lo dimana, Kal?"

"Ya, aneh aja!"

"Itu bukan urusan lo! Lagian aneh gimana, sih? Sah-sah aja, kan?!"

Saat itu Kalla hanya tertawa mengibaskan undangan perak di tangannya. "Ya, ini tuh kayak bayangin lo ama gue nikah, Ndol! Jibang banget, kan! Bayangin aja gue geli! Iyuuhh!"

Dan Kinna ikutan muntah juga. "Ih, gue juga ogah kali!"

Kalla hanya geleng-geleng geli jika mengingat obrolan mereka saat itu. Ada-ada saja. Kinna tidak akan mau menikah dengannya yang tidak pernah serius pada hubungan. Dan Kalla juga tidak mau menikah dengan perempuan semacam Kinna. Yang sudah dia tahu segala boroknya. Mulai dari hobi ngiler saat tidur, tidak bisa memasak, bahkan jorok. Lebih suka pakai celana pendek kumal dan kaos kedodoran daripada dress anggun. Mirip laki-laki. Amit-amit, deh. Kalla tentu akan menikahi perempuan anggun yang bisa memberi masa depan lebih baik. Setiap laki-laki pasti akan melakukan hal yang sama dengannya.

Nanti kalau Kinna jadi istrinya, ya tentu tidak ada lagi yang akan dia ajak main sepedaan, atau jalan-jalan ke gunung. Yang dia ajak ngopi sampai pagi sambil main kartu remi di tongkrongan.

"Ey, Pak, makan yuk. Laper," suara Heru, salah satu staf bawahannya mengudara tinggi. "Karung goni gue udah merengek minta diisi. Ngelih sanget, Pak."

Kalla tersentak kaget. Buru-buru menyimpan ponselnya. Heru itu bukan hanya staf biasa. Tapi merangkap cctv alias tukang gosip di kantor. Bisa merekam gosip-gosip apa saja. Bahkan dari atasannya sendiri. Mulutnya seperti kaleng rombeng. Dari satu divisi ke divisi lainnya bisa bocor dengan enteng.

"Kagetin aja, lo! Sana makan sendiri!"

"Traktir atuh, Pak! Lu mah holkay pelit!" Heru tertawa menyindir. Melirik kolom chat atasannya yang masih terbuka menampilkan salah satu kontak. Cendol Sayang. Wih, namanya aja Cendol. Tapi pakai kata sayang. "Lo mah Pak, yang dicariin Mbak Cendol mulu."

Kalla mendengus malas.

"Kalau suatu hari Mbak Cendol- eh, maksudnya- Kinna nikah sama cowok lain. Gimana, Pak?"

Dan Kalla tertawa ngakak. "Ya, bagus kalau ada cowok yang mau sama dia, Her! Tapi sepanjang sejarah gue kenal sama dia, beuh, nggak ada yang mau jadi pacarnya!"

"Ya, adalah, Pak! Buktinya Jordan mau! Tuh, pdkt-nya jalan terus." Heru paling suka memanas-manasi orang. Apalagi kalau sasarannya Pak Kalla sang atasan yang emosian itu.

Tapi toh Kalla tidak akan cemburu. Hanya saja dia kesal. Jordan itu tipe pegawai yang sangat diidamkan dan diidolakan banyak orang. Rasanya semua menyukai Jordan. Mulai dari yang muda hingga tua. Bahkan hampir saja dipromosikan untuk menjadi kepala divisi SDM, karena sifatnya yang santun dan mengayomi. Memperlakukan manusia selayaknya manusia. Sebagai jajaran staf SDM yang mempunyai kinerja bagus dalam menangani pegawai-pegawai.

Kalla hanya merasa saja, atau memang bagaimana? Jordan terlihat tidak menyukainya. Setiap kali berpapasan, senyuman laki-laki itu akan sangat sopan. Tapi terasa menyebalkan bagi Kalla. Mungkin ini hanya perasaannya saja. Tapi Jordan adalah lawan yang berat, karena dia orang asing, tapi digadang-gadang akan menjadi salah satu petinggi di perusahaan. Menyaingi banyak orang bagian dalam, termasuk dirinya- yang kredibilitasnya dipertaruhkan. Jordan mungkin akan bisa satu level dengannya sebagai kepala divisi. Jordan adalah lawannya.

Bahkan dalam hal sesepele Kinna. Karena sejak ada Jordan, Kinna sering melupakannya.

Seperti saat ini contohnya, Jordan lewat di depannya bersama Kinna.

"Siang, Pak," senyuman Jordan manis seperti biasa.

Dan Kinna berdiri di sampingnya, pura-pura tidak melihat Kalla. Malah asyik tertawa bersama Jordan. Barulah saat Heru mengusik, perempuan itu bersuara juga. "Eh, Her, ikutan, yuk! Makan di ketoprak depan! Mau?"

"Wih, lo yang traktir, Ki?!" Kinna menggeleng, memberi kode menunjuk Jordan. "Oh, Mas Jordan yang mau traktir?!"

Jordan tersenyum. "Iya, deh, gue traktir, yuk, Her!"

"Widih! Ya maula-" tapi sinisan dari Kalla yang seakan bilang, tinggalin gue sendiri awas lo! Langsung membuat nyali Heru menciut pada atasannya itu.

Akhirnya Kinna mengalah menatap Kalla. "Mau ikutan juga, Kal?"

Tapi Kalla tentu saja menggeleng sombong. Malas banget makan bareng Jordan. Kalalu ada Jordan, mana sudi ikutan. "Ogah. Lo aja."

"Dih, ya udah, kalau nggak mau!" Kinna mencibir, "Ya udah. Yuk, Jor!"

Jordan mengangguk. "Okelah. Duluan ya, Pak Kalla, Her," setelahnya mereka kembali tertawa bersama.

Kalla hanya mengumpat dalam hati. Kesal sendiri saat Kinna dan Jordan berlalu pergi. Dasar Cendol. Nanti kalau tidak ada Jordan, pasti kembali mencari-carinya. Giliran ada Jordan sebagai mainan baru, dia dilupakan.

 Giliran ada Jordan sebagai mainan baru, dia dilupakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_TBC_

Yuk, yuk, kenalan dulu sama Mas Kalla dan Mbak Kinna....

Ditunggu vote dan comment kalian ya, supaya makin akrab sama Mas Kalla dan Mbak Kinna,

Jangan pada bosen baca critaku ya, ramaikan terus, biar makin semangattt...

Call KinnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang