CERPEN || VACUM.

14 4 2
                                    

Nama Kelompok: Ahkamisala.

~Sabrina Khairunnisa.
~Fiska Desti Fitriyani.
~Diah Nur Permatasari.
~Husmi Yurti Uminar.

Judul: VACUM.

   

"Prang!"

    Suara gelas yang terjatuh itu sontak mengagetkannya."Hey! Apa yang kau lakukan di dapur hingga gelas pun kau banting segala?!" seorang gadis meneriaki dapur yang cahayanya mulai redup. Ia menduga bahwa sahabatnya yang telah membanting gelas itu. Tapi suasana tetap hening.

    Eriska mengganti pandangannya pada kamar sahabatnya itu. Pintunya sedikit terbuka dan terlihat pemuda itu telah tergolek di atas tempat tidurnya.

    "Ah, ya ampun! Rupanya Madhan ada di dalam kamar. Lalu siapa yang membanting gelas itu? Bikin resah saja." Gadis itu mengambil sapu dan pengki. "Mungkin ada seekor tikus menyamparnya," lanjutnya, setengah kesal. Kemudian ia bergegas menuju dapur untuk segera membersikan pecahan gelas tadi.

    "Sial! Andai saja kos-kos an memiliki pembantu pasti aku tak perlu bersusah payah membereskannya," cemoohnya sambil memungut pecahan beling yang besar. "Huh, akhirnya selesai juga! Untung saja hanya satu gelas, jadi tak begitu berserakan. Bagaimana bisa kos-kos an elit yang ku tempati ini ada tikus?!" batinnya lagi.

    Eriska membuang pecahan itu, lalu mencuci tangannya. "Sudah larut malam," pikirnya dan dia segera menuju kamarnya sendiri. Sebelum menutup pintu, dia melirik ke arah dapur. Sepertinya dia melihat sebuah bayangan lewat?

    "Ck," decaknya. Sepertinya ia benar-benar perlu istirahat.



*ೃ༄Vacuum *ೃ༄

    Semilir angin malam menerobos celah kecil jendela. Angin tersebut berhasil membuat badannya terasa dingin, hampir membuatnya menggigil.

    Eriska terbangun untuk melihat sekitar. Namun sedetik kemudian, ia bergegas menyeret selimut yang jatuh dari ranjangnya. Sekilas ia melihat sosok yang aneh tengah tergeletak di bawah ranjangnya, mencengkram selimutnya. Jantung gadis itu tak berhenti berdetak dengan sangat cepat. Mungkinkah itu adalah sosok yang tadi ia lihat juga? Tanpa berpikir panjang lagi, Eriska menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.

    Entah apa yang ia lihat tadi, mungkin saja itu hanya halusinasinya. Eriska merasa sangat ketakutan dan sampai pagi hari pun, ia tak bisa tenang.

    Keesokan harinya, ia segera menghampiri kamar Madhan. Rupanya sahabatnya itu masih terbaring di ranjangnya.

    "Cepat bangun, dasar pemalas!" kesal Eriska sambil meraih selimut Madhan dan menariknya.

    "Apaan, sih! ganggu tidur mulu!" sahut Madhan dengan mata sipitnya, ia terlihat masih sangat mengantuk.

    "Tadi malam aku melihat sosok menyeramkan di kamarku. Selain itu, aku juga mendengar suara aneh yang membuatku merinding!" cerita Eriska pada Madhan. "Hah?serius lu? Salah liat kali," balas Madhan yang tak percaya. Ia mengucek matanya dan meregangkan tubuh, lalu melihat ke arah jam. Jarum jam menunjukkan pukul 9.30 pagi.

    "Mau cuci muka dulu," ucap Madhan yang bangun dengan setengah malas. Madhan langsung beranjak menuju ke kamar mandi. Disaat Madhan mau membuka handle pintu, tangan Madhan ditarik dahulu oleh Eriska.

cerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang