SPRING: Prasangka

310 65 10
                                    

Naruto belongs to Masashi Kishimoto

.

.

"All seasons have something to offer."

Jeannette Walls, The Glass Castle

.

.

happy reading!

=====

S P R I N G

=====

(2)

Sekali pun pertemuan singkatnya dengan Sasuke Uchiha berjalan kelewat lancar, Hinata tidak pernah berpikir bahwa pria itu akan benar-benar menghubunginya. Sasuke bisa jadi pribadi yang menyenangkan, dengan paras rupawan serta suara yang kerap mengalun tanpa beban, tetapi bahkan hanya dengan selayang pandang, Hinata segera tahu bahwa ia bukan tipikal pria yang mencari suaka dalam hubungan.

Terlepas dari ribuan konversasi pendek bersama Itachi tentang persona si bungsu Uchiha sebelum ia benar-benar setuju untuk menghadiri kencan buta, tidak butuh menjadi seorang jenius dalam romasa untuk mampu membaca perangai Sasuke sebagaimana pun itu tidak dipampangkan dengan kentara. Ia jelas adalah tipikal bujangan yang mencintai kebebasan. Sosok yang memandang capaian lebih jelas ketimbang masa depan, seseorang yang tak pernah keberatan untuk berdiri sendirian. Caranya bicara dan bahkan gestur kecil yang ia luncurkan tanpa tendensi apa-apa bahkan cukup bagi Hinata untuk menarik kesimpulan. Tipe lelaki yang menyegarkan sebagai teman kencan, tetapi rasanya tidak cukup aman bila diharapkan sebagai kekasih sungguhan. Dan karenanya, sekali pun Hinata telah mengamini inisiatif Sasuke yang secara gamblang berkata bahwa ia berharap mereka akan bertemu lagi, sang jelita tidak menaruh harapan tinggi.

Bahkan ketika beberapa waktu lalu sebuah pesan singkat dari Sasuke bertandang ke ponselnya, Hinata masih berkeras untuk tak berandai-andai. Sebab ia tidak punya keinginan untuk dijadikan sebatas koleksi dan bukan tidak mungkin Sasuke menghubunginya hanya untuk mengusir sepi. Akan tetapi, seiring waktu berlalu dan percakapan benar dilaku, nyatanya pesan-pesan singkat laun berganti jadi panggilan-panggilan penuh gelagat. Satu yang meski secara pribadi enggan Hinata akui, tetapi selalu ia tunggu di penghujung hari.

Karena mau sebagaimana pun dipungkiri, Sasuke benar-benar teman bicara yang menyenangkan. Ia penuh pertimbangan dan perhatian. Dalam percakapan, ia tidak hanya mendengar untuk menimpali, melainkan untuk memahami. Sesuatu yang selalu membuat Hinata merona lantaran terpesona meski mereka tak bertatap muka. Dan mungkin pada akhirnya itulah yang menjadi alasan mengapa sang jelita luluh juga.

Setelah berkali-kali menghindari ajakan kencan dengan alasan pekerjaan—yang mana sebenarnya juga bukan dusta belaka, kini Hinata memutuskan untuk tak ambil pusing dengan menekan atraksi dan menerima tawaran sang Uchiha yang selalu terdengar menggiurkan. Toh, selain Sasuke yang memang tak terbiasa menerima penolakan, Hinata juga punya ketertarikan yang tak ada salahnya untuk ditunaikan. Apalagi ketertarikan itu kian menjadi-jadi dengan dua tiket undangan pameran seni Sai Shimura yang Sasuke ajukan. Maka jadilah mereka kemudian memutuskan untuk bertemu di akhir pekan.

Hari yang ditunggu telah tiba. Kala itu minggu datang bersama basuh hujan yang mengguyur kota. Tidak cukup deras tetapi terbilang mumpuni untuk menggelitik pagi dengan embus beku angin. Hinata sendiri tidak pernah keberatan dengan hujam rintik air, tetapi agaknya Sasuke tidak membagi pikiran yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

empat. [SasuHina]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang