Komitmen

44 5 0
                                    

Kasus kali ini tentang sebuah komitmen, seperti apa komitmen yang diucapkan dan seperti apa tindakan dari komitmen itu yang sudah dinyatakan. 

Malam itu Erlo sedang duduk sembari membaca, lalu telpon berdering dan Erlo mulai berbicara ditelepon dan mengucapkan salam.

ERLO : Selamat malam, dengan Erlo disini

SANAH : Malam, Hey Erlo akhirnya bisa nyambung juga

ERLO : Iya, dengan siapa saya bicara?

SANAH : Aku Sanah

ERLO : Iya Sanah, ada yang bisa saya bantu?

SANAH : Sebenarnya lebih pada berbagi dan emm meminta pendapat tentang cerita hubunganku

ERLO : Iya silahkan ceritakan

SANAH : Aku punya pacar yang sudah menjalani hubungan hingga sekarang memasuki usia 5 tahun pacaran, kami memulai pacaran sejak masa kuliah hingga selesai dan sekarang kami sudah bekerja masing-masing ditempat berbeda kurang lebih satu tahun ini.Sekarang mungkin sudah usianya kamu paham bahwa aku butuh sesuatu yang bukan lagi sekadar pacaran, melainkan begitu lah

ERLO : Iya aku mulai sedikit mengerti arahhubungan kalian

SANAH : Mungkin begini Lo, sebelumnya kami itu sangat dekat sekali dan mungkin bisa dikatakan dia itubenar-benar butuh aku. Apa-apa semuanya ingin aku selalu ada menemaninya dan aku merasa seperti dibutuhkan olehnya

ERLO : Saat ini?

SANAH : Nah itu yang sedikit menjadi permasalahannya, aku hanya merasa dia seperti menghindar dariku dari segala bentuk kedekatan yang kami bangun. Aku mulai merasa dia seperti menjauh dan yang biasanya chatan bisa sangat sering dan sekarang sudah mulai berkurang dan bisa dikatakan pagi balas sore maupun sebaliknya

ERLO : Kalian sering teleponan sebelumnyaatau hanya sekadar chatingan sajaatau lebih sering ketemu?

SANAH : Dulunya sering dan sekarangberkurang dari yang Lo sebutkan

ERLO : Apa karena ada hubungan pekerjaanyang mungkin menghambat hubungankalian? Aku pikir dunia kerja itusangat jauh berbeda dengan dunia perkuliahan. Dunia pekerjaan itu sungguh melelahkan dan menghabiskanwaktu 1/2 hari biasanya

SANAH : Tidak juga, pekerjaan kami tidak menuntut untuk sibuk kerja. Aku tahu pekerjaannya dan dia tahu pekerjaanku. Kita sama-sama bekerja diperusahaan tapi tdak sesibuk itu yang aku pahami

ERLO : Sudah pernah bicarakan inisebelumnya secara langsung?

SANAH : Belum secara langsung tapi ditelpon pernah dan dia mengatakan aku harus mengerti karena aku sedang berjuang untuk kamu

ERLO : Berjuang untuk pernikahan kalian lebih tepatnya?

SANAH : Iya, nah yang jadi kekhawatiranku, aku takut dia tidak serius akan komitmen yang dia katakan untuk pernikahan itu.

ERLO : Baiklah, mungkin aku belum terlalu memahami perkara hati. Tapi, aku coba telaah dan coba kita membuka pikiranmu.

SANAH : Apa itu Lo?

ERLO : Jawab dengan jujur, aku ingin menanyakan beberapa hal sebelum memberikan sedikit cara pandang kamu terhadap hubungan ini

SANAH : Iya aku akan jawab jujur

ERLO : Sanah, berapa yakin kamu dengan hubungan kalian ke arah pernikahan?

SANAH : Dulunya sangat yakin mungkin sekarang hanya yakin saja

ERLO : Dia pernah merencanakan sesuatu tentang masa depan bersamamu?

SANAH : Pernah, dia pernah mengatakan ingin membuka usaha makanan kecil karena aku jago masak katanya, dan emang aku suka masak Lo.

ERLO : Dia sering membuat keputusan yang melibatkan kamu untuk bertukar pikiran

SANAH : Iya sering, dia selalu menanyakandan meminta komentar untukkeputusan yang dia ambil misalnyawaktu itu tenang pekerjaanya.

ERLO : Dia sering nongkrong bersamatemannya?

SANAH : Tidak juga, tapi aku kenal semua temannya

ERLO : Sering diajak?

SANAH : Sering, hanya saja akunya yangmenghindar karena biasanya akucewek sendiri

ERLO : Pertanyaan terakhir, kalian berduasudah saling mengenalkan kekeluargakalian masing-masing?

SANAH : Untuk ini dari dia iya, hanyasaja dari aku belum beranimengenalkan kekeluargaku

ERLO : Boleh aku tahu alasannya?

SANAH : Keluargaku sedikit protektif untukhubungan pacaran gara-gara kakakkusebelumnya, jadi aku juga tidaksepenuhnya diijinkan untuk pacaran

ERLO : Jadi hubungan kalian selama ini backstreet?

SANAH : Iya Lo walau beberapa kaliketahuan tapi aku pikir sekarangaku sudah siap untuk mengenalkannya

ERLO : Sanah, aku tidak menyalahkanmu danjuga tidak menyalahkan dia darisudut pandangku, hanya saja akupikir dia lelaki yang baik untukkamu jadikan suami.

SANAH : Tahu darimana dia baik untukkujadikan suami?

ERLO : Ini hanya pendapatku, ketika lelakimenanyakan keputusan dan melibatkankamu, lalu ada perencanaan untukmasa depan, kemudian teman dankeluarganya sudah dikenalkan kekamu, aku pikir kamu orang terdepanyang akan difokuskan untuk bersamamembangun masa depannya.

SANAH : Emmm ... terus untuk kesibukannya menurut Lo?

ERLO : jadi begini terkadang perasaan wanita itu benar tapi tidak selamanya benar. Bisa saja diabenar-benar sibuk dan sedang berjuang akan kesibukannya itu untuk kamu. Yang paling penting adalah komunikasi dan bicarakan langsung kepadanya tentang keresahanmu, jujur-sejujurnya dan berikan pandanganmu tentang hubungan ini mau dibawa kemana tapi jangan memaksa dan jangan bicarakan dengan nada yang tinggi atau kasar,gunakan pembawaan yang hangat terkadang lelaki itu mudah hanyut ketika suasana dan nada yang tenang.

SANAH : Akan aku coba bicarakan langsung kepadanya Lo dengan cara yang tenang.

ERLO : Satu lagi, aku tidak menyarankan jika memang masih berat tapi kasi tahu ke dia bahwa kamu mau memperkenalkan ke orang tuamu dan bicarakan keinginan masa depan kalian. Lihat tanggapannya, akupikir dia akan bahagia dan memulai punya tanggungjawab setelah mendengar ajakanmu.

SANAH : Baik walau aku sedikit takut akan hasilnya tapi akan ku usahakan

ERLO : Jangan takut, hal baik tentu punya sisi yang baik dan hasil yang baik

SANAH : Baik, terima kasih ya Lo untuk sharing-sharingnya. Aku agak sedikit terbuka dan tenang.

ERLO : Iya sama-sama.

SANAH : Sekali lagi terima kasih, selamat malam.

ERLO (menutup teleponnya)

----


Kasus Perkara HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang