TXC | 5

68.3K 7.4K 610
                                    

Semakin hari, kondisi perusahaan orang tua Mauretta makin memburuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semakin hari, kondisi perusahaan orang tua Mauretta makin memburuk. Gadis itu pernah beberapa kali tak sengaja mendengar percakapan kedua orang tuanya yang mulai menjual beberapa aset mereka untuk menutupi utang agar tidak menumpuk.

Seperti malam ini, Mauretta sedang berdiri di depan kamar orang tuanya, menguping pembicaraan mereka.

"Kalau Papa jual lagi aset kita di Malang dan Bali gimana, Ma?"

Alisha menghela napas. "Nggak ada cara lain ya, Pa, selain menjual aset?"

"Nggak ada, Ma. Maafin Papa, ya."

Mauretta menggigit bibirnya, dilema. Matanya terasa panas, siap menumpahkan butiran bening mendengar percakapan kedua orang tuanya.

Ia tak menyangka Kevin akan berbuat senekat ini. Kevin benar-benar menghancurkan bisnis yang telah dibangun orang tua Mauretta dari nol dengan cepat. Bahkan dalam waktu kurang dari satu bulan, perusahaan mereka bisa menurun sangat drastis.

Mauretta menyeka air matanya yang sudah mulai jatuh. Gadis itu melangkah pelan kembali ke kamar, membanting tubuhnya ke atas ranjang, dan menenggelamkan wajahnya dalam-dalam hingga ia kesulitan bernapas.

Rasanya menyebalkan sekali. Marah, sedih, dan kesal semuanya bercampur menjadi satu, membentuk emosi baru yang membuat Mauretta ingin sekali menghancurkan Kevin hingga bertubi-tubi.

"Jahat banget sih jadi orang..." lirihnya pelan. Mauretta memukul-mukul kasurnya sekuat tenaga.

"Masa gue harus minta balikan?" tanyanya pada diri sendiri. "Malu dong, Retta. Harga diri, harga diri!"

"Tapi Mama Papa?" lanjutnya. Matanya kembali berkaca-kaca.

Mauretta membalikkan tubuhnya hingga telentang, menatap langit-langit kamar. Pikirannya berkecamuk hebat. Di satu sisi ia tidak ingin kembali dengan Kevin, namun di sisi lain ia juga tidak tega melihat orang tuanya kesulitan karena dirinya.

"Balikan nggak, ya?" gumamnya lagi. Ia berusaha mencari hal baik yang pernah Kevin lakukan untuknya, agar dirinya termotivasi untuk kembali bersama Kevin.

"Dia selalu jajanin gue es krim, gue nggak pernah bayar waktu dating, gue sering disamperin dan dibeliin makanan. Dia juga ganteng, tajir melintir, badannya bagus. Dia juga keren. Gue selalu di-treat kayak ratu, selama gue nggak ngobrol atau temenan sama orang yang nggak dia suka. Tapi ya gitu, yang dia suka cuma Aurel."

Mauretta kembali memutar otak. "Dia baru aja lulus, dan udah disuruh bokapnya gantiin posisi di perusahaan. Udah banyak, makin banyak aja duitnya." Mauretta mengetuk-ngetukkan telunjuknya di dagu. "Banyak juga ya, bagusnya dia."

Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan. Setelah lama berpikir, akhirnya Mauretta memutuskan untuk menyingkirkan gengsinya sedikit, dan mengambil ponselnya untuk mengirim pesan pada Kevin.

TOXIC ✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang