Sakha : 02

18 3 0
                                    

Sakha, Hubungan Internasional, semester 3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakha, Hubungan Internasional, semester 3.
Tiga informasi singkat itu menjadi awal dari episode panjang kisah gue dengan lo.

===

Pagi ini mood gue gak suram seperti hari-hari sebelumnya, PKKMB tingkat fakultas jauh lebih menyenangkan dari yang gue duga. FISIP, tempat dimana jurusan gue berada letak gedungnya paling jauh diantara gedung-gedung fakultas lain. Untuk pergi ke sana gue gak harus melewati gerbang utama, di sisi lain area kampus ada gerbang khusus untuk memasuki wilayah FISIP.

Fakta yang membahagiakan! Gue gak perlu lagi ketemu para senior yang hobi nyuruh maba lari-lari.

Suasana di FISIP agak sepi, gak seramai fakultas lain yang gedungnya berdekatan dan punya kantin bersama. Kata senior di sini 'FISIP itu exclusive' punya banyak fasilitas khusus yang gak harus digunakan ramai-ramai. Seperti gerbang, kantin, perpustakaan, dan mushola milik FISIP. Namun daripada exclusive gue lebih memandangnya sebagai sepi, koridornya yang lenggang malah mirip rumah sakit.

"Shiena Kiara Wafa."

"Shiena Kiara--"

Oh! Gue lupa sekarang waktunya perkenalan.

"Saya, Pak."

Gue beridiri diantara lebih dari seratus maba, senior yang menjadi panitia acara, juga dosen-dosen Fakultas. Rasanya canggung dan malu ketika pusat perhatian kini tertuju pada gue. Suara gue yang terbiasa dengan volume kecil sekarang harus dinaikan dan agaknya jadi terdengar cukup aneh.

"Nama saya Shiena Kiara Wafa, biasa dipanggil Shiena. Jurusan Ilmu Komunikasi, kelas pagi."

"Alasan masuk Universitas ini apa, Shiena?" Tanya Pak Romi, dekan fakultas.

Sebenarnya itu adalah pertanyaan umum yang sejak tadi ditanyakan pada semua maba. Tapi, gue sama sekali gak tahu jawabannya. Maka gue berpikir cepat dan hanya menjawab apa yang terlintas di kepala. "Karena ditolak UI, Pak."

"WKWKWKWKKWKWKWKWK."

Semua yang di aula kompak tertawa mendengar perkataan gue barusan. Merasa semakin malu gue kembali duduk sambil menunduk. Pak Romi dan dosen lain juga ikut tertawa, namun ia terlihat mengangguk mengerti. Sementara Kak Hansel, senior yang hari ini mempublikasikan wajahnya mengomentari jawaban gue.

"Ya bener sih, alasan masuk swasta kebanyakan karena sebelumnya udah ditolak negeri."

"Gue juga dulu ditolak UGM." sahut senior lain.

"Gue UI, susah dah masuknya."

"Gue ITB dari SNM sampai mandiri semuanya ditolak."

"Lagian gak cocok Han, modelan lu masuk ITB."

Sahut-sahutan itu bikin aula yang sepi jadi ramai sampai MC mengambil alih atensi dan melanjutkan perkenalan. Lalu semuanya berjalan dengan cepat dan tiba di acara dari FISIP, untuk FISIP, khusus FISIP. Kegiatan hanya antara mahasiswa, tidak ada lagi dosen yang tinggal di aula.

Para panitia memulainya dengan memperkenalkan diri mereka. Gue cuma diam sambil berusaha menahan kantuk. Gak ikut-ikutan bersuara untuk memeriahkan suasana seperti yang lain.

Namun saat senior yang kemarin gak gue tahu siapa namanya mendapat giliran memperkenalkan diri, tubuh gue menegak dan memandangnya lama. "Gue Sakha, dari jurusan HI, semester 3."

Sakha. HI. Semester 3.

Gue langsung menyimpan tiga informasi singkat itu dalam-dalam. Tanpa sadar sudah bisa menduga bahwa sedikit lagi akan ada benih yang segera tumbuh di dalam hati. Benih yang hanya lagi menunggu setetes air untuk membuatnya ingin hidup.

"Kak Sakha ganteng banget!" ucap sekumpulan maba cewek yang duduk di barisan belakang.

"Ganteng tuh Sak katanya," ledek Kak Vivi.

Kak Sakha, cowok itu melempar senyum tipisnya. "Biasa aja, mata lo pada belum cuci muka tuh pasti."

"Sok merendah lo, Sak." sahut Kak Hansel dan mulutnya yang seperti netizen di twitter.

Kak Sakha hanya menggedikan bahu lalu kembali mundur ke belakang. Dia semakin diledek oleh senior-senior cewek, sementara kumpulan maba cewek berisik yang duduk di belakang terdengar lagi menyusun strategi. Gue menghela nafas, lalu berniat mencuri pandang pada Kak Sakha, tapi mata gue malah bertemu dengan matanya.

Didetik itu gue merasakan benih tadi telah tumbuh. Hati gue jatuh untuknya tanpa ada perlawanan. Dia ... sangat mudah untuk disukai.

Pulang dari sini gue pasti cari IG-nya dan melancarkan aksi gerakan bawah tanah!

=to be continued=

=to be continued=

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Hansel]

Sakha & ShienaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang