3- Oppa Hunter

13 2 5
                                    

Kalian ada ide cast yang cocok untuk peran Veli, Adam, atau Jason gak?

Ayo komen di sini.....

Lagi - lagi Veli mematikan sambungan telepon dari Jason. Benar, dia memang bisa terbebas dari suasana canggung itu berkat Jason yang kembali menelponnya membuka kelas online tentang sakit lambung dan ceramah singkat mengenai makan siang karna sekarang sudah hampir pukul tiga sore. Yang sialnya dia belum merasa lapar sama sekali.

Oh tentu saja tadi dia sempat menumpahkan matcha latte favoritnya tepat di wajah Adam, membuat sahabatnya kaget dengan mata melotot. Bendera perang sudah dikibarkan. Dan dia sama sekali tak berniat kalah, bagaimana pun caranya.

Veli segera turun dari stasiun MRT melangkah memasuki gedung bertingkat empat yang merupakan kostan nya yang baru. Kost campur, lantai satu dan dua untuk cowok sedangkan tiga dan empat untuk cewek. Tentu saja jauh lebih murah daripada kost khusus.

"Sialan," umpatnya begitu menutup pintu berwarna cokelat.

Dirinya masih sibuk mencari pekerjaan part time untuk tambahan uang saku. Sebelumnya memang Veli bekerja sebagai SPG di mall pada darah satu brand baju. Tapi semenjak pertukaran pelajar itu dia resign dan tidak bisa masuk ke sana lagi karna memang sudah tidak ada lowongan.

Buru - buru dia mengeluarkan semua barang dari tas ke atas kasur dengan kasar. Setelah mendapat apa yang dicari, Veli bergegas melakukan panggilan.

Berdering cukup lama sampai akhirnya Manda mengangkat telepon.

"Halo Manda?"

"Ya, Vel?" Belum sempat Veli berbicara, Manda sudah memotongnya.

"Tunggu Vel! Aku ... maaf, aku nggak tau kalo Ka Adam itu mantanmu. Serius, setahun ini nggak pernah ada gosip percintaan tentangnya. Jadi aku hanya mau ... melakukan test, apakah kau bisa membuat ka Adam pacarmu aww-"

Dari seberang terdengar pekikan dari Manda yang sedang memaki Clarissa, mungkin tadi Clarissa menjitak kepala gadis itu. Mendengar dengusan tak suka Manda dan omelan Teguh mau tak mau Veli terkiki geli.

"Aku kan hanya ingin jujur saja, benar kan Vel?!" Tuntutnya yang hanya dibalas deheman oleh Veli.

Manda menghela nafas singkat dan berniat melanjutkan pembicaraan.

"Intinya aku marah karna kalah start darimu, Vel! Kan aku mau jadi Mak comblang! Ga asik!"

Telepon itu terputus sepihak membuat Veli membulatkan mata tak percaya. Apa itu tadi? Bukankah seharusnya harusnya dia yang marah? Tapi kenapa malah Manda yang ngegas begitu.

Belum juga Veli berbicara.

Namun panggilan masuk lain dari Manda sukses membuatnya tertawa.

"Sorry Vel, tadi kamu mau bilang apa?"

Veli sudah menggeleng tak percaya dengan sikap absurd temannya yang satu ini.

"Tadinya aku mau nanyain kamu di restoran Tante Maura ada lowongan part time gak ya? Atau mungkin Clarissa dan Teguh ada info lowongan selain di restoran keluargamu."

Tak ada jawaban dari seberang membuat Veli menjadi was - was.

"Buat siapa?"

"Aku dong," Veli memutar bola matanya jengah. "Tempat kerjaku sebelumnya penuh, jadi aku harus cari yang lain."

"Ada sih Vel, tapi nggak tau kamu mau atau enggak."

Veli menegakkan tubuhnya, ini bukan waktu untuk memilih apalagi bersantai - santai. Dia butuh uang untuk makan, Mama tidak mungkin bisa terus mengirimkan uang makan untuknya. Apalagi Mamanya hanya berjualan di pasar tradisional, bukan seperti Manda yang Ibunya memiliki restoran, atau Clarissa yang notabenenya anak pengacara apalagi Teguh yang jelas orangtuanya memiliki perusahaan percetakan sendiri. Masuk kampus elit dengan modal beasiswa saja dia sudah sangat bersyukur. Jadi daripada memilih, lebih baik berusaha melakukan yang terbaik.

Love Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang