Gemercik hujan ricuh bersahutan, perlahan para siswa meninggalkan kelas. Menyisakan 3 orang yang maih berdiam di kursi masing-masing.
"Ayo Ka pulang" ajak Dimas pada rekan di sampingnya
"Bentaran Dim, bantuin ngapa, beresin kelas, pasti in kelas di tinggalin dengan aman"
"Siap pak ketua😆"
Azka bangkit dari tempat duduknya, menghampiri gadis di pojokan yang masih tertunduk memegangi buku dengan telinga tersumbat earphone seperti biasa.
"Mau diberesin kelasnya" kata yang terlontar dari mulut azka, sementara orang yang ia ajak bicara menghiraukannya..
Azka lebih mendekat, mengetuk meja di depannya dengan 2 jari, berupaya mengambil perhatian wanita di depannya itu.
Fian menoleh, memastikan siapa yg mengusik ketenangannya, sembari melepas earphon yang menyumbat telinga kanannya dan membiatkan telinga kiro tetap tersumbat earphon birunya.
"Kelas mau diberesin, mau di tutup" ujar Azka kembali menegaskan.
"Hujan" balas Fian singkat
"Bawa payung kan" tanya Azka membujuk
Fian agar bergegas meninggalkan kelas.
Fian tak membalas perkataan itu, lantas bangkit dari tempat duduknya dan menjinjing tas miliknya. Keluar kelas, meninggalkan dua lelaki yang tadi bersamanya."Sumpah gua heran ama tu cewe" ujar Dimas pada Azka yang masih sibuk membereskan kelas sebelum benar-benar ditinggalkan.
"Udah selesai , yuk cabut" ajak Azka
Keluar kelas, menutup pintu dan berjalan menyusuri lorong sekolah dengan obrolan seputar bahasan keseharian kedua lelaki itu.
"Lah belum pulang" kata Dimas menunjuk seorang gadis yang masih duduk di bangku ujung lorong.
Langkah mereka masih berlanjut sampai akhirnya terhenti tepat di barisan bangku ujung lorong.
"Ngga pulang? Udah sore lo😆"Sapa Dimas sembari melepas penyumbat telinga wanita di depannya itu.
Fian mendongak
"Hujan" satu kata yang terlontar
"Kamu bawa payung kan" Azka menunjuk payung yang tergeletak di bangku sebelah Fian"Tu , ayuk pulang, apa mau bareng aja, aku apa Azka? Atau mau juan ujanan, asik juga mengingat masa kecil😆" gurau Dimas
Tak menjawab ocehan kedua pria yang menyapanya, memilih kembali memasang earphone pada telinganya dan kembali menunduk.
Satu lelaki pun mengimbangi dengan tanpa bertanya lagi dan melangkah pergi.
"Ka , tunggu napa, main pergi gitu aja. (Lari mengejar rekannya yang sudah terlebih dahulu beranjak menjauh) Kita duluan ya😁 (menyempatkan menoleh di sela-selah langkahnya yang cepat menyapa gadis tadi"
Menanti hujan reda, baru Fian berani beranjak meninggalkan sekolah yang sudah sepi sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Romance"Wanita Gila" persepsi orang kepada Fian Zumaro Al Fiany gadis abstrak, Terlampau rancu untuk di mengerti. Terauma lamanya menyulapnya menjadi wanita kaku,dingin dan ambigu.