Song i listened to when writing this :
Sweet but psycho - Ava Max
Enjoy~
Apa yang lebih membahagiakan dari masa sekolah? Yap, jam kosong. Membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif, namun dengan catatan bahwa murid harus tetap stay di kelas. Tidak boleh berkeliaran di luar kelas.
Begitu juga yang berlaku di dalam kelas rumpun soshum. Jam kosong seperti ini sangat dimanfaatkan dengan baik oleh mereka. Misalnya, ada yang sedang menggosipkan kelas sebelah yang pacarnya ketahuan selingkuh, berdandan untuk menemui gebetan atau sekedar tebar pesona ke mantan.
Di kubu cowok sendiri sedang bermain Play Station 5. Yap, mereka sudah berdiskusi dengan merencanakan untuk membawa peralatannya kemarin. Tenang saja, tak perlu bersusah payah untuk membawa televisi. Karena setiap kelas sudah disediakan layar proyektor untuk menujang pembelajaran siswanya, namun tak jarang juga dipakai untuk nobar film. Bahkan bermain game, seperti saat ini.
Nah, di sisi lain terdapat 3 orang siswi yang asik bermain UNO stick. Peraturan mainnya adalah setiap pemain diharuskan mengambil satu balok kemudian meletakkannya di susunan paling atas dengan syarat, balok tersebut tidak boleh sampai jatuh atau ia akan kalah.
"Ini nih, definisi menyulitkan teman. Kenapa lo mau ambil balok yang itu sih", komentar cewek dengan gaya rambut ponytail -- Fidelya--. Pasalnya permainan ini dibuat Truth or Dare oleh sahabat-sahabatnya. Supaya ada tantangan katanya.
"Gak apa apa, Cha, cari aman aja", jawab siswi di samping nya. Arin.
Gadis bernama lengkap Acha Adinata mendengus sebal. Lima belas menit bermain, membuat susunan balok yang semula sempurna, kini menjadi tak seimbang.
Apalagi pada bagian bawah hanya terdapat satu balok sebagai penopang. Ia bingung harus memilih balok yang mana. Sungguh, ia tak mau kalah dan mendapatkan Truth or dare. Apalagi, teman-temannya ini kalau memberi Truth or dare tak tanggung - tanggung. Ya, sangat menyenangkan, hingga harus bersusah payah memenuhinya.
"Ish, berisik kalian".
Dengan sangat hati-hati Acha mengambil balok berwana hijau dengan tanda putar balik yang artinya orang sebelumnya bermain lagi. Ia ingin membalaskan dendam ke Fidelya. Masih kesal karena sedari tadi gadis tersebut merecokinya.
"Gue takut kalo balok ini roboh. Eh, bentar Fid, lo jangan ganggu gue dong".
Raut mukanya dalam mode serius. Tangannya berusaha keras agak tak tremor. Sebisa mungkin tak menimbulkan gerakan yang semborno agar dirinya bisa melewati ketegangan ini. Dalam hati, dirinya sudah bersorak jika ia akan menang, bahkan sudah menyusun tantangan apa yang akan ia berikan untuk pemain selanjutnya.
Ah, memang realita tak seindah ekspetasi. Nasib berkata lain, saat stick itu jatuh ketika tinggal satu tarikan lagi.
"Tuh kan. Belum juga ditaruh di atas udah jatuh duluan. Kali ini gue pilih truth aja". Jawab Acha sebal. Mengabaikan tawa mengejek dari para sahabatnya.
"Diganggu gak diganggu kalah juga kan akhirnya". Fidelya masih tertawa, bahkan dirinya sampai mengusap air mata. Melihat ekspresi masam dari sahabatnya.
"Gak boleh gitu, Cha. Kali ini lo dapat dare. Karena lo ambil balok hijau. Sesuai kesepakatan awal. Balok warna hijau dan merah artinya dare. Sedangkan balok warna biru dan kuning artinya truth". Jelas Arin. Tangannya mulai mengambil kotak misterius yang nantinya akan diberikan kepada pemain yang kalah.
"Hahaha. Emang dasarnya lo gak bisa main". Fidelya tertawa.
"Lo emang ganggu gue". Acha menatap Fidelya sengit.
"Nih, ambil hadiah lo". Arin melerai dengan menyodorkan kotak bertuliskan dare. Di dalamnya terdapat kertas berisikan tantangan kepada pemain yang kalah.
Hadiah apaan. Baru mau membuka kertas aja udah deg-degan duluan.
Acha membaca tulisan yang tertulis di atas kertas. Keningnya mengernyit saat melihat dare yang ia dapatkan. Arin yang berada disampingnya malah terbahak keras.
"Nggak. Nggak. Gak mau gue. Dare apaan ini? Mau ditaruh mana muka cantik gue". Acha membuang asal kertas yang berisikan Darenya.
"Oh, jadi lo nyerah nih? Mana Acha yang tadi dengan gaya sok-sokannya bilang 'gue gak akan takut dare dari kalian'. Ha ha". Fidelya berkata menirukan cara bicara sahabatnya dengan sedikit mengejek.
"Eh, bukannya gue menyerah ya, tapi lo mikir lah. Mana ada dare kayak gitu". Gadis beriris coklat madu berkata dengan wajah masam. Bagaimana bisa dirinya mendapatkan dare yang sama sekali tak ada dalam pikirkannya.
"Oke, sesuai kesepakatan awal. Sahabat cantik kita ini kalah dan tantangan yang didapatkan adalah berpacaran selama tiga bulan dengan Rama Danta". Arin membacakan isi dari kertas tersebut.
Jangan ditanya raut muka gadis cantik bernetra coklat madu tersebut. Tentu saja sangat masam dan dongkol. Siapa sih murid yang bersekolah di Cendikia Senior High School yang gak tau Rama?
Cowok dengan segudang prestasi di bidang akademik dan seringkali mengharumkan nama sekolah dalam ajang olimpiade sains. Nilai plus juga dengan wajah tampan dan proposi tubuh idealnya. Idaman sekali kan?
Namun jangan salah. Dibalik kesempurnaanya yang ia miliki, terdapat sifat yang cuek dan seringkali berkata pedas, membuat ia mendapatkan julukan 'cabe boy'.
"Ish, gak bisa apa diganti dare nya. Dilihat dari penampilan plus namanya yang selalu berada di jajaran tiga besar akademik, udah menjelaskan selera ceweknya kayak gimana. Sedangkan gue? Jauh banget".
Acha menatap teman-temannya dengan wajah memelas seolah meminta pengampunan agar hukuman diringankan atau kalau bisa diganti saja.
"Nih anak minta ditabok kali ya. Yang ngambil kertasnya tuh lo. Jadi, terima aja. Mungkin ini rejeki buat lo, kapan lagi bisa satu spesies sama orang pinter. Haha". Fidelya dan Arin asik tertawa.
Gawat. Tak ada pengampunan kali ini. Ia harus benar-benar melaksanakan darenya sebelum kedua sahabatnya makin menjadi mengejek dirinya. Ah, Acha bagaimana bisa kau bertemu dengan dua orang yang kau katakan sebagai sahabat jika kelakuan mereka saja seperti ini.
"Semangat, Cha". Bukannya mereda, tetapi tertawaan kedua sahabatnya makin keras. Seoalah mengejek atas kekalahan dirinya dalam bermain UNO stick serta mendapatkan dare untuk menaklukan siswa introvert sejati plus julukan yang disemangatkan dalam diri siswa tersebut.
Huft. Sekali lagi semangat Cha. Setelah ini hidup lo akan penuh perjuangan. Batinnya.
AN :
Sebenarnya ini cerita udah dari 2020, terus udah pernah up juga di WP. Tapi, aku unpublish buat revisi. So, ini bakal aku up terus ya. Dan buat kalian yang sudah nunggu/nanyain cerita ini. Semoga masih ingat sama Acha dan Rama.
Jangan lupa klik star vote + komen, tambahkan juga dalam reading list kalian biar kalau ceritanya UP kalian tau. Terimakasih :)
Komen masa-masa sekolah kalian sebelum diberlakukan sistem daring dong. Kayaknya seru :)
Gimana mau lanjut gak?
More Information follow instagram : cutealpenlibe01_
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati yang Terpikat
Teen FictionKarena kekalahannya dalam permainan Uno Stick, Acha dipertemukan dengan Rama. Cowok introvert dengan segudang prestasi dan di dukung wajah tampannya. Tapi jangan salah, wajah boleh tampan, tubuh boleh tegap, mulut pedasnya seperti netizen +62. Ia di...