3. CUEK

13 8 17
                                    


"Kak Rama pulang, yeay". Teriakan Kevin --adiknya-- membuat pemuda jangkung menoleh. Ia tersenyum hangat ke arah adiknya. Satu-satunya orang yang ia miliki untuk saat ini.

"Kok kamu belum bobo? Ini kan udah jam 9". Rama mengusap kepala adiknya sayang. Dengan adiknyalah ia bisa bersikap hangat.

"Kevin nungguin kakak. Lembur ya kak?" Kevin berujar polos. Matanya berbinar ketika melirik bingkisan yang dibawa Rama.

"iya, kakak ada hadiah spesial buat kamu. Nih." Rama menyerahkan bingkisan berlogo putri duyung yang ia bawa untuk adiknya.

"Ih, makasih kak. Ini kan minuman yang sering temen-temen Kevin minum. Akhirnya Kevin bisa minum ini juga. Kakak dapat darimana? Kakak curi ya?"

Rama mendengus. Entah dapat darimana sifat adiknya ini. Kalo ngomong suka sembarangan, "Enak saja, bingkisan ini dapat dari temen kakak tadi. Kamu minum sana".

"Syukur kalo gitu. Kevin kira kakak mencuri, kan gak baik. Kita minum berdua aja kak. Aku tahu kakak juga ingin nyicip".

Rama memeluk adiknya sayang ia sungguh bersyukur diberi adik yang sangat pengertian dan tidak pernah meminta jika bukan hal yang mendesak, ya meskipun tingkahnya agak membuatnya kesel.

Rama mengulum senyum, "Makasih Kevin".

Di lain tempat, Acha menatap sebal ke arah handphonenya. Sedari tadi ia menunggu balasan chat namun tak kunjung ada notifikasi dari orang tersebut. Yang ia lakukan hanya scroll-scroll beranda instagramnya. Melihat orang-orang menunjukkan apa yang mereka miliki atau akttivitas yang mereka lakukan.

Cabe boy

Iya, apa?

Acha melihat notifikasi Iphonenya. Ia mendengus kesal ketika melihat balasan dari Rama. Iya, apa? Kaku banget deh. Balasan macam apa itu, cuma satu bubble pula.

Daritadi gue nungguin notif dari lo,
Tapi, balasan lo itu doang?
Kaku banget jadi cowok.

Cabe boy
Hm. So?

Ga asik banget ih, Rama.

Cabe boy
Gue capek mau tidur.

Baru juga dibalas
udah mau tidur aja

Cabe boy
Capek.

Ya sudahlah.

Besok lo gue bawain bekal.
Good night baby.
Happy nice dream.

Rasanya Acha ingin adu jotos saja. Pesan darinya hanya di read tanpa ada balasan setelahnya. Astaga, bahkan banyak lelaki yang menginginkannya, mengapa ia harus terjebak challenge sialan ini untuk mendapatkan pemuda bermulut pedas namun juga membuatnya penasaran. Oh my god.

Oke, bukan waktunya mengeluh. Secepatnya ia harus menaklukan Rama. Kemudian berpacaran dengannya selama tiga bulan. Jadi, ia harus memaksimalkan cara agar targetnya cepat luluh.

Dan disini Acha membentengi hati agar tidak baper. Ia tak mau jika hatinya ikut terlibat, itu akan menyusahkannya sendiri saat melepaskan Rama.

Tapi takdir tidak ada yang tau kan?

"Bibi An, besok Acha buatin pancake. Mau dibawa ke sekolah".

"Baik non".

****

"Jadi gimana?" Arin bertanya untuk memastikan berapa persen usaha yang dilakukan Acha untuk mendapatkan targetnya.

"Ya gitu, lama. Doi gak kayak cowok kebanyakan. Lo tahu sendiri kan?" Acha menelungkupkan kepalanya di meja. Kepalanya pusing memikirkan cara untuk menaklukan pemuda jangkung tersebut. He was different from other men.

"Nih anak ditanya malah balik nanya, yang penting lo usaha aja dulu. Nanti dia luluh sendiri kok. Memang cowok tipe Rama itu seolah-olah gak suka cewek, tapi kalau udah dapat gak akan di lepas, tipe-tipe setia gitu".

Acha memutar bola matanya jengah, ia menatap Fidelya yang sedang memakan keripik kentang. Ahh, ia tak lupa jika Fidelya ini teorinya luas tapi,... ahh sudahlah.

"Dih, kata siapa kayak gitu. Lo belum pernah pacaran ya! lo jomblo dari orok".

Fidelya melirik Acha sinis, "Gue udah research. Oh ya, meski gue jomblo yang deketin gue banyak. Asal lo tau".

"Gue mau ngasih ini ke Rama dulu deh". Acha meletakkan bekal yang ia bawa ke atas meja. Sejujurnya ia agak jantungan, takut kalau bekalnya ditolak.

"Pakai dibawain bekal segala?" Arin melihat tas totebag dengan merk wadah makanan terkenal di +62 yang kalo hilang pasti emaknya pada ngamuk.

"Iya, bagian dari misi. Gue begini juga demi mission completed, kalau gak mah ogah. Ngapain anjir". Acha menenteng tas berwarna baby blue di tangan kanannya. Ia melambaikan tangan ke arah sahabatnya kemudian melangkah menuju kelas Rama.

"Hai, baby sweety". Acha meletakkan totebag di meja pemuda tampan yang tampak asik membaca buku, membuat cowok di depannya ini menatapnya tajam karena telah mengganggu konsentrasinya.

"Aku tau aku cantik tapi biasa aja liatnya, baby, nih aku bawain pancake". Acha mengeluarkan bekal kemudian membukanya. Ia menuangkan sirup madu ke atas pancake untuk diberikan ke Rama.

Tak diperdulikan tatapan heran dari teman sekelas cowok yang menjadi targetnya. Bahkan ada yang terang-terangan menatap tak suka ke arahnya.

I don't care. Lagian ia melakukan ini juga karena misi.

Rama membuang muka ke arah lain. Ia tak habis pikir dengan gadis yang menduduki bangku disampingnya ini. Kenapa suka sekali merecoki kehidupannya yang tenang dan damai?

Tatapannya beralih ke arah roti yang ditumpuk kemudian disiram madu. Apa namanya, pancake? Bukannya ia tak tau jenis makanan apa tersebut, tapi ia lebih menyukai makanan berkarbohidrat seperti nasi agar kenyangnya tahan lama.

Maklum, Rama kan penganut Indonesia banget. Kalau belum makan nasi ya belum makan namanya. Padahal mukanya ada percampuran bule, entah dari mana kebiasaan itu.

"Lo ganggu". Rama kembali membaca bukunya. Ia tak memperdulikan seseorang disampingnya.

Acha mengerucutkan bibir, "aku gak suka ya kamu lebih mentingin buku itu daripada aku, baby".

"Kesambet apaan lo? Ingat ya, kita ini sama-sama orang asing". Rama mendekat ke Acha dan berbisik lirih namun sukses membuat gadis pemilik iris mata coklat madu menegang, "Dan satu lagi gue bukan bayi lo, gue udah gede bahkan bisa buat bayi sendiri".

Rama menyeringai melihat reaksi tegang pada gadis disampingnya ini. Sejujurnya ia sungguh muak, tapi mengusir pun percuma. Gadis ini sangat bebal, ingat!

Blush

Acha menyembunyikan rona merah di pipinya dengan menunduk, pura-pura sibuk menuangkan sirup madu. Ia tak salah dengarkan? Rama yang dikenal pendiam ternyata semesum ini. Astaga, ia harus tekankan di otak cantiknya jika cowok disampingnya ini juga lelaki. Normal.

"Kenapa eh? malu?"

AN :
Sebutin dong ciri-ciri es batu yang udah mleyot.
Oh ya, jangan lupa dukung Acha yuk!!!
Dengan cara klik star vote + komen

Terimakasih :)

Instagram : cutealpenlibe01_

Hati yang TerpikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang