2. PULANG BARENG

16 11 10
                                    

Bukan tanpa alasan hari ini Acha diantar supir. Untuk melaksanakan rencananya agar berhasil tentu saja ia harus melakukan pendekatan terlebih dahulu agar tidak kaku. Dan otak cantiknya memikirkan jika nanti harus nebeng atau pulang bareng dengan cabe boy. Rama.

"Tumben sama supir, biasanya pakai mobil, bangkrut lo?" Memang Fidelya ini kalo ngomong gak pernah pake filter tapi enaknya temenan sama orang kaya gini tuh jujur, nggak ada yang namanya muka dua.

"Mulut lo emang gak ada filternya. Nih, gue kasih filter instagram biar cakepan dikit, gimana?" Acha menaikkan satu alisnya sambil bersidekap dada.

"Ga perlu, bibir gue udah montok. Kylie Jenner aja sampe ngiri."

Acha memutar bola mata malas. Menarik kursi sebelah Fidelya kemudian mendudukinya, "Arin mana?"

"Tuh anak lagi ngebucin sama Rio."

"Pagi-pagi gini? lo gak juga?"

"Lo g***ok atau gimana?" Fidelya mendengus kesal.

"Oh iya, lo jomblo dari orok." Acha tertawa sampai memegangi Perutnya. Senang sekali bisa membuat Fidelya kesal.

"Lo belum jawab pertanyaan gue, kenapa lo gak bawa mobil?"

"Gue nanti mau nebeng cabe boy biar makin akrab gitu. Keren kan rencana gue?" Acha berucap bangga dengan menepukkan tangan di dadanya.

"Hah? gimana gimana? Lo mau nebeng? Sama Rama? Belum juga naik udah kena damprat." Fidelya menertawakan Acha. Skornya saat ini sama kan? 1-1.

See

Emang mulutnya lemes kayak kangkung rebus.

"Dasar sobat bangsat. Untung temen."

***

Acha mengemasi buku dan alat tulisnya dengan cepat. Ia tak mau ketinggalan untuk misi satu ini. Melihat kolong meja, memastikan tak ada barang yang tertinggal, kemudian bangkit tak lupa menyampirkan sebelah tas saja di punggung.

"Gue duluan ya." Melambaikan tangan ke arah Fidelya dan Arin dengan senyuman genit andalannya.

"Semoga sukses, Cha." Arin melambaikan tangan dengan senyum ceria.

"Oke Rin."

"Lo jangan malu-maluin gue kalau gak bisa dapetin tuh cowok." Dasar Fidelya, teori aja gede prakteknya nol. Jomblo emang.

"Ya ya."

Acha keluar dari kelasnya menuju parking area. Ia tersenyum lebar melihat sepeda tua itu masih berada disana.

Acha duduk di samping sepeda tersebut. Ia tak menghiraukan tatapan aneh dari siswa maupun siswi yang melewatinya. Ia tak ambil pusing, lebih baik ia menunggu Cabe boy.

"Hai Rama. Kemarin gue chat gak lo bales. Sengaja ya?"

Rama mendengus, "Ngapain lo disamping sepeda gue."

"Emm... gue mau nebeng lo, mau ya."

"Gak."

"Gue gak bawa mobil. Nebeng ya, please...please."Acha menatap Rama dengan tangan memohon dan tatapan se-imut mungkin.

"Gak. Minggir."

"Please, Rama," Bujuknya dengan raut macam anak kucing. Namun yang ditatap malah memilih tak perduli.

"Lo bisa suruh supir lo kesini atau nebeng temen lo, bukannya gue."

Rama menaiki sepedanya. Ia sudah bersiap untuk mengayuh, tapi tangan yang menarik belakang bajunya membuat ia terpaksa berhenti. Karena tak mau jika bajunya sobek.

Hati yang TerpikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang