"He-hei?!" Kuro sekarang sepenuhnya bangun, ia cemas sangat cemas karena suara Kenma, terdengar sangat lemas. Buru buru ia bangun lalu keluar dari rumahnya untuk menghampiri Kenma.
Kuro cepat-cepat masuk ke kamar Kenma, wajah khawatir dan takut nya terpampang jelas.
Segera ia menghampiri Kenma yang berada dilantai menekuk lututnya dan terlihat sangat lemas, nafasnya tidak teratur wajahnya sangat pucat.
"Se-ssak..." Kenma berpegang erat pada tangan Kuro, matanya tampak berkaca-kaca. Sesakit itukah?
"Tenang... Coba atur nafas mu dulu." Kuro berusaha menenangkan Kenma, diangkatnya tubuh mungil milik Kenma, lalu ia memangku Kenma sembari menahan tubuhnya menggunakan tangan besar milik Kuro.
"Sakit.." Kenma merintih, dadanya terasa sangat sakit sangat sesak, banyak oksigen yang telah ia hirup namun tetap saja terasa tidak ada oksigen didalam paru-parunya.
Air matanya mengalir pelan dikedua pipinya, ia sembunyikan wajahnya di dada bidang Kuro, memeluk erat, sangat erat sembari menangis.
Kuro menepuk-nepuk punggung Kenma berupaya membuat Kenma setenang mungkin agar sesaknya berkurang. Dadanya terasa basah karena air mata milik Kenma.
"Sudah lebih baik?" Tanya Kuro saat Kenma mendongakkan kepalanya. Kenma terlihat masih mengatur nafas namun tidak sesulit tadi.
Kenma mengangguk pelan, tubuhnya lemas. Direbahkan tubuhnya oleh kuro setelah Kuro menyiapkan bantal yang cukup tinggi untuk memudahkan Kenma bernafas.
"Aku temenin ya?" Tanya Kuro sambil mengusap keringat yang ada di kening temannya itu, ditariknya selimut lalu menenggelamkan Kenma kedalamnya.
Kenma mengangguk kembali. Dipejamkan matanya perlahan, melihat Kenma yang sepertinya ingin melanjutkan tidurnya, Kuro menepuk paha Kenma.
Beberapa waktu berlalu Kenma tampak tertidur pulas kembali dengan mulut yang setengah terbuka.
Kuro menghela nafas, dirinya tidak ingin tidur. Direbahkan lah tubuhnya disamping Kenma, masih tengah malam.
Bintang nya banyak. Terlihat sekilas langit luar dengan bintang yang bertebaran. Memang tidak terlalu banyak, namun ini lebih banyak daripada biasanya.
.
.
.
.
."Misi." Kuro mengetuk pintu kelas dua, dimana ada teman kecilnya.
"Oh, senior! Mau jemput Kenma ya" tanya seorang gadis yang terlihat masih membereskan buku-buku nya.
"Ah, iya." Jawab Kuro singkat sambil tersenyum tipis.
Kakinya melangkah menuju kursi yang diduduki Kenma. Yang dihampiri masih menata meja nya dengan lambat.
Kuro yang tidak ingin menunggu lama langsung mengambil alih, tangannya bergerak cepat memasukkan buku-buku kedalam tas Kenma. Lalu membawanya dipundak kirinya.
"Ayo."
"Makasih semalem." Ucap Kenma, untuk hari ini entah mengapa dirinya tidak memainkan video game miliknya.
"Iya, nggak masalah." Jawab Kuro.
Keduanya berjalan tanpa ada yang bersuara.
Kuro membuka sedikit mulutnya namun ragu untuk mengeluarkan suaranya.
"Hmm." Alhasil Kuro hanya bergumam, berpikir bagaimana caranya menanyakan ini kepada Kenma.
"Apa?" Kenma bertanya sambil melirik wajah Kuro yang tampak sedang berpikir keras.
"Ah itu, mau cek?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari bibir Kuro.
"Hmm, mau temenin?" Tanya Kenma ragu. Jujur saja Kenma memang bisa dibilang penakut, dirinya takut dengan orang disekelilingnya jadi jika dia harus ketempat ramai dia akan meminta Kuro menemani nya agar tidak gugup.
Tentu saja tujuan mereka itu, Rumah Sakit.
"Mau sekarang? Besok aku nggak bisa." Ucap Kenma pelan, seperti biasanya, kepala nya selalu menunduk melihat tanah.
"Yasudah ayo?" Jawab Kuro, lalu merangkul Kenma. Kenma semakin terlihat mungil jika di rangkul seperti itu.
"Tanganmu berat." Ujar Kenma dengan wajah yang terlihat jengkel.
.
.
.
.
.
.Mereka berdua kini duduk di ruang tunggu rumah sakit, menunggu giliran panggilan mereka bertemu dokter, mereka beruntung karena rumah sakit tidak terlalu ramai mereka bisa bertemu dokter tanpa janji.
"Kozume Kenma!" Seorang perawat akhirnya memanggil nama mereka. Sudah giliran mereka.
Kuro dan Kenma cukup berdebar dan gugup untuk menemui dokter.
"Jadi, mana yang kenma?" Tanya dokter itu ramah lalu menatap dua insan yang sedang duduk bersebelahan.
"Yang kecil dok." Jawab Kuro cepat.
"Oke, jadi apa keluhannya?" Tanya dokter itu kembali, kali ini matanya menatap Kenma.
"Uhmm..." Tangan nya terus gelisah, bahkan menatap kembali mata dokter itu sangat sulit.
"Gapapa kenma." Bisik Kuro sambil menepuk tangan kenma agar mengurangi kegugupan Kenma.
Kenma menjelaskan semua keluhannya, mulai dari batuk yang terus berlangsung selama 3 Minggu 5 hari, dada yang nyeri.
"Hmm, sering sesak?" Tanya dokter lagi.
"Baru kemarin malam saya sesak." Jawab Kenma.
"Begitu ya, kalau gitu saya cek dulu ya? Tolong berbaring di kasur." Pinta dokter.
Dokter perempuan itu menyiapkan stetoskop, mendekati Kenma lalu menempelkan stetoskop pada dada Kenma supaya bisa mendengar suara di paru-paru untuk mendiagnosa.
"Hmm, mungkin ini hanya sesak biasa. Saya resepkan obat ya." Ucap dokter itu dengan senyum tipis, lalu mencatat resep obat untuk Kenma.
"Kalau bisa hindari tempat yang banyak asap rokok, kalau kamu perokok stop ya." Lanjut dokter itu.
"Baik dok." Sebenarnya Kenma sendiri tidak tahan dengan asap rokok jadi dia tidak mungkin merokok.
Sesi pemeriksaan berakhir, kini mereka berdua- Kuro dan kenma sedang duduk di bangku kereta untuk pulang.
"Lumayan banyak ya obat nya." Ucap kuro sambil melihat Kenma yang terus menatap beberapa macam obat yang ada dalam genggamannya.
"Merepotkan, boleh nggak ini ngga usah ku minum" ucap Kenma dengan wajah muak.
"Kalau ngga minum, aku ambil seluruh video game mu ngga masalah kan?" Kuro menjawabnya dengan wajah tersenyum tapi terlihat marah.
"Iya kuminum."
"Pasang alarm aja biar ngga telat minum nya."
"Tumben pinter."
"Sialan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Roti Selai ft. haikyuu!! && KuroKen.
RandomKozume Kenma, si mungil berambut asli hitam. Kesukaannya adalah berolahraga jari alias bermain game. Seperti itulah kurang lebih sosok Teman atau bisa dibilang sahabat Kuro Tetsuro. "Kenma itu imut, apalagi kalau lagi serius main game." . . . . •To...