2

151 42 5
                                    

"Jadi... Kau membawa sebuah robot wanita karena kau diserang oleh para preman?"


Memang memalukan rasanya ia harus dilindungi oleh seorang wanita namun melihat tatapan [name] pada para preman rasanya ia akan mati jika berada di kumpulan mereka. Terlebih lagi amunisi yang ditembakkan oleh [name] yang seketika membuat para preman kalang kabut.


"ya. Aku tau kau tak akan mempercayai ini."

"ya, percaya bahwa kau dapat mengalahkan para preman sendirian?"

"hey! Aku pernah membuat seorang preman dilarikan ke rumah sakit, kau tahu?"

"ya, ya. Terserah padamu. Bisa kita berbicara sebentar? Oh! [name], bisa kau tunggu disini?"


Osamu menggeret Atsumu ke balik tembok dan menghela nafas sejenak. Ia tak menyangka saudaranya akan membuatnya berada dalam masalah baru seperti sekarang ini.


"kau akan membiarkannya tinggal disini?"

"hey, bukan itu maksudku! Dia yang mengekoriku sampai ke rumah dan aku tak dapat menolak atau berakhir seperti para preman tadi."

"apa kau sadar kau baru saja membawa robot ke rumah ini? Apalagi dia wanita!"

"yhaa... Uhh... Kau tahu? Kita dapat mengesampingkan soal jenis kelaminnya. Dia tak memiliki tempat tinggal."

"bagaimana jika seseorang melihatnya keluar dari rumah ini dan beranggapan hal yang aneh?"

"huh? Oh!-... Umm... Kenapa tak mengatakan pada mereka bahwa dia saudara jauh kita?"

"oke, bagaimana dengan makanan atau charge baterainya?"


Oke, Atsumu terpojok. Ia hanya dapat mengalihkan pandangannya dari Osamu pada [name] yang menatap televisi di depannya dengan wajah yang sama.


"aku tak tahu... Tapi mungkin kita dapat mencari tempat baru untuknya tinggal. Lagipula apa ruginya mendapat mesin penghancur kecoak gratis?"

"maksudmu penghancur rumah?"

"dia tak seberbahaya apa yang kau pikirkan."


Atsumu berjalan meninggalkan Osamu yang masih berdiri di balik tembok dan duduk di samping [name] yang masih menatap ke arah layar televisi. Dengan mengumpulkan keberanian, Osamu berjalan dan berdiri di samping [name] yang seketika menatap datar kearahnya.


"maaf karena aku mengatakan ini. Tapi bisakah kau pergi?"


Atsumu terlonjak kaget dan secara spontan berdiri menghadap saudaranya. Dia ingin membantah namun [name] yang berdiri mencekat kata katanya di tenggorokan. Tanpa berkata apa pun [name] berjalan ke arah pintu dan hendak meraih kenop sebelum suara Atsumu menahan aksinya.


"hey, kita tak dapat membiarkannya berkeliaran di kota dan menodongkan senapan pada orang orang, bukan? Ayolah, Samu. Aku yakin dia akan membuat seisi kota kalang kabut."

"Tsumu, kau pikir untuk apa dia berada di rumah ini?"

"uhh..."

"tak ada, bukan?"

"tapi dia tak memiliki tempat tinggal. Bagaimana bisa kau membiarkan seorang wanita mati tanpa tempat bernaung?"

"dia sebuah robot. Dia dapat menjaga dirinya sendiri. Lagipula untuk apa dia mengenakan seragam siswi sekolah kita?"

"urghh... Biarkan aku berbicara padanya sebentar."


Tanpa basa basi lagi, Atsumu menghampiri [name] yang masih berdiri di dekat pintu. Osamu hanya menatap keduanya yang tengah berbincang.


Heart For an AI [M.Atsumu x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang