5

136 37 2
                                    

"yo! Bagaimana dengan tur sekolahmu? Kuharap kau belajar banyak dalam waktu setengah jam."

Bukannya menjawab, [name] hanya menunduk dan menatap lantai kelas. Pertanyaan yang diberikan Atsumu soal tujuan ia diciptakan masih terpikirkan olehnya.

"hei, sejak kapan kau belajar wajah murung seperti itu? Ngomong ngomong, kau ingin bergabung dengan kami ke arcade pulang sekolah nanti? Kau bisa belajar banyak tentang remaja di kota ini di sana."

"kau yakin tak akan membawa [name] dalam masalah lagi?"

"lagipula dia akan menapakkan kakinya bukan hanya ke sekolah ini, kan? Mengenalkannya lingkungan baru akan sangat bermanfaat baginya."

"terserah kau saja. Jika terjadi masalah nantinya, aku tak ingin ikut campur."

"Jadi bagaimana menurutmu, [name]?"

Dan untuk pertama kalinya, [name] menghiraukan kata kata Atsumu. Ia membuka semua file yang ia punya untuk mencari jawaban pertanyaan Atsumu sebelumnya. Menganalisis semua kata namun tak ada sama sekali informasi yang cocok.

Namun ia tak sengaja membuka bank datanya saat untuk pertama kalinya melihat dunia sekitar dengan kata "selesai" terpampang di layar penglihatannya. Semua terlihat hancur dengan api berkobar disana sini. Rekamannya tak terdengar secara jelas.

Apa ia pernah merekam ini? Kapan dan dimana ini terjadi?

"sepertinya dia masih terbawa pelajaran matematika tadi. Kurasa guru itu memang terlalu menekannya."

Dan lagi lagi [name] hanya terdiam dengan berusaha mencari bank data tentang rekaman tersebut. Melihat [name] tak meresponnya pastinya membuat Osamu berfikir bahwa untuk pertama kalinya Atsumu gagal mendapatkan hati seorang wanita.

"kau mendengarku?"

"darimana itu berasal?" tapi akhirnya [name] menatap Atsumu dengan wajah bingung.

"hm? Berasal? Maksudmu arcade? Kau akan tahu nanti."

"hm? Arcade?"

Dan pastinya Osamu berusaha menahan tawanya karena ternyata sedari tadi [name] menghiraukan saudaranya sedari tadi.

"kerja bagus, [name]."

"diamlah. Ngomong ngomong, jika kau tak ingin ikut kau masih bisa pulang sendiri, kan? Kau ingat jalan pulangnya?"

"tapi itu berarti aku tak dapat melindungimu."

"kau dapat pointnya. Kau ikut bersama kami sembari melindungiku."

Osamu hanya dapat berharap dia memiliki kepercayaan diri Atsumu. Tapi tentu dalam artian yang lainnya. Yhaa... Tujuan berikutnya adalah mengawasi dua makhluk ini. Tentu dia tak bisa mengatakan [name] adalah manusia dan Atsumu juga... Manusia.

"kalau begitu kita pergi!"

"apa ini misiku?"

"bisa dibilang ya, tapi misimu untuk kali ini adalah untuk bersenang senang."

"bagaimana cara bersenang senang?"

"kau akan mengetahuinya saat kita sampai di sana."

Ketiganya berjalan keluar dari kelas dan pastinya Suna dan Ginjima sudah menunggu di loker sepatu. Tentu saja Ginjima diberi misi spesial dari senpai mereka untuk mengawasi si kembar saat berada di sana dan anggap saja Suna sebagai dokumenter.

"kalian siap?"

"oh wow, kau membawa kekasihmu juga?" melihat siapa yang kini berbicara [name] berhenti di depan Atsumu sembari melontarkan tatapan tajam pada Suna.

"geez, kekasihmu sangat protektif, huh? Tenang saja, nona. Aku tak tertarik dengan pria."

"sudahlah, [name]. Dia berada di pihak kita sekarang." Atsumu menepuk bahu [name] untuk menenangkan mesinnya yang mulai memanas. Jika itu perintah Atsumu, dia tak bisa menolak. Tapi bukan berarti dia akan melepas perhatiannya dari Suna.

"aku akan tetap mengintainya."

"oke, kita tak ingin orang orang melihat kalian berdua bertengkar atau kalian akan diasingkan ke ruang BK. Sekarang kita pergi, biarkan Atsumu mengurus [name], dan kalian berdua laksanakan tugas kalian."

Suna dan Ginjima mengangguk mengerti dan mulai berjalan keluar dari bangunan sekolah. Atsumu dengan jurus seribu modusnya segera menggenggam tangan [name] yang pastinya dingin (karena dia memang berasal dari besi) sementara Osamu berada di belakang mereka hanya bisa menatap datar.

Nyamuk.

"huh?"

"agar kau tak tersesat saat berada di jalan di nanti-... Ouch! Jangan menggenggamnya terlalu kuat, kau akan membuat tulang tanganku remuk!" [name] melonggarkan sedikit genggaman tangannya dan itu cukup untuk Atsumu.

"itu lebih baik. Aku tak tahu kekuatan sebuah robot wanita lebih dari wanita di tanggal merah."

"tanggal merah?"

"lupakan. Kau tak akan mengalaminya. Jadi kau menemukan sesuatu yang menarik dari sekolah ini?"

Keduanya mulai berjalan sembari berbincang bersama. [name] kembali membuka bank datanya dan mencari informasi yang ia dapatkan hari ini.

"Ada satu surga di sekolah ini yang mereka sebut sebagai kantin."

"errr... Ya, aku mengerti itu."

"Mereka bilang guru matematika yang kita temui adalah seorang monster."

"tidak, dia bukan monster." Atsumu tahu apa yang dimaksud [name], tapi jika keesokan harinya [name] melepaskan misilnya-... Lupakan. Itu terlalu mengerikan.

"hal lainnya?"

". . . Seseorang memberitahuku tentang cinta."

"oh, benarkah?"

"Tsumu, dia baru saja diciptakan beberapa hari yang lalu dan jangan menjelaskan apa pun soal kata itu."

"ayolah, dia bisa menjadi teman bicara yang baik untuk yang lainnya. Dia akan memiliki banyak teman."

"pertama, dia robot. Kau ingat? Dia tak akan mengerti apa pun tentang manusia. Kedua, dia tak memiliki hati."

"setidaknya dia sebuah AI yang bisa diajak bicara."


"aku mendengar kalian berdua berbicara soal robot. Apa itu tentang koleksi Atsumu?" terdengar suara Suna dari kejauhan tapi untungnya dia tak menangkap apa yang tengah bicarakan.

"Ya! Dia masih menyimpannya hingga sekarang!"

"haa?!-..."

"bagus! Itu akan menjadi salah satu catatan berharga bagiku."

Osamu melirik tajam Atsumu seolah olah berkata "ini untuk kebaikan kita semua" dan berjalan menyusul kedua temannya yang lain meninggalkan Atsumu dan [name] di belakang.

"apa itu cinta?"

"itu-... Lupakan. Sebaiknya kita menyusul yang lain."

Atsumu mengeratkan genggamannya pada tangan [name] dan berlari untuk menyusul saudaranya sebelum-...

"Ouch!-... Jangan mencoba meremukkan tanganku untuk kedua kalinya!"

"tidak, [name]. Lanjutkan."

Suna mengeluarkan ponselnya dan dalam hitungan detik foto Atsumu dengan [name] terpampang di layarnya. Ginjima berusaha menahan tawanya melihat wajah datar [name] yang terlihat sama sekali tak peduli dengan tangan Atsumu sekarang ini.

"sepertinya sekarang kita memiliki anggota baru untuk mengawasi Atsumu. Haruskah?"

"ya, kau harus merekrutnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heart For an AI [M.Atsumu x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang