4

124 36 3
                                    

Atsumu meletakkan pensil ke atas meja dengan menatap membiarkan [name] untuk mempraktekan apa yang baru saka ia ajarkan. Rasanya seperti mengajar anak TK menulis namun lucu juga melihat [name] yang berusaha memegang pensil dengan benar.

"hey, kemarilah. Berikan tangan kananmu." dengan wajah datarnya [name] mengulurkan tangannya. Memang bahunya sedikit merinding karena tangan itu yang membuatnya trauma selama beberapa hari.

Dengan perlahan Atsumu membantu [name] untuk memegang pensil dengan jari jarinya.

"kau mengerti? Uhh... Kau merekamnya semuanya, bukan?"

"dengan sensor gerakku, aku merekam semua gerakan yang kau tunjukkan."

"baguslah. Oh! Bagaimana dengan menggambar?"

"menggambar?"

"ya, itu seperti... Uhh... Kegiatan kesenian. Bagaimana aku mejelaskannya? Begini saja, tiru bentuk pensil yang kau pegang."

Tanpa menjawab apa pun, [name] mulai untuk melakukan perintah Atsumu. Dibantu dengan fitur memorinya, ia dapat mengingat bentuk pensil tanpa harus berhenti dan menatapnya untuk beberapa detik.

Pintu utama terbuka dan menampilkan Osamu dengan kantong belanjaan di tangannya.

"selamat datang kembali, Osamu-san." sapa [name] namun tak menampilkan perubahan dari ekspresi di wajahnya. Ia sempat terkejut melihat [name] yang memegang pensil di tangannya juga Atsumu yang tersenyum padanya.

"yo! Kau membelikan pesananku, bukan?"

"ya. Mengajarinya menulis?"

"ya. Tapi tenang saja, dia cepat mengerti."

Secarik kertas diulurkan pada Atsumu dengan sketsa pensil yang nyaris mirip seperti pensilnya itu sendiri. Atsumu menatap tak percaya apa yang baru saja ia lihat jauh dari ekspetasinya.

"bagaimana kau-..."

"hey, Tsumu! Kau tak ingin mengambilnya? Hm? Woah!" bahkan saudaranya sendiri saja tak dapat menahan rasa kagumnya.

"keren! Bahkan digambar sangat detail! Jangan bilang dia dapat-..."

"hey, [name]! Gambar wajahku!"

"kau akan membuat tangannya berasap lagi!"

********

>| 10 November xxxx

"Atsumu-san, Atsumu-san."

Dengan perintah baru yang diberikan, sudah menjadi kewajiban [name] untuk membangunkan Atsumu setiap pagi. Jika Atsumu tak kunjung bangun mungkin... Terjun dari lantai 2 bisa menjadi pilihan tepat untuk membangunkannya.

Selimut kembali ditarik paksa dan memaksa Atsumu untuk membuka matanya saat udara dingin menusuk kulitnya.

"gerbang akan dibuka satu jam mulai dari sekarang. Kumohon bersiaplah."

"kau akan membuatku membeku di pagi hari, [name]."

"suhu 12° derajat C dengan kelembapan-..."

"oke, oke aku bangun. Jangan harap kau akan membawaku terjun ke lantai bawah lagi."

". . ."

"hm? He-hey!-... Apa yang-... Kau ingin aku koma selama seminggu, hah?!"

*********

Semua siswa berjalan memasuki gerbang sekolah. Memang bukan hal baru untuk [name], tapi dengan tas yang ia bawa juga syal yang ia kenakan. Tentu Atsumu tak ingin orang orang mencap [name] sebagai penantang hukum alam.

Heart For an AI [M.Atsumu x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang