0.8 Bapao menul menul

33 5 2
                                    

Jarrel memasuki pekarangan salah satu rumah didaerah Kampung Ketandan.Rumah toko bertingkat atau yang sering di sebut ruko dengan lantai pertama rumahnya berupa rumah makan yang saat ini tampak sibuk dan memiliki antrian dan karyawan yang cukup sibuk untuk ukuran rumah makan tradisional.Padahal rumah makan ini hanya menjual Mie Pangsit dan Pangsit kuah sebagai menunya.

"Nai,sehat?"

Seorang wanita menyambut kedatangan Jarrel dan Angka.Senyum sumringah membuat keriputnya tertarik menandakan usianya sudah tak lagi muda.Wanita itu duduk di meja kasir dengan kacamata kecil menggantung diantara lehernya.Sangat identik dengn Ai-Ai yang sering ia temui di berbagai acara keluarga dari mamanya.

"Wah makin cantik lah cucu Nai,datang dengan siapa kemari?kenapa tidak bawa Tata kemari,Nai rindu sanagat sama Tata.Kuliah di Jogja tapi tidak ada tampaknya dihadapan Nai"

"hehehe nanti Nana bawa kemari Tata ya Nai?Tata masih banyak tugas.Maklum,anak seni.Tadi Nana bersama teman,laki laki tampan kesukaan Nai.itu dia!"

Jarrel yang masih mengagumi keadaan rumah makan klasik khas Pecinan pada masanya itu,seketika menoleh ke arah nenek Angka untuk sekedar tersenyum dan mengangguk sedikit.

"Aii-yaa,kenapa suruh diluar.Bawa masuk sini Nai buatkan makanan dulu,kalian keatas saja,meja dibawah sudah penuh oke?"

"Oke Nai,Kak Jarrel,ayo naik."

Karena diajak,Jarrel hanya mengikuti Angaka dari belakang.

'Unik ya rumahnya,macem didrama china yang biasa Mama tonton.'

****

Riuk pikuk UGD rumah sakit masih jadi pandangan Jenar selama hampir 30 menit.Gimana ngga,kaki jenar ternyata kudu dijahit,jadi kudu nunggu keadaan kakinya agak mendingan dan resep turun agar mereka bisa pulang.

"Mas Damar,Mau pulang.."

Rengekan ingin pulang dari Jenar sudah berkali kali didengar dan dijawab dengan jawaban ynag sama dari mulut Damar.

"Tunggu Dokternya dulu ya Nar,sambil nunggu resep."

Tapi jawaban itu nggak sama sekali menurunkan rasa bosan Jenar.Karena emang sedari tadi dia cuma duduk di ranjang Rumah sakit sambil toleh kanan kiri.Karena Damar tahu kalau Jenar bosen,biasanya kalo diajak cerita dia bisa nyerocos sampe Kampung Ketandan.Padahal dianya lagi di JIH,Jauh kan?

Waktu mau cari bahasan ghibah bareng si mbak pacar,Damar keinget sama kejadian ketika mereka masih berada di kostan milik Naren.

"Nar,kamu nerasa ada yang aneh ngga sama Jarrel tadi?"

"emang Kak Jarrel aneh kan?udah tiap hari liat dia aneh masa baru sekarang kagetnya?"

"Ckkk,ngga gitu,tumbenan aja dia mau ngebocengin orang pake Vespanya dia,biasanya juga kalo ditebengin kamu juga ogah banget kalo pas dia bawa Vespa"

"LAHH IYA JUGA YAAA"

Mulut Jenar dibekap secara spontan sama Damar.Ya gimana engga,suara macem TOA MAsjid komplek milik Jenar udah bikin seisi UGD ngeliatin mereka.

"Trus siapa dong orang pertama yang bakal dibonceng sama Jarrel?"

"Ya mana aku tau nar,"

***

Seusai pembicaraan nggak penting itu,Dokter yang menangani Jenar sudah kembali ke brankar tempat Jenar terduduk tadi.Jenar sudah bisa pulang dan tetap harus meminum obat agar lukanya segera membaik.

Tapi bukannya pulang Jenar sama Damar malah berhenti di salah satu Rumah makan Padang di daerah Rumah Sakit untuk membeli beberapa bungkus nasi untuk dimakan dirumah Jenar.Jenar juga harus minum obat kan? jadi ia butuh setidaknya satu porsi nasi untuk makan sebelum minum obat.

Langit AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang