1.

2 0 0
                                    

"Kenapa pentolan di Smk Bintara kek pengecut semua yak"

Fernanda

•••

Fera menatap gedung sekolahnya dengan malas, SMK Bintara tempatnya menimba ilmu selama setahun lebih seperti sia-sia saja toh pada akhirnya ia akan menjadi karyawan juga.

"lo ngapain duduk disini fer?" tanya Via, sahabat dari jaman SMP nya dulu hingga sekarang.

Pasalnya, sekarang Fera sedang duduk diparkiran dekat gerbang sekolah, entah sedang gabut atau memang ingin.

"Ngemis" balas Fera ngawur.

"Oh pantes sih, soalnya lo ada muka-muka miskinable banget." ujar Via tertawa.

"Anjing lo!"

Sakara datang dengan tangan dilambai mendekati via dan Fera, "Halo gaes, akhirnya setelah sekian lama kita bertemu juga."

sakara suka ijin kesekolah untuk pergi keluar negeri, Yap maklum aja anak sultan dia mah.

Fera memutar bola mata malas, "sekian lama matamu!"

Sakara hanya cengar-cengir.

Fera berjalan ditengah, sedangkan kanan kiri diisi oleh kedua sahabatnya.

"Ara, bapak lo ada dirumah gak?" tanya Fera pada sakara.

"Kalo om Vero denger lo manggil dia bapak udah dipecicilin kali lo fer." ujar Via.

Sakara tertawa, "Papa ada dirumah. Disuruh manggil papa apa susahnya sih fer."

"Aduh mampus! Kenapa dikoridor sepi gini harus ketemu geng itu sih, ayo fer kita puter balik!" ucap Sakara panik.

"Ngapain harus puter balik?, geng semprol itu mah."

ucapan Fera membuat sakara dan via melongo.

"kalo mereka denger lo ngomong kek gitu, Lo udah abis sama mereka fer." ujar sakara.

Fera memutar bola mata malas, "udah deh, santai aja kali."

"Santai matamu!" maki sakara.

"Sakar udah deh. Kayak nggak tau sih Fera kan dah mirip kek singa." ucap Via.

Fera berjalan dengan sangat santai bahkan sambil bersiul sedangkan sakara berjalan dengan panik dan via yang gelisah.

Fera sengaja menabrak bahu Reval, membuat Reval menghentikan langkahnya dan menatap Fera.

"Eh sorry, ketabrak ya."

"Dasar gapunya mata." maki Reval dingin.

"Haduh, ketua geng kok bodoh. Udah jelas-jelas mata gue ada dua nih disini." balas Fera santai, menujuk matanya dengan jari manisnya.

"Kalo lo bukan cewe, udah gue abisin lo." ucap Reval

"yaudah anggap aja gue laki."

Balasan Fera, justru memancing emosi argio dan juga Kenzo.

"Ada masalah apa lo sama geng gue hah?!"
ucap Kenzo penuh penekanan dengan emosi.

T H E  L E R F ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang