3

1 0 0
                                    

langkahkan kakimu untuk menuju arah yang tepat”

FERNANDO

•••

Didepan rumah dengan pintu gerbang besar, Fera melangkahkan kakinya kedalam. Rumah ini bernuansa modern.

Fera merebahkan dirinya disofa ruang tamu,  ia sangat capek. Lelaki paru baya turun dari tangga.

"Baru pulang Fer?" ucap lelaki paru baya bernama Leopard skijasi.

Fera langsung terduduk, "huft, iya om."

Leopard skijasi ialah om dari Fernanda, umurnya kisaran 45an. Masih terlihat muda jika berbalut kaos dan celana pendek.

Leo tertawa, "masih dihukum sama daddymu?" tanya Leo

Fera mendengus sebal, "masih om... Hukuman babeh berat."

Leo mengeleng-gelengkan kepalanya. Ponakannya yang satu ini emang agak bandel.

"Pulang sana! Biar hukumannya gak terlalu berat."

"Fera aja belum ketemu Apin. Dimana Apin om?" tanya Fera.

Tatapan mata Leo berubah sendu, "Apin lagi kontrol ke doker psikolog."

Raut muka Fera berubah sedih, "yang sabar ya om. Apin pasti sembuh dan itu pasti!" ucap Fera

Leo tersenyum.

"Yaudah deh om, Fera pamit pulang dulu ya"
Pamit Fera.

•••

Sehabis pulang dari rumah om Leo, dirinya benar-benar pulang ke rumah sendiri. Fera berdiri diluar gerbang yang besar dan didepan juga banyak penjagaan yang ketat.

Ini hal yang Fera tidak suka jika pulang kerumah.

Baru masuk sudah disuguhi pemandangan yang membuat dirinya tegang. Disana berdiri Babehnya dan Kaka nya.

Fernando yang kerap disapa Fernan. "Enak huh hukumannya?" tanya fernan mengejek.

Fera mendengus sebal, "menurutmu"

"Fera, nanti malam kau harus ikut latian bela diri." ucap Calvin tegas.

"Iya babeh iya" balas Fera malas.

Fernan menyaut, "kata Fera, hukuman kaya gitu terlalu ringan dad."

Fera melotot pada fernan tentu saja fernan hanya menyeringai.

Calvin berdiri didepan Fera dengan wajah tegasnya, "Benar begitu Fera?!" ucapnya dingin.

Fera dibuat tak berkutik, tubuhnya menegang lalu Fera meminimalisir, "Tidak beh."

"Katakan apa yang kau keluhkan?!"

Fera menelan savilanya susah payah, "Kembaliin motor Fera dan juga kartu ATM nya beh."

Calvin dengan wajah seriusnya, "tidak bisa! Ikuti latihan mu."

Fera menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Membantah omongan Calvin pun rasanya tidak akan mungkin.

Babehnya—–Calvin Dwizky seorang Jendral Angkatan Darat. Tentu saja, didikan dari Calvin sangat keras. Calvin ingin anak-anakanya tidak boleh lemah.

Pernah sekali Fera pulang dengan wajah lebam dan membolos latihan bela diri. Ketika Calvin mengetahui hal itu, Fera mendapat lebam baru dari Calvin dan hukuman Fera untuk kelas beladiri bertambah.

Sejak saat itu, Fera tidak pernah pulang kerumah dengan keadaan babak belur. Dan Fernan, dia sosok lelaki yang menekuni dunia gelap.

Fernan dan Fera memasuki ruangan kerja Calvin. Kaka beradik itu memang berbeda ketika memanggil sosok Calvin.

T H E  L E R F ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang