8. WGM EPS (2)

976 144 7
                                    

Happy Reading..

Dita terbangun lebih dulu, lebih tepatnya, dia tidak bisa tidur nyenyak dalam dekapan laki-laki yang belum memiliki status jelas dengannya. Mungkin dalam acara ini Jimin adalah suaminya, namun di luar itu, hubungan Dita dan Jimin hanya sebatas senior dan junior.

Namun terlepas dari itu Dita tidak berniat melepaskan pelukan Jimin pada tubuhnya. Dita menjadikan sebelah tangan Jimin sebagai bantal, perempuan itu berpikir apakah Jimin tidak merasakan kebas.

Dita menatap wajah Jimin yang masih terlelap, Jimin tampan, tentu saja. Wajahnya kas Korea Selatan sekali, dengan kulit putih bersih, alis sedikit tebal dan bibirnya yang sangat mengundang. Abaikan pikiran Dita yang terakhir.

Dita menggelangkan kepalanya, wajah lelaki ini sang tenang saat sedang terlelap, terlalu lama memandangi paras Jimin, Dita tidak sadar jika sedari tadi tangannya sudah hinggap pada wajah lelaki itu, mengusap pipinya yang berwarna putih itu dengan jari-jari tangannya, menelusuri garis rahang tegasnya, dan berakhir ketika Dita melihat tapi sipit itu sudah terbuka dan menampilkan sunyuman khasnya.

Dita segera menjauhkan tanganya dari sekitar wajah Jimin.

"Selamat pagi isteriku."

Dita terkejut, hampir memekik namun tidak jadi, mengingat adanya kamera di beberapa sudut kamar ini, bukan! Dita bukan terkejut mendapatkan ucapan selamat pagi dari lelaki itu, namun tindakan yang lelaki itu lakukan setelah mengucapkan selamat pagi membuat jantung Dita berdebar lebih cepat dari biasanya. Lelaki itu mengecup kening Dita!

Anggap saja Dita tidak biasa menerima hal semacam ini, gadis itu hanya diam membeku tanpa membalas ucapan Jimin atau bertindak lain.

"Hey." ujar Jimin sambil menjentikan jarinya, membuat Dita sadar. Dita hanya tersenyum canggung.

"Selamat pagi juga mas suami," balas Dita sambil mengunyel-unyel kedua pipi Jimin, membuat lelaki itu tertawa ringan. Mungkin untuk adegan seperti yang Jimin lakukan tadi Dita belum berani, namun Dita akan mencoba terbiasa dengan kontak fisik dari lelaki itu. Dia tidak ingin mengecewakan para penonton dan staff yang telah memilihnya hanya karena dia merasa canggung.

"Hari ini apa yang akan kita lakukan? " tanya Dita memulai pembicaraan.

"Na molla, dek, tapi sambil menunggu mission selanjutnya, bagaimana jika kita melihat televisi? " usul Jimin sambil sesekali tanganya menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah manis dari Dita.

Dita membuat gerakan seperti sedang berpikir, "Hmm, setuju! Aku akan menyiapkan makanan untuk kita sebelum itu bagaimana? "

"Setuju, dek bisa buatkan aku selambel klasi yang seperti kemarin."

Dita mencubit perut six pack Jimin membuat Jimin meringis sedangkan Dita hanya  tersenyum geli, "Bukan selambel klasi mas, sambel terasi. Coba ulangi dulu, nanti aku buatin."

"Sambel telasi."

"Aish, baiklah aku akan buatkan, sekarang jam berapa... Ya ampun kenapa sudah sangat siang mas! " ucap Dita dengan nada lebih keras saat dia melihat jarum jam di dinding kamar mereka sudah menujukan pukul setengah tujuh, Dita melepaskan pelukan Jimin dengan paksa, mengambil ikat rambut untuk mengikat rambutnya dengan gerakan cepat. Dita sudah berniat akan pergi dari kamar, namun saat ekor matanya melihat suaminya masih terbaring di kasur membuat Dita geram.

Dita berjalan kearah Jimin dan menyingkap selimut putih itu dengan kasar, membuat hawa dingin dari AC langsung bisa masuk ke kulit Jimin.

"Wae? " tanya Jimin dengan polos

Dita mengerang. "Mas, mandi palliya,  aku tidak ingin saat staff datang mereka melihat kau masih seperti ini. "
Dita berusaha menarik lengan Jimin agar turun dari ranjang, namun sepertinya tenaga Dita tidak sebanding dengan Jimin, perempuan itu sampai berkeringat namun tubuh Jimin tidak juga berpindah, lelaki itu tertawa melihat tindakan Dita.

My Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang