11. WGM EPS (5-6)

876 118 3
                                    

Waktu menunjukan pukul 16.30 KST. Jimin dan Dita keluar dari minimarket dan segera menaiki mobil mereka setelah membayar belanjaan mereka, tidak layak di sebut mereka karena lebih banyak produk pribadi yang hanya dapat Dita gunakan ia beli, daripada untuk kebutuhan mereka.

Setelah memasang kembali sabuk pengaman, Jimin segera menjalankan mobilnya menuju kediaman mereka.

"Mas kau tau dorm ku dekat dengan lokasi minimarket tadi loh." jelas Dita membuka obrolan setelah mobil berjalan menjauh dari minimarket, bukan penjelasan tetapi masuk kategori mengkode sebenarnya.

Jimin melihat sekilas istrinya itu sambil terkekeh, "Aku juga rindu dengan member BTS, Dita-yaa, tapi bukankah kita bisa menemui mereka saat libur syuting." ujar Jimin

"Arraso, aku hanya memberi tahumu, letak dormku."

"Nee, emm Dita-yaa, aku baru tahu jika kau ternyata sangat mudah menangis heh, ku kira kau sangat kuat." ujar Jimin dengan senyuman konyolnya.

Dita yang sedari tadi sedang menatap pemandangan jalan dari kaca mobil segera mengahilkan pandangannya kepada Jimin. Perempuan itu mempoutkan bibirnya, membuatnya terlihat sangat imut.

"Ya oppa, semua orang sebenarnya sangat mudah menangis, kau hanya perlu mengetahui titik sensitifnya saja, tapi orang menangis bukan berarti dia lemah hoh! " tutur Dita.

"Oppa? Kau mengganti panggilan ku? " tanya Jimin saat mendengar ucapan Dita tadi.

"Na molla."

"Baiklah terserah kau mau memanggilku oppa atau mas, Dita-yaa, aku mengerti orang menangis itu tidak semuanya lemah, contohnya kamu, kau pergi mengejar pendidikan mu sampai ke negeri asing, dan setelah selasai kau pun mengejar mimpi mu di negeri lain pula, kau melakukannya sendirian, kau perempuan yang sangat tangguh jika kau menangis sesekali seperti tadi tentu itu bukan masalah, aku yakin kau sudah memikul beban yang begitu berat, maafkan perkataan tadi, jika itu membuatmu merasa aku sedang menghinamu, tentu saja tidak."

Seharusnya Dita memberikan respon berupa tatapan sinis kepada Jimin, namun Dita justru memberi respon sangat jauh dari kata seharusnya, Dita tersenyum malu-malu mendengar ucapan penuh pujian dari Jimin untuknya.

Pembicaraan terhenti sampai di sini, mereka diam selama mobil terus bergerak menuju kediaman mereka, bukan karena perang dingin ataupun hal tidak mengenakan lainnya, hanya saja Dita dan Jimin sudah sangat lelah karena seharian berkeliling.

Sampai mobil masuk ke garasi dan mereka keluar dari mobil pun belum ada yang membuka suaranya, hanya saja saat mereka sampai di depan pintu masuk utama mereka kompak saling memandang dengan alis berkerut.

"Kau tidak mengunci pintunya mas? " tanya Dita membuka pembicaraan dengan mengangkat topik pintu masuk rumah yang terbuka begitu lebar.

Jimin hanya menggeleng, "Aku yakin sudah mengunci pintunya sebelum kita berangkat tadi pagi." ujar Jimin sambil mengambil kunci yang berada di saku celananya dan menyerahkan kepada Dita.

"Jika kau sudah menguncinya, lalu bagaimana caranya pintu itu bisa terbuka?"

"Apakah mungkin ada seorang pencuri masuk ke rumah kalian." ujar kameramen memberi usulnya.

Kompak Dita dan Jimin menoleh ke arah sang kameramen sedetik kemudian mereka saling berpandangan, benar juga apa yang di katakan kameramen itu.

"Sebaiknya kita segera masuk untuk melihat apakah memang ada seorang pencuri atau hanya orang asing saja." saran Jimin yang langsung mendapatkan anggukan setuju dari Dita.

Mereka berjalan dengan pelan menuju pintu masuk yang langsung menghubungkan mereka kepada ruang tamu.

Dita dan Jimin kembali mengerutkan dahi mereka saat keduanya telah sampai di ruang tamu, bukan melihat ruang tamu dalam keadaan kehilangan barang, atau ruangan itu menjadi berantakan, justru mereka melihat ruang tamu rumahnya telah di sulap dengan dekorasi penuh balon warna-warni di sana-sini, berbagai jenis makanan tersaji di meja, dan sebuah kotak kado berukuran sangat besar, di tengah ruangan.

Keduanya saling berpandangan, apa-apa an maksud semua ini, jadi tidak ada pencuri di rumah mereka?

"Dita-yaa coba kau buka kotak kado itu."

"Aniyo, lebih baik kita buka bersama saja." usul Dita, dan Jimin hanya mengangguk.

Mereka berjalan mendekati kotak kado berukuran jumbo itu dengan cepat, dan setelah jarak mereka di rasa cukup Dita menyingkirkan penutup kotak itu, seketika puluhan balon keluar dari dalamnya di ikuti seseorang yang sangat Dita kenali, membuat beberapa saat Dita dan Jimin memegang dada mereka karena efek terkejut.

"Soodam?"

"Selamat urii Dita-yaa, uri Jimin shii!! "

Belum sempat Dita dan Jimin kembali dari rasa terkejutnya mereka terutama Dita kembali di buat kaget saat melihat anggota lain secret number keluar dari lorong yang terhubung dengan dapur, sambil membawa sebuah cake berwarna pink.

"Kalian? Bagaimana bisa kalian kesini? " ujar Dita

"Kami datang ingin mengucapkan happy mansiv untuk satu bulan menjadi pasangan suami istri! " jawab Soodam yang ternyata telah keluar dari Kotak kado berukuran jumbo itu.

Tunggu, apa katanya? Satu bulan? Berarti tinggal beberapa bulan lagi acara ini selesai. Apakah memang sudah selama itu Dita dan Jimin bermain peran-peranan ini? Dita merasa seperti baru saja dia mendapat mission card pertamanya.

"Wah terimakasih, sepertinya kami merepotkan kalian, apa kalian juga yang mendekorasi rumah ini dan menyiapkan makanan? " tanya Jimin

"Ya kami yang menyiapkan ini, semoga saja ini tidak terlihat kekanak-kanakan." Jawab Lea sambil meringis saat mengucapkan kalimat terakhirnya.

Jimin tertawa kencang, "Aniyo, balon tidak selalu identik dengan anak-anak. Sekali lagi terimakasih."

"Aiss, jangan di pikirkan sunbaenim, ayo kalian cepat tiup lilinnya, astaga lilinnya hampir meleleh semua, kajja! " Ucap Denise dengan heboh saat melihat lilin yang sudah di nyalakan mulai meleleh.

Dita dan Jimin tersenyum mereka mendekat ke arah Jinny yang sedang memegang Cake itu, mereka bersiap meniup lilin yang tertancap pada cake berwarna pink dengan tulisan Congratulation Uri Jimin and Dita, Happy Mansiv. Namun suara Jinny membuat mereka berdua menundanya.

"Jangan tiup dulu, make a wish dulu." ujar Jinny mengingatkan kedua pasangan itu.

Dita dan Jimin tertawa mendengar perkataan Jinny, namun keduanya tetap melakukan apa yang di perintahkan Jinny, mereka menutup rapat kedua mata mereka, dan berdoa dalam hati, setelahnya mereka meniup lilin itu.

Bersambung...

Part selanjutnya masih bareng member secret number yang nemenin Dita sama Jimin.

Niatnya mau di gabung tapi gak jadi lah. Tunggu besok nee

Btw aku memutuskan wgm Dita Jimin paling cuma sampe berapa episode lagi, soalnya biar gak cuma  diam disitu-situ terus adegannya. Dan karena aku rasa masa pengenalan mereka juga udah lumayan juga.

Maaf juga kalo feelnya kurang, soalnya ini emang belum revisi lagi males.

Oke jangan lupa di vote, koment dan share ya..

My Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang