•( Clara Point of View )
" Kau tak ingin berangkat bersama ku? "
Seorang lelaki berumur kepala 3 kini menatap sambil meletakkan secangkir teh di atas meja makan, keheningan yang muncul sejak aku bergabung bersama keluarga kecil ini tak pernah berubah sedikitpun walau dirinya mencoba mencairkan suasana.
" Tidak, aku akan berjalan kaki saja "
" Jarak dari sini menuju Kunugigaoka itu cukup jauh, kau akan kelelahan saat sampai di sekolah nanti "
Aku mendecak kesal, tak peduli apakah tindakan ku termasuk hal yang pantas atau tidak. Orang itu, berhasil merubah mood pagi ku menjadi sangat buruk.
" Setidaknya aku bisa tau apa yang selama ini anakmu rasakan setiap paginya, aku harus berangkat sekarang. Selamat pagi. " Ucapku lalu bangkit dari kursi dan meraih tas di atas sofa, keluar dari Mansion besar itu tanpa menoleh sedikitpun.
Aku harus memperkenalkan diri terlebih dulu kepada kalian semua, namaku Yumeiko Clara. Pekerjaan ku adalah sebagai seorang tim kritikus Mentri pendidikan Jepang yang kini tengah menyamar menjadi sosok gadis SMA kelas 3, kedua orang tuaku meninggal dalam kecelakaan dan sekarang aku hidup bersama seorang duda beranak satu yang menjadi kepala sekolah di tempat ku melakukan penilaian.
Lulus magister ketika berumur 15 tahun di Oklahoma University dengan predikat Cumlaude, dan pernah magang selama 5 bulan di sebuah organisasi perserikatan bangsa-bangsa sebagai salah satu regu yang mewakili United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. Dapat menguasai 50 bahasa dan berhasil memperoleh nilai 300 untuk skor Toefl.
Orang-orang menyebutku sebagai anak emas, dengan semua keahlian dan kemampuanku. Kini, aku di tunjuk sebagai salah satu tim yang bertugas menilai suatu sekolah dan memberi laporan kepada bagian bidang pendidikan kebudayaan negara.
" Gakushuu! " Aku berteriak setelah berhasil melihatnya, ia berada cukup jauh di depanku dengan jarak kami terpaut 100 meter.
Pemuda berambut Terra Cotta tersebut menghentikan langkahnya, menatapku kebingungan bahkan setengah berlari mengikis jarak. Kini, dia berada di depanku sambil mengatur nafasnya.
" Kau tidak bersama dengan, dia? " Tanya Gakushuu lalu mengandeng salah satu tanganku dan melanjutkan untuk jalan bersama.
" Aku tak mau menjadi lebih populer darimu kalau-kalau nanti ada siswa yang melihat kami keluar dari satu mobil sama "
" Tapi kau akan kelelahan jika harus berjalan seperti ini, mau ku gendong saja tidak? Wajahmu juga terlihat pucat "
" Tidak, lagipula wajahku pucat karena aku sudah lama tak membiasakan diri untuk olahraga pagi. Berjalan seperti ini cukup menguras energi ternyata. "
Gakushuu tertawa mendengarnya, perasaanku jauh lebih baik setelah melihat ekspresinya yang tampak senang. Well, Gakuho harus berterima kasih pada anaknya untuk hal itu nanti.
Kami melepaskan tautan sebelum memasuki gerbang sekolah, keadaan cukup ramai ternyata. Bahkan setiap aku menoleh ke segala arah, hanya terlihat murid yang sibuk dengan buku di genggaman.
Ah, jadi ini sekolah para juara ternyata.
" Aku akan ke kelas dulu, kau temui kepala sekolah di ruangannya. Semoga saja dia menempatkan mu di satu kelas yang sama denganku " ucap Gakushuu, tersenyum kecil lalu melangkah pergi.
Percayalah, aku hampir lupa untuk masalah yang satu itu. Menyadari jika aku harus bertemu dengannya lagi membuat ku berusaha mati-matian untuk tidak kembali keluar dari gerbang sekolah dan kabur ke salah satu rumah pamanku, namun untuk saat ini. Aku harus profesional dalam tugas, aku tak akan melibatkan perasaan apapun selama melakukan penilaian.
' Gedung sekolah yang cukup luas, terlihat sedikit pucuk dari bukit di belakangnya. Area yang cukup asri dengan banyak pepohonan dan tempat untuk beristirahat, lingkungan suasana belajar yang tenang dan nyaman. Oke, aku akan memberi nilai 98 untuk semua itu '
Ku langkahkan tungkai ini memasuki lingkungan sekolah lebih dalam, menoleh ke setiap kelas dengan pintunya yang terbuka. Pendingin ruangan, layar proyektor, dan 3 lemari besar berisi buku tebal, meja belajar yang minimalis tapi dapat multifungsi. SMA Kunugigaoka ternyata cukup modern dengan berbagai teknologi yang maju jika di lihat secara sekilas.
" Pantas saja banyak orang tua yang berlomba-lomba untuk memasukan anaknya ke tempat ini... " Gumamku lalu kembali melanjutkan perjalanan hingga kini kedua kaki berada di depan sebuah pintu besar dengan tulisan Kepala sekolah di atasnya.
Aku mengetuknya sebanyak 3 kali setelah sebelum seseorang memberi izin untuk masuk, Gakuho kini duduk di kursi kerjanya dan menatapku dari balik kegelapan dengan senyuman tipis.
" Dimana aku harus belajar? "
" Kau ternyata To the Point juga, Nona. "
" Jawab saja! "
" Ku pikir kau ke sini untuk meminta maaf mengenai kejadian tak mengenakan ketika waktu sarapan tadi, aku sedikit kecewa "
Dasar, keparat sialan. Batinku mengepalkan tangan begitu erat sampai-sampai kuku jariku memutih.
Dia tertawa, meletakan sebuah berkas di atas meja. Dan kembali berucap dengan suara bariton nya yang terdengar menyebalkan.
" Kelas B, aku tak mau kau menyaingi Gakushuu di kelas hanya karena tingatmu sudah lulus magister. Apa kau mengerti? "
" Ternyata kau cukup peduli dengan anakmu itu, lagipula dia yang ingin agar aku satu kelas dengannya. Tapi aku juga tak peduli, kontrakku di kelas gedung utama hanya selama 6 bulan saja "
" Hm, aku akan membuatmu betah untuk terus berada di tempat ini sampai 1 tahun kedepan. Untuk apa menghabiskan sisa waktu 6 bulan terakhir di sebuah kelas penuh orang-orang pecundang? "
" Aku datang ke sini untuk menilai perbandingan pengajaran yang di dapatkan oleh kelas gedung utama dan kelas E, sekalipun kau adalah kepala sekolahnya kau tetap tak bisa berbuat macam-macam. Gakuho Asano. " Tak tahan dengan situasi ini, aku mengambil map tersebut dan keluar dari ruangannya.
Semua orang yang berpapasan denganku terlihat tak peduli, membicarakan materi Sel probiotik dan Hukum Archimedes lebih menarik bagi mereka.
' Hubungan sosial dan simpatisme yang rendah, 9 point untuk gedung ini. Cukup rendah di bandingkan sekolah-sekolah lain yang pernah ku datangi, memang. Mereka di cetak hanya untuk mendapatkan nilai saja '
Setelah sampai di ruangan kelas, aku inisiatif untuk mencari kursi kosong secara mandiri. Mengandalkan mereka hanya akan menghambat waktuku.
Triiingg!!!!
" Let's to start it " ujarku dengan suara pelan, menatap guru yang baru saja masuk dan langsung menjelaskan materi apa yang akan kelas ini pelajari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread
FanfictionIt's not about relationships or feelings, it's a tangled knot between the two of us that needs to be straightened out. Assasination Classroom X OC Ansatsu Kyoushitsu ( Yusei Matsui ) Rewrite Story by Parkaca_ Summer Edition Fanfiction