24. "Blood and Death?"

1.2K 50 1
                                    

"Sayang kamu kenapa? Tolong buka pintunya sayang, maafin aku karena udah kasar sama kamu," Arkan terus menggedor pintu kamar Ica dengan kencang.

Ica tidak menjawab ucapan Arkan, Arkan mendekatkan telinganya di pintu Arkan mendengar suara isakan tangis dari balik pintu dan Arkan yakin kalau Ica kini tengah menangis ketakutan terdengar dari suara isakannya yang sesekali menyebut dirinya kalau ia sangat takut.

"PAK STEVEN!!!" panggil Arkan dengan berteriak.

Pak Steven sedikit berlari menghampiri Arkan. "Ada apa Tuan?" tanya Pak Steven.

"Tolong ambilkan kunci cadangan di gudang Pak," ujar Arkan.

"Baik Tuan," Pak Steven langsung mengambil kunci yang diminta Arkan.

"Sayang? Aku mohon buka pintunya ya, maafin aku Ca aku mohon maafin aku," Arkan terus berusaha membujuk Ica untuk membuka pintunya karena Arkan sangat khawatir dengan keadaan Ica.

"PERGI KAMU PERGI!!!!!" teriak Ica sambil menangis.

"Aku tau aku salah kita bicarain baik-baik ya, aku mohon sekarang kamu buka pintunya,"

"BAPAK IBU ICA TAKUTTTTT!!!!"

Tak lama Pak Steven kembali dengan membawa kunci cadangan yang diminta Arkan. "Ini tuan," ujar Pak Steven.

Tanpa aba-aba Arkan mencari kuncinya setelah berhasil Arkan membuka pintu kamar dan melihat Ica tengah meringkuk ketakutan di pojok dekat lemari sambil menangis.

Arkan menggeram kesal kenapa dengan kondisi seperti ini kakinya tidak bisa dipergunakan.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Arkan khawatir.

Ica melihat Arkan dengan tatapan benci. "PERGI KAMU PERGI!!!!!"

Arkan bingung dengan sikap Ica. "Aku tau aku salah tolong maafin aku,"

"Nggak kamu orang jahat!"

"Sayang aku mohon,--"

Belum selesai Arkan berbicara Ica berteriak histeris sambil melihat ke arah luar. Arkan bingung kenapa Ica seperti orang ketakutan saat Arkan melihat ke arah jendela luar Arkan tidak menemukan apa-apa.

"Kamu kenapa?"

Ica tidak menjawab melainkan Ica menangis histeris.

"Mbak Lisa, Pak Steven tolong cek luar rumah apa ada orang yang mencurigakan disini," perintah Arkan.

"Baik Tuan," balas Mbak Lisa dan Pak Steven.

"Darah, darah," ujar Ica disela tangisnya.

Arkan mengernyitkan dahinya. "Darah? Maksud kamu apa sayang?" tanya Arkan tak mengerti.

"Mati,"

Arkan dibuat semakin bingung oleh Ica. "Coba kamu jelasin ke aku pelan-pelan ya aku nggak ngerti,"

Ica menatap Arkan. "Darah, mati!" setelah mengucapkan itu Ica kembali menangis histeris lagi.

"KAMU KENAPA SIH? JANGAN BIKIN AKU BINGUNG DONG!" habis sudah kesabaran Arkan, dan lagi Arkan kembali membentak Ica.

Arkan menatap ada sebuah kertas di nakas, Arkan mengambil kertas itu betapa terkejutnya Arkan melihat tulisan kertas yang berada di nakas tersebut.

👀👀👀

Setelah pulang dari kerjanya Ali memutuskan untuk bersantai sejenak di cafe karena sudah lama ia tidak pergi ke cafe, Ali duduk di kursi pojok dekat jendela. Tujuan Ali kesini untuk merilekskan pikiran, badan, dan hatinya. Sejujurnya Ali sudah lama menyukai Jennie yang notabennya mantan Arkan sahabatnya sendiri, tapi cinta Ali bertepuk sebelah tangan wanita yang ia cintai tidak menyukai dirinya melainkan Jennie menyukai Arkan sahabatnya sendiri, dengan lapang hati Ali menerima semuanya ia tidak mau persahabatan Arkan dan dirinya putus hanya karena Jennie saja.

Ketika Arkan menyebut dirinya sudah berpacaran dengan Jennie hati Ali sangat sakit sekali tapi ia berusaha untuk tersenyum walaupun merasakan sakit hati. Tapi satu kebohongan dari Arkan terbongkar ternyata Arkan sudah menikah dan membuat Ali heran jika Arkan sudah menikah kenapa Arkan berpacaran dengan Jennie?.

Ali menyeruputkan minumannya dan tak sengaja Ali mendengar suara yang tidak asing lagi.

"Gimana? Berhasil kan? Gue tebak pasti Ica lagi ketakutan dengan tulisan itu," ujar orang dibelakang Ali.

"Ica? Apa mungkin? Eh tapi kan nama Ica banyak nggak mungkin Ica istri sahabat gue,"  ujar batin Ali.

Ali mendengar kedua orang dibelakangnya sedang tertawa puas. Ali melirik ke arah belakang dan Ali melihat seorang Pria dengan badan yang berotot serta ada beberapa tato di tubuh pria itu.

"Sebentar lagi dia akan menjadi milik gue selamanya,"

Ali semakin bingung dengan perkataan orang tersebut. Ali memutuskan untuk berpura-pura ke toilet dengan wajah yang ditutupi oleh topi hoodienya. Ali melirik dengan ekor matanya dan betapa terkejutnya Ali melihat Jennie serta pria berotot tadi tengah tertawa puas.

"Jennie sama siapa?" ujar batin Ali bingung.

👀👀👀

"Maaf Tuan diluar tidak ada siapa-siapa sudah saya cek semua Tuan," ujar Mbak Lisa.

"Brengsek!" Arkan mengepalkan tangannya kuat setelah melihat isi kertas yang berada di nakas.

"KAMU AKAN MATI SEPERTI BONEKA YANG PENUH DARAH INI!" isi dari tulisan di kertas serta di kertas itu ada warna merah seperti darah.

Mbak Lisa berusaha menenangkan Ica tetapi bukannya tenang Ica terus saja menangis histeris. "Istigfar Ca Istigfar," ujar Mbak Lisa.

"Mati, Darah!" Ica melihat Mbak Lisa dengan tatapan penuh ketakutan.

"Berdoa saja pada Tuhan agar Ica dilindungi oleh Tuhan ya,"

Tiba-tiba terdengar suara timpukan batu dari luar yang membuat Arkan bingung, dengan sigap Pak Steven turun untuk melihat siapa yang melemparkan batu.

Dengan susah payah Arkan mendorong kursi roda untuk melihat ke arah luar, Arkan melihat ada sebuah tulisan di tembok samping jendelanya itu.

"ICA HARUS MATI!"

Halo terimakasih yang sudah baca semoga suka ya!

Jangan lupa vote, komen, dan follow!

Ditunggu part selanjutnya!

Kamsahamnida❤.

I Will Go Out Of Your LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang