SAMPAI

22 4 3
                                    

“Ra..” Tegur Uyun

Uyun merasa sahabatnya saat ini sangat tidak baik-baik saja, dari awal masuk bandara sampai akhirnya terduduk di kursi pesawat Rallie hanya diam dan melamun, awalnya Uyun ingin membiarkan sahabatnya karena ini memang pilihan dia akan tetapi, rasanya ia menjadi sangat jahat jika membiarkan kondisi Rallie seperti ini terus-menerus. Ia tidak tega.

Akan tetapi tak dapat di pungkiri oleh Uyun sendiri ia juga merasa gugup. Sangat. Bagaimana tidak! Rallie tiba-tiba datang lalu mengajaknya kembali ke kota kelahiran mereka dengan alasan ia ingin menyelesaikan semuanya.

Rasanya bagai mimpi akan tetapi Uyun sendiri pun telah memikirkan ini karena rasanya lelah sekali selalu di hantui masa lalu, sejujurnya ia ingin sekali keluar dari masa lalu ini, baginya masa lalunya ini seperti labirin yang tidak bertepi kalau ia tidak mencari jalan keluarnya.

Keputusan Rallie yang menurut Uyun sangat tiba-tiba ini sangat beralasan karena ia merasakan lelah juga. Ia merasakan apa yang Rallie rasakan.

Uyun memakluminya bahkan Uyun mengapresiasi keputusan Rallie yang sangat berani, walaupun ia merasakan ketakutan yang luar biasa. Bahkan Uyun pun tidak bisa mengambil keputusan ini jika bukan Rallie yang mendorong dan mengajaknya.

“Ra, are you oke?” Tanya Uyun dan langsung menyadarkan lamunan Rallie yang entah memikirkan apa langsung menguap begitu saja.

“Eh, apa Yun?” Rallie bertanya balik.
Uyun menghela nafas.

“Lo gapapa? Kalo emang lo ga siap, setelah sampai Palembang kita ga usah pulang, balik aja lagi ke Jakarta, gue bayari deh tiketnya, sekalian ganti tiket lo” Ujar Uyun.

Rallie terkekeh pelan, sahabatnya ini pengecut sekali.

“Apaan sih, gue gapapa kali, lebay banget lo!”

“Gue serius Ra, kalo emang berat kita pulang aja dari pada gini!”

“Berat ga berat, kuat ga kuat ini harus selesai Yun, capek gue!” Sergah Rallie sambil menyandarkan punggunnya ke kursi pesawat.

“Tapi ga harus maksain diri juga Ra!” Jawab Uyun dengan nada lelahnya dan menyusul Rallie yang menyandarkan punggungnya ke kursi pesawat.

“Pengecut lo!”

“Iya, gue emang engga pernah siap kalo urusan ini Ra!”

“Ya makanya, siap ga siap, kuat ga kuat, ini harus cepet kelar Yun, kalo lo nunda terus capeknya ga bakal hilang. Walaupun bukan sekarang waktunya nanti mungkin, tapi percaya deh kita bakal sampai di titik ini juga!”

Ceramah Rallie langsung dapat membungkam Uyun.
Rallie benar. Sangat.

“Iya deh terserah gue capek mau tidur bentar”

“Hmmm”

*******

Akhirnya perjalan Rallie dan Uyun sampai di tujuan meraka, akan tetapi Uyun dan Rallie memutuskan naik taxi sendiri-sendiri tidak bersama, kata Rallie.

“Ribet Yun kalo berdua, sendiri-sendiri aja yah!” Ucap Rallie sambil nyengir.

“Iya terserah lo deh”

“Ok hehe”

Tibalah di sini Uyun, di taman dekat SMP nya, kenapa malah ke taman? Tenang ia udah pulang ke rumah menaruh koper dan mandi.

Karena ia ingin berjalan-jalan sore ia meminjam motor sang kakek, tapi sialnya tangan, hati dan otaknya tidak sejalan masa uyun di bawa ke sini.

Uyun duduk di salah satu bangku yang kosong, sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh taman ini. Tidak ada yang berubah hanya beberapa yang di ganti atau di perbaiki selain itu masih tetap sama. Apalagi kenangannya.

Uyun mengeluarkan buku catatan harian dia semasa sekolah dulu dari tas yang ia bawa, ia membacanya perlahan-lahan dengan di temani angin sepoi-sepoi yang menerpa rambut ikalnya yang ia kuncir satu.

Tanpa terasa air itu lumrah begitu saja jatuh ke pipi tirusnya, ia enggan mengusapnya alih-alih mengusapnya malah air matanya bertambah deras.

Ia tutup matanya membiarkan air matanya jatuh, ia membiarkan semua rasa sakit yang ia simpan sendiri selama ini jatuh begitu saja.

Lega? Tidak, akan tetapi batu besar yang menganjal hatinya rasanya sedikit berkurang. Sedikit masih tersisa banyak.

Tangannya terhenti pada halaman yang sangat ia sukai dahulu.

Tangannya bergetar menyentu foto yang ia tempel di sisi halaman itu. Bibirnya terkatup rapat demi menahan isaknya. Kenangan akan hari itu terputar sangat jelas di kepalanya.

12 januari 2010

Hujan rintik hari ini akan tetapi kita malah bermain di bawahnya, walaupun aku tahu pasti besok aku akan demam tapi aku tidak peduli sekalipun akan dimarahi umi, aku menyukainya untuk hari ini dan tidak akan menyesalinya.

Ini pertama kalinya aku menyukai hujan dan kamu adalah hal yang akan selalu aku sukai melebihi apapun itu.

Terima kasih.

Taman dan hujan.

Uyun untuk Rayyan.

Terlampir foto sepasang muda-mudi yang sedang tersenyum menampilkan kebahagiaannya walaupun saat itu sedang turun hujan, tidak menyurutkan kebahagiaan mereka.
Sedikit pun tidak, bahkan kesehatan mereka pun tidak. Dampaknya esok harinya mereka terkena flu karena kehujanan pada hari itu, tapi mereka menikmati semuanya.

Pada akhirnya Uyun mengusap air matanya lalu memasukkan buku catatannya yang mulai lusuh kembali ke dalam tasnya, ia berdiri lalu kembali menuju motor sang kakek, ia rasa sudah cukup hari ini mengingat masa itu.

Karena hari sudah mulai menjingga tandanya sudah menjelang magrib, kata Abinya anak gadis tidak boleh keluyuran kalau udah mau magrib nanti di culik om gunduruwo.

**********

Pendek banget ya? Heheheh gapapa deh semoga aja untuk next panjang ya.
Btw yang ga sengaja ke baca dan suka ayo di komen dan di vote ya.

Enjoy!💜

ENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang