Setelah dari IGD, aku pun kembali diminta untuk visit ke kamar VVIP 1 sama Dokter Taufik tapi bedanya tanpa ditemani sama Dokter Taufik karena kebetulan dia sedang visit pasien lain.
Dan sesampainya di kamar pasien VVIP 1 aku terkejut karena ternyata pasien itu adalah Ferry mantan kekasihku.
"Tiara, kamu disini?" tanyanya padaku.
"Iya, ada keluhan apa?" tanyaku yang mencoba profesional padanya.
"Kamu saja belum menjawab pertanyaan aku ya aku juga tidak akan jawab pertanyaan kamu." jawabnya yang menarik tanganku.
"Maaf ini rumah sakit bukan untuk bahas hal pribadi tapi untuk keselamatan pasien jadi tolong lepaskan tangan saya, oh iya coba dijawab pertanyaan saya yang tadi apakah ada keluhan?" tanyaku yang sedang berusaha melepaskan genggaman Ferry.
"Ok, kepala saya sakit, Dok, sudah beberapa hari ini sakitnya tidak hilang." jawabnya dan sakit di kepalanya mulai kambuh.
"Sus, saya minta rekam medis pasien Ferry ini ya." pintaku pada nurse Siska.
"Ini rekam medisnya, Dok." jawab nurse Siska yang langsung memberikan rekam medisnya Ferry.
Aku terkejut melihat rekam medisnya Ferry yang ternyata dia mengidap penyakit yang cukup serius.
"Ok, baik kita akan melakukan CT Scan dan kamu harus siap dengan segala kemungkinan yang akan menimpa kamu. Oh iya, sus, segera siapkan ruangan CT Scan buat pasien Ferry." pintaku pada nurse Siska.
"Baik, dok, kalau begitu saya permisi dulu." pamit nurse Siska padaku.
"Ok, sus." jawabku pada nurse Siska.
"Kamu kenapa mau menghindar dari aku, Ra? Kamu tahu kan sebenarnya tentang penyakit aku? Kenapa kamu menangis, sayang?" tanyanya padaku dan tanpa aku sadari air mataku sudah berlinang di pipiku.
"Kamu harus menghubungi keluargamu biar kamu bisa langsung ditindak ke ruangan CT Scan, aku permisi dulu, Fer." pamitku yang langsung dicegah sama Ferry.
"Kamu kenapa sih selalu seperti ini, sayang? Jangan pernah tinggalin aku, sayang, aku mohon." pintanya padaku.
"Maaf, saya harus visit ke kamar pasien yang lain." pamitku yang langsung melepaskan genggaman Ferry dan keluar dari kamar VVIP 1.
"Ya Allah di saat aku mau melupakan kamu tapi kenapa aku harus bertemu sama kamu sih, Fer? Dan aku juga menjadi dokter yang menangani penyakit kamu." batinku yang semakin sesak.
Nurse Siska menghampiri aku dan memberitahukan perihal ruangan CT Scan sudah bisa dipakai untuk Ferry. Dan Ferry pun langsung dibawa ke ruangan CT Scan oleh para perawat sedangkan aku harus kembali mengecek Mas Raka di IGD.
"Mas Raka, apakah Mas masih sakit tangan dan kakinya? Oh iya Mas Hilman kemana? Soalnya kan Mas Raka harus segera dirontgen." tanyaku pada Mas Raka.
"Mas juga belum tahu dia ada dimana, dia belum kesini lagi dan Mas juga takut dia kenapa-kenapa." jawabnya yang bingung soal keberadaan adiknya itu."
Tiba-tiba ada suster yang menghampiriku dan meminta bantuanku karena ada pasien tabrak lari dan ternyata pasien itu adalah Mas Hilman.
"Mas Hilman, suster tolong ambilkan betadine dan perban." pintaku pada suster yang berjaga di IGD.
"Baik, dok. Ini perban dan betadinenya, dok." jawab suster itu yang langsung memberikanku betadine dan perban.
Aku pun langsung mengobati luka yang ada di kepala dan tangan Mas Hilman. Tidak berapa lama, Dokter Taufik langsung menghampiriku dan menanyakan keadaan Mas Hilman.
"Bagaimana keadaan pasien ini, Ra? Apa ada luka yang parah atau tidak?" tanyanya padaku.
"Dia korban tabrak lari, dok. Dan sepertinya dia butuh segera di CT Scan secara keseluruhan agar kita bisa mencegah yang tidak diinginkan, dok." jawabku padanya yang masih mencatat rekam medis Mas Hilman.
"Ya sudah, segera lakukan sekarang. Sus, tolong kamu siapkan ruangan CT Scan buat pasien ini, eh iya nama pasien ini siapa ya? Biar terdata di rumah sakit ini. " tanyanya pada suster.
"Namanya Hilman Hadafi, dia adiknya Mas Raka yang sekarang sedang di rontgen, dok." jawabku padanya.
"Oh, ok kamu sekarang ikut saya karena kita akan ada pertemuan dengan para dokter lainnya." perintahnya padaku dan aku pun menurutinya.
Sesampainya di ruang meeting dan sudah banyak dokter yang berkumpul.
"Ok, karena semua dokter sudah berkumpul maka rapat ini saya buka. Jadi maksud saya itu mau mengumumkan bahwa akan ada tim dokter yang akan berangkat ke Korea untuk membantu tentara Korea yang kekurangan tim medis disana dan akan diketuai oleh Dokter Tiara." ucap kepala dokter yang aku tak tahu siapa namanya itu dan keputusannya membuatku terkejut.
Semua dokter memberiku applause dan aku bingung harus melakukan apa.
To Be Continue...

KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
RomanceSalahkah jika aku ingin kisah ini selamanya di saat restunya tak berpihak aku berjuang tapi kamu memilih menyerah. Cinta kita sampai kapan pun tidak akan pernah direstui oleh semesta atau pun kedua orang tua kita karena berbeda keyakinan