Seokjin melompat dari kasurnya saat mendengar teriakan sang ibu. Lelaki itu sangat terkejut. "Ada apa sih, Ma? Mama membuatku kaget."
"Maaf," ujar ibunya sambil meringis. "Kau ini baru kali ini bangun terlambat, apa ada hal yang mengganggumu hm?"
"Tidak juga, hanya memikirkan Sojung," balas Seokjin pelan. "Baiklah kalau begitu aku akan---"
"Iya cepat bersiap sana, Sojung menunggumu di bawah."
"Oke--- apa?"
"Sojung menunggumu di bawah. Ayo cepat bersiap," ujar sang ibu lagi. "Kau ini kenapa sih?"
"Mama bercanda 'kan? Mana mungkin!"
"Apa kau bertengkar dengannya? Kenapa reaksimu berlebihan sekali?" tanya ibu Seokjin dengan tatapan menyelidik.
"Tapi Ma, Sojung kan sudah meninggal! Mama tidak ingat?"
Tuk!
Seokjin dibuat meringis karena pukulan ringan yang mendarat di kepalanya. "Hus! Kalau Sojung dengar dia akan kecewa, dia masih sangat sehat dan sedang makan bersama Soobin di bawah. Apa kau bermimpi buruk?"
Seokjin terdiam, sesungguhnya lelaki itu berusaha untuk mencerna semua yang dikatakan ibunya. Sojung masih hidup? Mana mungkin!
Apa serangkaian kejadian tentang Sojung yang meninggalkannya hanya mimpi buruk belaka? Tidak, Seokjin merasa kejadian itu sangatlah nyata. Tapi, apa ini? Sojung tiba-tiba kembali.
"Wah, mama jadi merinding melihatmu yang seperti ini, apa kau kerasukan?" tanya sang ibu. "Baiklah, mama akan panggil papa untuk--- hei!"
Seokjin langsung lari melewati ibunya untuk menuju ke lantai bawah. Lelaki itu harus memastikan sendiri bahwa Sojung benar-benar ada.
Ibunya benar, gadis berambut hitam panjang dengan poni tipis yang menghiasi dahinya kini tengah melahap sandwich sebagai sarapan. Sesekali gadis itu juga melempar candaan dengan Kim Soobin---adiknya.
Tanpa berpikir lagi, Seokjin langsung menuju ke tempat dimana Sojung berada. "Sojung?"
"Halo, Seokjin! Kau baru kali ini bangun terlambat, apa kau begadang lagi, hah!" seru gadis itu, terlihat kesal.
Tak mengindahkan ucapan Sojung, Seokjin langsung memeluk kekasihnya itu. Pelukan yang dapat menyampaikan rasa rindu Seokjin kepada Sojung, wajah yang selama ini ia rindukan. "Aku merindukanmu, Sojung!"
"Ahahaha, Soobin ... ini adalah bukti kalau kakakmu sangat menyukaiku!" seru Sojung yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Soobin. "Lihat! Kita setiap hari bertemu saja dia masih sangat rindu."
"Memang dasar budak cinta," ujar Soobin kesal. "Pergi sana kalau mau berpelukan! Bukan di depan anak SMP sepertiku, dasar mesum!"
"Hei, Seokjin! Kau mau terus seperti ini, hm? Lihatlah adikmu sudah cemburu."
"Serius, Sojung. Setelah bangun, Seokjin bertingkah aneh," sahut Nyonya Soyeon sambil memijit dahinya. "Aku sedikit takut kalau dia kerasukan."
Melihat situasi yang semakin aneh, Seokjin lantas melepas pelukannya dengan Sojung, kemudian menatap sang ibu kesal. "Aku masih normal dan aku tidak kesurupan! Aku hanya senang saja bertemu Sojung seperti ini."
"Aigoo, aku tahu kalau kamu sangat senang saat bertemu denganku," ujar Sojung. "Sekarang mandi sana! Kau mau telat?"
Seokjin mengangguk tenang, meskipun ia merasa ini adalah suatu keajaiban, ia merasa senang, tetapi lelaki itu bingung apa yang sebenarnya terjadi. Tidak mungkin 'kan Sojung bangkit begitu saja?
Ia berjalan menuju kamar mandi sambil memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang mungkin menjadi alasan kuat kenapa Sojung bisa kembali.
***
"Bagaimana kau bisa lupa hari, Seokjin? Memalukan!"
"Ya, aku lupa. Ku pikir hari ini hari senin, ternyata sudah selasa."
Seokjin malu sekali, ia diledek oleh teman-teman sekelasnya karena salah membawa buku jadwal. Padahal Seokjin ingat sekali, hari ini seharusnya hari senin karena obrolannya dengan Yewon kemarin adalah hari minggu. Bahkan, ia berakhir dihukum lari oleh guru Fisika karena tidak membawa buku sebagai bahan belajar.
Alhasil, lelaki itu kelelahan sekarang. Untung saja, Sojung dengan senang hati mengajak sang kekasih ke taman, memberikan air mineral dan cemilan untuk mengisi perutnya.
Karena kejadian salah hari ini, Seokjin jadi mengetahui satu hal.
Sojung tidak bangkit dari peristirahatannya, tetapi sepertinya sekarang Seokjin ada di masa lalu. Tepatnya sekarang adalah tanggal 30 Juni, padahal seharusnya hari ini adalah tanggal 17 Juli.
Ternyata hal seperti ini bisa terjadi walaupun sebenarnya Seokjin agak ragu untuk mempercayainya. Tetapi ia yakin, hal ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepadanya untuk memperbaiki segalanya, sampai tanggal 11 Juli menghampiri, tanggal kematian Sojung.
Jika memang benar, Seokjin akan berusaha mengubah sikapnya terhadap Sojung sekarang. Dulunya Seokjin selalu nampak berkuasa sebagai laki-laki, lelaki itu bahkan entah secara sengaja atau tidak akan mengatakan hobi Sojung aneh, Sojung manja, dan jurusan Sojung yaitu IPS tidak sebagus itu.
Seokjin benar-benar buruk di masa lalu.
"Oh iya, Seokjin. Hari ini aku ada les, jadi kau pulang duluan saja," jelas Sojung. "Hati-hati ya nanti."
"Tidak apa-apa ku antar saja, kan aku tidak sibuk."
"Hei, aku bisa diteror Yerin karena mencarimu. Kau harus fokus mempersiapkan lomba tingkat kota yang akan dilaksanakan di sekolah kita!"
"Tidak masalah, yang terpenting sekarang adalah kau, Sojung."
"Eiii ... tidak boleh begitu. Kau itu ketua OSIS, punya tanggung jawab yang besar. Aku bisa kok berangkat sendiri menggunakan bus."
"Tidak, aku harus mengantarmu."
"Aduhh, tidak biasanya kau begini. Sebelum-sebelumnya kau malah menyuruhku untuk berangkat sendiri agar tidak merepotkanmu. Ku rasa ibumu benar, kau kerasukan, Seokjin."
"Aku serius, Sojung. Maaf atas perilaku-perilaku dulu, aku menyesal. Mulai sekarang aku akan berusaha untuk menjadi kekasih yang baik untukmu."
"Kau sudah jadi kekasih yang baik kok."
"Tidak, aku masih menjadi kekasih yang buruk." Seokjin beralih menggenggam tangan Sojung. "Jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, mengganggu ketenanganmu, aku mohon, bagikanlah itu denganku, Sojung. Aku merasa jadi lelaki buruk kalau hanya aku saja yang berkeluh kesah padamu."
Sojung menatap Seokjin heran, tapi Seokjin menatap raut wajah Sojung yang terlihat sedih. "Berjanjilah satu hal padaku."
"Apa?" tanya Sojung heran.
"Jangan melakukan hal yang nekat dan meninggalkanku."
Iya, dengan ini Seokjin harap ia benar-benar bisa mengubah keadaan. Agar Sojung tetap berada di sisinya dan tidak meninggalkan dirinya. Seokjin harus segera bertindak dan selalu mengawasi Sojung mulai saat ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope -ft Sowjin
FanfictionSeokjin mempunyai banyak harapan. Namun, bisakah ia berharap pada sesuatu yang mustahil? Seperti .... Berharap bahwa sang kekasih dapat hidup kembali?