A Little Obsession

2K 117 9
                                    

ini beneran
tapi tema kali ini, sama sekali ga aku kuasai.
otomatis ga sesuai ekspetasi, tapi pokoknya semoga cocok ya :)

______________________________________


Raefalyn as Riki
Axel as Sunoo












Pernikahan seharusnya adalah hal yang menyatukan kedua insan manusia. Menjadikan langkah kaki yang sama disetiap jalan, atau bergandengan  tangan sebagai bentuk penyelesaian problematika masing-masing.

Namun sepertinya tidak untuk seorang Raefalyn. Pemuda itu menatap jelas jejalanan tepat pada balkon apartemen yang ada. Matanya menelusur dan selalu menikmati angin, mengingat takkan pernah merasakan hiruk pikuk yang terjadi.

Axel bukan manusia yang akan melepaskan Raefalyn walaupun sedetik. Kabur? Pemuda itu takkan mencoba selagi menghindari hukuman yang membuatnya tak dapat bergerak hampir seharian.

"Udaranya dingin, kenapa tidak masuk?"

Interupsi tersebut membuat pemuda yang dipanggil Falyn memutar bola matanya lantas berbalik sang oknum. Kembali menatap balutan jas mahal yang menempel pada lelaki itu. Sikap yang tidak cocok sebagai pemimpin, walau sebenarnya Axel hanya menunjukkan sikap itu padanya.

"Aku dengar, kau mencoba menghubungi Eric, aku sudah melarang mu kan," sindir Axel bergerak cepat mengenggam lengan Falyn.

Gerakan Falyn yang terkejut terlihat mundur hingga tak sengaja menyenggol salah satu pot bunga hias balkon itu. Suara retakan keras terdengar pada dasar lantai, sekitar sebelas meter dibawah ruangannya, tanpa melihat Falyn sudah menebak betapa berserakan pot tersebut.

"Aku hanya menanyakan kabarnya!" lawan Falyn, pegangan itu semakin keras membuat Falyn meringis.

Axel memainkan bibirnya kesal, "menanyakan kabar mantan,itu terdengar mungkin?"

"Tidak semua hidup tentang kau? Aku bisa bersahabat dengan siapa saja kan? Lagipula Eric akan menikah minggu depan. Dan kau sudah memiliki ku, cukup Axel!" bentak Falyn.

Pemuda itu muak, sedangkan Axel hanya gelap mata, kecemburuan serta tingkat posesif yang sangat luar biasa. Padahal Axel sangat mengenal Eric, mereka adalah rekan yang sempat dekat.

Sebelum akhirnya, Raefal yang justru malah jadi dengan Axel. Jodoh memang tidak ada yang tahu, tapi jika Axel yang sekarang adalah masa depannya, Raefal lebih memilih untuk terjun saat ini.

"Jangan coba-coba untuk melukai dirimu, Ae!"bentak Axel saat melihat Raefal melirik kebawah balkon. Hingga akhirnya Axel menggeser badan Raefal berbalik menjauh, sedang pemuda yang terangkat terdiam akibat kaget.

Lama kelamaan, air mata Raefal jatuh. Selalu saja selain bentakan, genggaman tangan lelaki itu selalu melukainya jika dia mencoba keluar dari zona nyamannya.

Axel masih menatap datar menarik Raefal cepat masuk kedalam kamar. Mendudukan pemuda itu di sofa single. Kemudian bergerak meninggalkan Raefal sebelum akhirnya pemuda itu bergerak menahan tangan Axel.

"Jangan sentuh Eric."

Axel tertawa, "ku pikir kau sudah sangat hapal dengan kebiasaan ku."

Raefal mendongak dengan mata memerah, "aku tidak akan segan-segan jika aku mendengar seseorang kecelakaan lagi karena ulahmu."

Axel melirik tatapan Raefal seolah-olah manusia itu hanya sebuah benda yang dapat ia buang dan ambil dengan mudahnya. Punggungnya mulai merunduk menatap pas mata Raefal, wajah pemuda itu mengeras.

Kiki StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang