Dutch Blue (Your Canvas)

1.2K 76 14
                                    

Azealiano as Jake
Tearlionna as Riki

.

.

Polesan warna dasar baru saja diletakkan membuat si pelukis tersenyum senang. Memulai hobi tanpa gangguan, tipikal menyendiri yang disenanginya.

'But if you like causing trouble up in-'

Yeah, kecuali manusia tersebut lupa untuk menghentikan suara dering pada benda persegi itu.

"LIO!"

Mulai sekarang, tolong selalu ingatkan Tearlionna untuk menghentikan kebiasaan menaikkan volume panggilan dan meletakkannya tepat pada telinga.

"Jangan berteriak Rei!" Lio menyentak kesal membalas teriakan sebalik ponsel. Sedang si pelaku peneriak hanya tertawa kering.

"Iya, maaf. Aku cuma mau beritahu kalau karya dutch blue mu laku!"

Mata Lio membulat kaget, "b-beneran Rei?"

"Aku kedengaran bohong ya? Jahat sekali," balas Rei membuat Lio terkekeh.

"Biasanya kamu kan sering jahil, tidak heran aku jadi curiga. Aku bertanya-tanya mengapa kak Justin bisa menyukai mu," balas Lio memukul argumen canda Rei.

"Hei! Mulutmu semakin tajam ya," timpal Rei membuat Lio malah terbahak. Mungkin setelah mendengar karya itu terjual, mood nya kembali membaik.

"Anyway, siapa oknum yang membelinya?" tanya Lio membuat Rei sedikit tergagap.

"E-eh.., me..me-nding kamu langsung datang aja, tidak ada tugas sekolah kan?"

"Tidak sih," balas Lio.

"Ya sudah datang di Cafe Sun Time, sekarang juga," jelas Rei yang dibalas jawaban singkat oleh Lio. Begitu juga dengan suara panggilan yang menandakan selesainya percakapan.

Lio sebenarnya sedikit curiga, mengingat bagaimana gagap Rei berbicara. Bukan tanpa alasan, lukisan itu bukan sembarang lukisan. Bisa dikatakan, lukisan itu kenangan yang memang ingin pemuda itu jauhkan.

Karya indah sekaligus ucapan perpisahan oleh mantan pemuda itu. Lio terkekeh kecil, berjalan menyandarkan tubuhnya pada salah satu dinding. Lantas menarik napas lelah.

Bagaimana jika ia kembali? Apa Lio akan kembali padanya? Apakah ia akan menjelaskan seluruh nya pada Lio? Atau mungkin sudah bahagia dengan pilihannya?

Alur singkat yang terkesan menyedihkan. Bukan kah kisah itu terlalu biasa? Tamat dengan akhir yang klise. Mungkinkah itu terjadi? Bahkan penulis nya sendiri bisa merasa sedih dengan hal itu.

Namun, ini bukan cerita. Ini hanya Lio dan karya yang tertinggal. Hanya dia yang berharap semuanya membaik dan melupakan rasa yang dulu pernah menyentuhnya.

Atau bisa dikatakan, Lio mencoba membencinya?

Tak putus akan pemikiran itu, Lio bergegas mengambil ponsel dan dompetnya. Meninggalkan sisa kanvas di kamar. Tidak ada yang akan memarahinya, sang ibu baru saja pergi kerumah pamannya Lio. Setidaknya kanvas itu tidak akan terbuang.

Kiki StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang