Dua minggu berlalu dengan cepat.Ester, seperti siswa kebanyakan juga merasakan malas untuk kembali masuk sekolah. Tapi di satu sisi dia juga merasa antusias karena bisa kembali berkumpul dengan ketiga sahabatnya.
Sebenarnya mereka ada ber-enam, sayangnya satu orang pindah sekolah mengikuti kepindahan orang tuanya karena pekerjaan. Dan satu lagi kini berbeda kelas.
Ya, sekolahnya menerapkan sistem random kelas.
Yang mana setiap tahun ajaran baru, mereka akan satu kelas dengan siswa yang berbeda. Meskipun tidak secara keseluruhan berbeda karena bisa jadi masih ada tiga, empat bahkan sepuluh teman yang kembali satu kelas pada tingkat selanjutnya.
Tapi yang pasti formasi setiap kelas akan berbeda dari tahun sebelumnya.
Dalam kasus Ester, awalnya dia dan kelima temannya berada di kelas VII-b, dan meskipun kini dia tetap di kelas VIII-b, tapi tentu ada banyak teman yang baru dikenalnya. Merupakan suatu keberuntungan, dia masih bisa satu kelas dengan tiga sahabatnya.
Eater hampir saja terlambat, alasannya karena sedikit sekali angkot jurusan yang memiliki rute melewati daerah sekolahnya. Itu merupakan fakta, tapi fakta lainnya yaitu karena dia memang kesiangan bangun tadi pagi.
Kelas sudah ramai saat Ester masuk, untung saja Seli, salah satu sahabatnya sudah menempati kursi untuknya. Terdengar tidak baik, tapi inilah salah satu keuntungan memiliki teman dekat, kamu tidak pernah merasa ditinggalkan.
Merasa tahu diri, Ester tidak banyak mengeluh saat harus duduk di barisan paling belakang, lagipula bagi Ester tidak ada bedanya dia mau duduk dimana saja.
Sayangnya ternyata itu tidak benar, baru lima menit duduk, Ester meminta pada Seli untuk saling tukar tempat.
"Sel, gantian dong, aku nggak mau deket cowok,"
"Yaudah sini,"
Benar, Ester dan Seli duduk satu satu bangku. Dan Ester harus merasa bersyukur karena Seli itu merupakan tipe anak yang dewasa, jadi dia tidak akan peduli terhadap masalah kecil seperti ini.
Jadilah Ester yang memang pemalu duduk di barisan yang sekelilingnya merupakan para siswi perempuan, meskipun masih dekat dengan tempat duduk siswa laki-laki, setidaknya Seli kini menjadi tameng untuknya. Hihi.
Hari pertama sekolah memanglah selalu tidak efektif, tapi justru itu yang Ester sukai, yang semua siswa sukai.
Seperti saat ini, jam sudah menunjukkan pukul 8, tapi para siswa masih bebas berkeliaran di lingkungan sekolah, ada yang berkumpul diluar kelas, ada yang duduk diam dikelas, bahkan ada yang nongkrong di kantin sekolah.
Saat itulah perhatian Ester yang sedang duduk berbincang ria dengan temannya teralihkan, dia sudah melihat anak laki-laki ini tadi, saat dia meminta untuk bertukar tempat duduk dengan Seli. Anak laki-laki ini duduk tepat di kursi sebelahnya, tapi sekarang tidak lagi, karena Ester memilih untuk menjadikan Seli penghalangnya dengan jajaran tempat duduk siswa laki-laki.
Tak butuh waktu lama untuk tau nama anak laki-laki itu. Jujur saja, dia adalah anak laki-laki tertampan yang pernah Ester lihat sampai saat ini.
Namanya, Alan.
Entah kenapa, melihat betapa banyak anak gadis yang mengelilingi Alan, mencoba menarik perhatiannya, mengajaknya bicara, tiba-tiba saja Ester bermonolog dalam hatinya,
Hmm kayanya nggak mungkin deh, udahlah!
Sedetik setelah pemikiran itu hadir di kepalanya, Ester segera menyadari betapa konyol dirinya.
Ngapain juga aku mikir gitu, tau kok dia emang ganteng, terus kenapa? Nggak jadi masalahkan, ish udahlah!
Tanpa Ester sadari, sejak saat itu mulai tumbuh rasa suka dalam dirinya.
Entah karena alasan apa?
Mungkin karena respon Alan terhadap para gadis yang tidak terlalu antusias dan terkesan cuek.
Mungkin juga karena tampilan Alan yang tidak terlalu rapi seperti dandanan khas anak nerd.
Mungkin juga karena senyum miliknya yang terkesan angkuh.
Mungkin juga karena laki-laki itu tinggi.
Atau mungkin juga karena wajah tampannya.
Entahlah.
Yang jelas penyangkalan dirinya membuktikan bahwa Ester menaruh rasa pada anak laki-laki yang baru pertama kali ditemuinya, Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Cinta
Teen FictionEster sudah sering mendengar, "Cinta pertama tidak pernah berhasil!" Atau, "Cinta pertama akan tetap menjadi yang pertama, tidak akan menjadi cinta terkahir!" Pada intinya semua mengatakan padanya untuk menyerah pada cintanya, cinta pertamanya. M...