Tersisa dua minggu sampai ujian tengah semester dilaksanakan.
Meski begitu, para siswa terlihat santai dalam menghadapinya.
Begitulah, ujian tengah semester memang tidak begitu menegangkan, sebagian siswa bahkan sama sekali tidak merasa terbebani, toh ini hanya pelaksanaan ujian tengah semester, bukannya akhir semester, jadi mereka hanya menganggapnya sebagai ujian harian biasa.
Begitu pula Ester, tidak ada persiapan khusus dalam menghadapi ujian kali ini, tidak ada latihan soal, tidak ada menghapal, tidak ada mencari kisi-kisi, intinya tidak belajar.
Dia tetap sibuk dengan keasyikannya bersama para sahabat dan geng barunya.
Jika kemarin hanya berempat, Seli, Fani, Tina dan Ester. Kini kumpulan mereka lebih besar karena ada Tini, Resna, Fadla dan Asmi.
Semakin banyak orang, tentunya semakin ramai pembicaraan mereka.
Mereka memang sudah kenal sebelumnya karena mereka semua anggota ekskul PMR, kecuali Tini, dia mengikuti ekskul paskibra.
Mereka memang sudah saling mengenal, tapi hanya sebatas mengenal nama dan wajah, setelah dipersatukan di kelas VIII-b, mereka tidak menyangka ternyata akan bisa saling klop satu sama lain.
Meskipun baru akrab beberapa bulan belakangan, tapi rasanya sudah tidak ada kata canggung diantara mereka.
Mereka bahkan sudah merencanakan untuk kumpul bersama di rumah Fadla yang kebetulan memiliki jarak terdekat dari sekolah, memang baru sekedar rencana, tapi yang pasti mereka akan melakukannya satu waktu nanti.
Karena kelas VIII-b ini merupakan ruangan yang baru saja selesai di bangun, lokasi kelas mereka berada di paling ujung, pojok kanan paling belakang dari lingkungan sekolah.
Meskipun terlihat terisolasi dari jajaran kelas VIII lain, tapi letak kelas VIII-b ini dianggap strategis oleh semua penduduk kelas, pasalnya hanya beberapa langkah dari kelas mereka bisa mencapai kantin.
Selain itu, lapangan tanah luas di belakang kelas selalu bisa menjadi penenang dan tempat sempurna kala bosan melanda. Hijau pepohonan, suara gesekan rumput dan angin sepoi, tak pernah gagal dalam memberikan mereka kenyamanan.
Dua tempat tadi bisa dikatakan merupakan base camp mereka berdelapan.
Ketika mereka berkumpul, selalu ada saja topik untuk dibahas, seolah tak pernah kehabisan bahan candaan, tawa selalu terdengar disela obrolan mereka.
Seperti ketika saat salah satu guru tidak bisa masuk dan tidak ada tugas pengganti, untuk dua jam pelajaran kedepan kelas mereka tidak akan belajar, atau yang sering disebut jam kosong, jamkos.
Jamkos adalah kesempatan langka yang tidak boleh di sia-siakan. Jadi tak butuh waktu lama, segera setelah sekretaris kelas mengatakan sekarang jam kosong, Ester dan ketujuh sahabatnya sudah siap dengan uang jajan di saku dan saling beriringan berjalan menuju kantin lima langkah alias base camp pertama mereka.
Tentu saja kantin kosong, karena kelas lain sedang belajar di kelas.
Kantin itu sendiri bukan merupakan kantin utama, bangunannya kecil tapi nyaman, pemiliknya merupakan sepasang kakek-nenek suami istri. Daripada disebut kantin, lebih tepat dengan sebutan gazebo.
Setelah memilih jajanan dan duduk di tempat masing-masing, tiba-tiba saja obrolan mereka berada di seputar pernikahan.
Diantara semua temannya, Ester memang paling pendiam, bukan pendiam dalam arti sebenarnya, hanya saja diantara temannya Ester memang yang paling sedikit berbicara atau memberikan komentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Cinta
Teen FictionEster sudah sering mendengar, "Cinta pertama tidak pernah berhasil!" Atau, "Cinta pertama akan tetap menjadi yang pertama, tidak akan menjadi cinta terkahir!" Pada intinya semua mengatakan padanya untuk menyerah pada cintanya, cinta pertamanya. M...