1 : Coincidence

378 33 4
                                    

"Hei, pirang!"

Kedua alisnya menyatu. Bola matanya bergetar kaget tatkala tidak sengaja bersitatap dengan seorang pemuda yang berjalan ke arahnya. Yerin Caldwell dengan cepat menengok ke teman sekelasnya yang juga berhenti. Mengingatkan bahwa yang ada di sini bukan hanya dirinya, melainkan banyak sekali murid yang baru keluar dari gerbang.

Banyak sekali kemungkinan. Tapi, jika objeknya adalah di depan gerbang, berarti dirinya dan temannya juga termasuk, kan?

Oh, tidak. Tidak.

Mungkin temannya. Bukan dia.

"Kenapa ngeliatin? Ayo kerja kelompok biar cepat selesai."

Dia sadar bahwa sedaritadi kedua netra tajam yang minimalis itu memang menatap lurus ke arahnya, tetapi Yerin tidak ingin terlalu percaya diri karena mereka tidaklah dekat. Memastikan sekali lagi, kepalanya menoleh ke arah teman sekelasnya dan malah mendapatkan lirikan balasan.

"Itu, hey, Smith mengajakmu kerja kelompok."

Alisnya mengkerut tajam.

Apa? Wonwoo Smith yang itu mengajaknya—

"Aku mengambil cuti kerja hari ini untuk mengerjakan tugas kelompok ekonomi. Kau tidak boleh menolaknya karena besok kita harus presentasi."

Hey, hey. Tunggu.

Yerin sama sekali tidak mengerti.

"Oh, iya. Kau tidak masuk ya di pekan kemarin...." Gadis kuncir kuda teman sekelasnya yang akrab​ itu menggaruk pipinya yang mungkin tidak gatal, merasa tidak enak. "Aku lupa bilang padamu kalau salah satu tugas ekonomi itu dikerjakan berdua."

Seingat Yerin, dia sudah mengerjakan semua tugas-tugasnya yang menumpuk selama izin satu minggu penuh kemarin. Jadi ia bertanya, "Yang mana?"

"Presentasi ," jawab teman sebangkunya. "Aku sih berdua dengan ketua kelas, jadi aku tinggal terima bersih saja. Besok aku yang presentasi karena yang kau tahu ketua kelas itu kan mudah gugup." Dia sadar telah mengatakan hal-hal yang tidak penting untuk diketahui kedua orang di depannya ini. Jadi, dia mengundurkan diri lebih awal dan meninggalkan mereka berdua.

Setelah kepergian teman akrabnya, Yerin kembali memandang pemuda di hadapannya dengan ragu. "Sekarang?"

Orang itu, Wonwoo Smith, yang dikenal dengan tatapan tajam nan dingin itu mengangguk dan menggedikan bahu. "Terserah kau mau mengerjakan di mana. Aku ikut saja," katanya sembari melangkah maju mendekat sebab dia menghalangi jalan.

Berjarak satu meter. Sedekat ini. Yerin menahan napas.

Wonwoo Smith sangat-sangat tampan jika dilihat dari dekat. Pipinya tirus, berbanding terbalik dengan Yerin yang kadang-kadang tembam jika makan banyak. Rahangnya tajam serta hidung mancung yang panjang. Pandangannya pun dingin, meski nada bicaranya lembut dibalik suaranya yang berat dan rendah.

Sungguh sempurna. Persis seperti yang dikatakan teman-teman perempuannya.

Berapa tahun? Dua tahun berada di kelas yang sama, baru kali ini ia berhadapan langsung dengan Wonwoo Smith. Berbicara dan bertatapan. Yerin baru mengetahui rasanya. Dunianya seolah membeku sebab tersihir oleh sang pangeran es nomor satu kebanggan kaum hawa di sekolah. Benar-benar keberuntungan.

"Hei, Caldwell?"

Pikirannya buyar, ia bisa merasakan jantungnya kembali berdetak. "Huh?"

"Dimana?"

countless // wonwoo+yerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang