bagian enam.

194 28 144
                                    



"George Athernalous, dead."

"Senara Adicva Keylana, dead."


Semua orang yang terjebak diarea villa itu terkejut. Bagaimana tidak? Ternyata, pesta ini benar-benar mempertaruhkan nyawa!

Terlebih lagi Nata, dia masih tidak percaya, bahwa teman sedari kecil nya sudah tiada.

"Nat, sabar ya. Kita bakal usaha buat ngungkap siapa Murder dan para Assistant biadap itu," Ucap Revan menenangkan.

Nata hanya mengangguk, lalu tersenyum tipis. Ia jadi merasa bersalah, apalagi kepada Jeo.

"Ikhlasin, biar Jeo tenang disana. Dia juga pasti ikutan sedih kalo ngeliat sahabatnya sedih begini," Nata tertegun, baru kali ini ia mendengar seorang Nagasa berbicara panjang dan lebar. Terlebih lagi sambil tersenyum.

Revan memasang wajah terkejut, "Oh my god! Moment berharga, perlu diabaikan."

Sedetik kemudian, dia langsung menerima tepukan dari Ethan dikepala nya.

"Diabadikan, tuyul! Heran gue,"

Revan mengusap-usap kepala nya, "Ya maaf, typo."

"Baru tau mulut bisa typo,"

"Ya bisa─"

"Temen nya lagi sedih, malah berisik." Potong Nagasa.

"Guys! Sini sebentar!" Panggilan tersebut membuat keempat orang itu menengok, lalu berjalan menghampiri.

"Kenapa, Fan?"

Fany, orang yant tadi memanggil, dia nampak ketakutan.

"I─itu, Acha!"

Nagasa menaikkan sebelah alis nya, "Acha kenapa?"

"Gue nemu mayat Acha!"

Hal itu sontak membuat semuanya terkejut,

"Lo serius? Gak usah bercanda!" Ucap Revan.

"Disaat begini lo nganggep gue bercanda?! Gue juga masih punya otak!" Balas Fany.

"Udah, udah! Fany, lo liat mayat Acha ada dimana?" Tanya Ethan, dan diangguki oleh Nagasa dan Nata.

"Ada dideket kolam! Ayo ikutin gue,"

Fany berjalan lebih dulu, lalu diikuti oleh Revan, Ethan, Nata, dan Nagasa.

Lokasi kolam renang dari tempat mereka sebelumnya lumayan dekat, hanya membutuhkan waktu 2 menit untuk sampai kesana.

Saat sampai disana, tiba-tiba Fany berpindah ke belakang badan Revan. "Lo aja yang didepan, gue gak tega liatnya." Lirih Fany.

Revan mengangguk. Dengan perlahan, ia berjalan mendekati mayat Acha yang tergeletak didekat kolam.

"Astaga!" Pekik Revan.

"Kenapa, Van?" Tanya Nata.

"Ini yang bunuh kayaknya gak punya hati, lo liat aja sendiri mayatnya." Ucap Revan sambil membuang muka.

Ethan, Nata, dan Nagasa berjalan maju. Mereka langsung terlonjak begitu melihat mayat Acha.

Siapa yang tidak terkejut, kalau melihat mayat dengan bibir robek hingga mendekati kuping? Ditambah dengan luka tikam dan pisau yang menancap diperut mayat tersebut.

"Ini mayatnya mau kita biarin disini?" Tanya Fany.

Revan berpikir sejenak, "Than, bantu gue."

Revan mengisyaratkan Ethan untuk membantunya, dan diangguki oleh Ethan.

(✓) birthdeath. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang