"Agatha..kamu tahu, bunuh diri bukan cara menyelesaikan masalah."
"Kenapa Pak Sean bisa ada disini?"
"Apartement saya juga ada disini. Saya tadi dengar ada keributan, saya suruh petugas untuk buka unit ini ternyata ini unit kamu."
Agatha terdiam tanpa menggubris omongan Sean.
"Kamu baik-baik aja?"Tanya Sean berhati-hati.
"Pak—"
"Ini obat apa?"Tanya Sean sembari memegang obatnya mengangkatnya menunjukkannya pada Agatha.
"Itu—"
"Sebentar."potong Seano.
Seano mengambil handphonenya hendak menanyakan perihal obat itu kepada temannya yang untungnya adalah seorang dokter juga. Agatha bungkam seribu bahasa dibuat Seano. Seano bahkan tak bergeming saat Seano terlihat seperti sedang menunggu balasan seseorang yang coba ia hubungi. Hingga tak lama dengan keadaan yang sama raut wajah Seano tampak sedikit berubah. Raut wajahnya terlihat seperti seseorang yang sedang terkejut. Agatha tau maksud tatapan itu, pikiran Seano mungkin dikelilingi beribu tanda tanya saat ini.
"Agatha...kamu—"
Seano menghela nafasnya panjang. "Kamu...nggak abis kena pelecehan seksual kan?"
Agatha yang tadinya tidak bergeming dan tidak menatap Seano langsung menoleh menatap mata Seano dengan tanda tanya. "Pak...saya punya suami."jawab Agatha akhirnya.
"A—ah...terus kenapa kamu kelihatan kaya orang stress gini. Kamu kan punya suami."
"Keadaannya beda."
"Keadaannya beda?"tanya Seano bingung.
Mata Agatha memanas sekaligus bergetar, sialnya ia kembali ingat dengan Jaehyun. Seano yang tengah menunggu jawaban Agatha juga tidak bergeming dan terus menatap lekat Agatha yang sepertinya tidak akan membuka mulut.
"Maaf. Kayanya saya terlalu ikut campur."ujar Seano sedikit tidak enak. "Jadi gimana tangan kamu, nggak terluka kan?"tanya Seano berusaha mencairkan suasana.
"Nggak, Pak. Tangan saya baik-baik aja."
"Ini udah jam kerja, kamu nggak berangkat kerja?"
Bukannya menjawab Agatha kembali diam. Ia sendiri juga tidak tahu, rasanya sangat malas menghadapi hari-hari yang terlalu sulit ini.
"Atau kamu mau istirahat hari ini?"
"Saya—"ucapan Agatha terhenti kala suara panggilan dari handphonenya. Seano yang berada tepat didekat handphonenya meraihnya karena sepertinya Agatha tidak punya tenaga untuk bergerak.
"Jaehyun?"tanya Seano.
Agatha meremat ujung bajunya menahan geram. Kapan sih Jaehyun bisa menghilang dari muka bumi ini?
"Mau kamu angkat?"tanya Seano yang sepertinya faham dengan pikiran Agatha.
Agatha langsung meraih handphonenya dari tangan Seano. Mau tidak mau Agatha harus mengangkatnya. Agatha menghapus air matanya dan menghembuskan nafasnya menghilangkan rasa gugupnya. Dan langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Hmm?"
"Kamu dimana, Agatha? Kamu jangan bikin khawatir aku."
"Maaf. Aku ada mendadak ada urusan keluar kota jadi aku langsung pergi. Mungkin besok baru pulang."
"Kamu gimana sih bukannya bangunin aku."
"Aku buru-buru, Jaehyun."
"Agatha, tentang semalam—"
"Aku lagi ada kerjaan."ujar Agatha memotong percakapan Jaehyun dan mematikan panggilannya sepihak.
Tidak, ia tidak ingin mendengar ucapan Jaehyun lebih lanjut.
"Kamu berbohong?"
"Nggak ada pilihan."
"Jadi kamu mau di apartment kamu sampai besok? Saya yakin suami kamu pasti bakal datang kesini untuk mengecek."
"Pak, Saya—"
"Saya bantu kamu."
"Ya?"
"Istirahat diunit saya. Unit saya tepat didepan unit kamu jadi kamu nggak perlu khawatir."
"Sejak kapan Pak Sean punya Apartment disini?"
"Sudah lama. Hanya saja saya sesekali kesini, makanya kita tidak pernah bertemu."
"Tapi Pak—"
"Ssttt..nggak ada tapi-tapian. Saya nggak masalah, lihat keadaan kamu sekarang lebih baik kamu istirahat atau perlu saya panggilin dokter?"
"Ya? Ng—nggak usah Pak, saya istirahat saja."
"Yaudah ayo, kamu masih sanggup jalan kan? Atau perlu saya gendong."
Refleks Agatha langsung berdiri membuat Seano terkekeh kecil. "Saya masih bisa jalan, Pak."
Seano menuntut Agatha berjalan dengan memegang bahu Agatha. Agatha dalam keadaan acak-acakan saat ini dan juga ia sedang dalam keadaan lemah jadi Seano harus membantunya.
***
Dan benar saja, saat hendak pergi ke kantor Jaehyun memilih untuk singgah sebentar ke kantor Jo menanyakan perihal Agatha. Setibanya didepan ruangan Jo yang benar saja Agatha ternyata tidak ada dimejanya padahal ini sudah jam kerja. Jaehyun langsung masuk tanpa mengetuk pintu membuat Jo sedikit terperanjat kaget.
"Lo bisa nggak sih kalau masuk ketuk pintu dulu. Untung gue nggak ada tamu."desis Jo sebal melihat Jaehyun.
"Nggak usah lebay, lo lagi nggak ada tamu."
"Kali aja Gigi Hadid lagi bertamu kan malu gue kalau ada lo tiba-tiba kaya gini."
"Agatha kemana?"
"Agatha nggak ngasih tau lo?"tanya Jo balik
"Gue bangun Agatha udah hilang."
"Agatha ada urusan mendesak keluar kota jadi dia buru-buru pergi dari tadi pagi."jawab Jo seraya menyeruput kopinya.
"Lo ini gimana sih! Lo nggak konsisten banget sama kesepakatan kita."
"Jae, ini urusan perusahaan, gue dan Agatha. Lo harusnya professional dong ini kan soal kerjaan."
"Tapi tetap aja sesuai kesepakatan kita. Agatha jangan didepak kemana-mana kalau nggak gue suruh."ucap Jaehyun tidak ingin kalah.
Jo mengambil nafas panjang. "Ini soal kerjaan, Jae. Tolong professional."final Jo.
.
.
.
.
.
To be continue.Stay healthy and happy reading 🤍
Alhamdulillah, pembaca nya udah mulai bertambah walau sedikit-sedikit. Yuu semangat yuu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trying to J : Secret of Marriage Life
FanfictionBagaimana bisa Agatha menemukan kehidupan sesungguhnya dalam keluarga lain, bukan di keluarga nya sendiri?