Bab 2

14 6 0
                                    

Perjalan udara yang baru saja ia lalui membuat tubuhnya sedikit letih. Kenapa tidak? Ia bahkan belum sempat istirahat tapi bos gilanya itu sudah mengirimnya seperti ini ketempat yang lumayan jauh. Agatha bergerak gelisah mendengar nada dering ponselnya yang tak kunjung henti sejak tadi. ia terpaksa bangkut dari ranjangnya saat ini juga. Dengan keadaan yang masih mengumpulkan kesadaran Agatha bergerak mengambil ponselnya.

"Hm?"

"Saya Seano William, kolega kamu yang akan kamu temuin sekarang. Johnny sudah memberi tahu bahwa kamu yang akan menemui saya."

Dalam waktu seperkian Agatha langsung tersadar mendengar tentang kolega dan merasa sedikit tidak enak. Dia merasa sangat bodoh dengan memberikan kesan pertama seperti ini terlebih lagi pada orang yang sangat penting.

"Ah, iya pak maaf saya Agatha. Kapan kira-kira kita akan ketemu?"Tanya Agatha ragu-ragu.

"Bagaimana kalau malam ini? atau besok saja sepertiinya kamu masih butuh istirahat."

"Enggak kok pak, saya bisa malam ini. Dimana kita bisa bertemu?"

"Saya lebih suka bersantai untuk ini. Bagaimana kalau dirumah saya sekalian makan malam?"

"Tentu saja pak, tapi kemana saya akan pergi?"

''Alamat kamu sudah ada pada saya. Supir saya yang akan menjemput kamu nanti."

Ah sial. Kalau sudah begini kata-kata menolak apalagi yang akan ia ucapkan.

"Apa tidak merepotkan pak, saya bisa kesana sendiri asal alamatnya ada."

"Saya selalu melakukan ini untuk kolega saya, jadi jangan menolaknya."

"B-baiklah kalau begitu."

Agatha menghela nafas lega. Barusan rasanya seperti sedan berbicara pada seorang mafia. Entah sejak kapan dirinya bisa menjadi segugup ini. Agatha melihat jam, dengan wajah panic Agatha langsung melemparkan ponselnya sembarangan dan hendak bersiap-siap. Ternyata ia terlalu lama tidur hingga jam enam sore begini.

Setelah selesai acara ritual mandinya Agatha buru-buru mencari setelan dress pertemuan mala mini, bagaimanapun ia harus tetap mengenakan setelan bagus untuk menemui calon kolega perusahaannya yang merupakan orang yang sangat penting. Dengan wajah yang dibaluti riasan wajah seperlunya. Ia langsung mengambil beberapa lembaran dokumen yang sudah tersusun rapi diatas salah satu sofa dikamarnya, tentu saja dia sudah merapikannya sejak tadi agar tidak terlalu repot dalam hal seperti ini misalnya.

Mata Agatha beralih pada ponselnya yang layarnya menyala pertanda masuk pesan, ia beranjak mengambil ponselnya yang berada diranjang.

Maaf nyonya, saya disuruh Tuan Seano untuk menjemput nyonya.

Tentu saja Agatha tau itu siapa. Pastinya supir Tuan Seano. Agatha buru-buru melihat ponselnya melihat jam yang tertera dilayar benda pipih itu. Agatha menghela nafas panjang, Mungkin saja orang itu adalah orang yang sangat kompeten terhadap waktu juga. So, time is money mungkin adalah prinsip hidupnya. Mengingat orang yang seperti itu Agatha tidak ingin berlama-lama, ia takut akan memberikan kesan buruk pada koleganya ini. Ini bukan hanya untuk kepentingan atau keuntungannya sendiri melainkan untuk kepentingan dan keuntungan semua orang beserta perusahaan tempat ia bekerja.

Setibanya didepan hotel Agatha dibuat bingung. Yang benar saja, ia bahkan tidak mengenal koleganya itu ataupun supir yang akan menjemputnya. Matanya terus mencari ke setiap arah yang ada disekitar hotel barang kali menemukan sosok yang mungkin sedang mencarinya juga.

Hingga matanya menangkap sosok pria berjas hitam yang sedang berjalan kearahnya. Agatha terus memperhatikan tanpa berfikiran bahwa orang itulah yang sedang menjemputnya. Tentu saja, pria itu bahkan tampak seperti orang kanglomerat dengan jas elegan bagaimana bisa dirinya menganggap pria tampan itu seorang supir. Karena terus memperhatikan Agatha sampai tidak sadar orang itu sedang berdiri dihadapannya.

Trying to J : Secret of Marriage LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang