Home

3.4K 144 19
                                    

Saat ini para member berkumpul di ruang makan untuk sarapan. Di bawah meja, kaki Jungkook tak henti - hentinya mengelus kaki Jin yang duduk dihadapannya. Jin melihat ke arah Jungkook, menemukan si empunya sudah menatap matanya. Tak lupa ada senyum nakal yang tertera di wajahnya. Jin terkekeh pelan, baru tadi malam Jungkook menangis karena tidak tahan untuk ingin disetubuhi, sekarang dengan beraninya bermain kaki di bawah meja.

Kaki Jungkook yang mengelus kaki Jin tak sengaja menyenggol kaki Yoongi yang ada disamping Jin. Terkejut, mata Yoongi langsung melihat ke bawah, mencari kaki siapa yang menyenggolnya tadi. Saat melihat ke arah Jungkook, si pelaku langsung membuang muka. Pura - pura minum susu. 'Ada - ada saja,' pikir Yoongi.

Selesai sarapan, para member terpecah untuk melakukan aktivitasnya masing - masing. Ada yang mandi, membereskan koper, mencuci piring, dan lain - lain.

"Jin," Jungkook duduk di pangkuan Jin yang sedang membereskan koper setelah mandi. Biasanya kalau Jungkook sudah memanggil pacarnya tanpa embel - embel hyung', Jungkook sedang needy atau ingin berbicara serius. "Army masih marah tidak ya? Aku takut.." kepalanya ia senderkan di pundak Jin, memainkan kancing baju dengan tangan bertatonya.

"Tidak tahu sayang, tapi jangan takut. Nanti manajer akan merelease statement soal rumor itu setelah kita sampai di Korea dan hyung akan selalu menemanimu." Tangan Jin yang sibuk melipat baju, pindah ke punggung Jungkook, mengelus pelan untuk menenangkan si pacar.

Jungkook mengangguk, menatap mata hyungnya yang tidak kalah indah dari matanya. "Aku benar - benar beruntung bisa memilikimu, Jin." Tangannya menangkup pipi gembul Jin.

Jin tersenyum mendengar hal itu dari Jungkook, mata yang tadi saling menatap kini turun ke bibir. Bibir Jin memang terbuat untuk Jungkook, begitu pula sebaliknya. Jungkook melingkarkan tanganya di leher Jin. Jin langsung meraup pinggang Jungkook hingga bibir itu bertemu. Sepasang kedua mata mereka tertutup, menikmati ciuman hangat di tengah musim dingin di New Zealand.

Jungkook tersenyum di sela - sela ciuman itu hingga mereka memberi jarak untuk bisa sama - sama bernapas. Dengan hidung masih bersentuhan, Jin berkata dengan nada penuh kasih sayangnya pada Jungkook, "aku juga beruntung memilikimu. Kamu rumahku, Jungkook."

Hati mana yang tidak meleleh mendapatkan ucapan dari word wide handsome guy. "Jin.." mata Jungkook berkaca - kaca, ia benar - benar beruntung bisa memiliki Jin. Bibir mereka bertemu kembali, menumpahkan segala perkataan yang tidak cukup untuk diucap.

"I love you, Jin."

.

.

Setelah 13 jam pesawat terbang dari New Zealand dan transit, akhirnya mereka sampai di bandara Internasional Seoul. Dengan kacamata hitam dan baju serba hitam, Jungkook izin ke kamar mandi untuk menenangkan diri sebelum keluar dari bandara menuju apartmen tempat tinggalnya bersama bts. Jin yang mendengar Jungkook izin pergi ke kamar mandi menyusulnya.

"Sayang, ini aku," Kata Jin sambil mengetuk pintu kamar mandi. "Sayang, buka dulu pintunya.."

"Aku takut hyung.. a-aku takut lagi.." Jungkook terisak, meremas ujung bajunya dengan keras.

"Tidak apa sayang, hyung disini.." setelah beberapa menit hanya isakan Jungkook yang terdengar, pintu terbuka dari dalam, menampakan wajah dan mata merah Jungkook.

Jin langsung memeluknya. Membisikan kata - kata penenang dan menciumi kepalanya. Kalau sedang sedih, Jungkook memang sangat suka untuk disentuh.

"Sudah, sudah.. nanti bisa banjir bandaranya kalau Jungkookie menangis terus," candaan Jin membuat Jungkook memukul lembut dada kekasihnya. "Sudah ya? Tenang, hyung akan selalu ada di samping Jungkookie." Wajah imut Jungkook diciumi oleh Jin. Setelah mencuci muka, mereka berdua keluar dari kamar mandi dan bersiap untuk melesat ke apartment.

Benar saja, di luar bandara banyak fans dan media yang sibuk merekam dan memfoto Bts yang baru keluar dari sana. Banyak juga yang mempertanyakan perihal rumor yang sedang panas. "Jungkook-ssi, apa benar tentang rumor tattoo yang ada di tanganmu itu?"

"Apa kau tidak kasihan pada Army?"

"Jungkook bisa ceritakan kenapa kamu melakukan ini?"

Jungkook ini, Jungkook itu. Bahkan member yang lain juga ikut ditanyakan, seperti 'apakah kalian tahu tentang ini? Apa benar kalau Jungkook sudah memiliki kekasih?' Dan sebagainya.

Jin yang muak mendengarnya ingin menjawab, 'tentu! Jungkook sudah punya kekasih. Dan itu aku! Hentikan omong kosong ini!' Tapi Jin menahannya.

Jin selalu berada di samping Jungkook. Memegang pinggang dan pundaknya seperti saat Jungkook memegangnya saat 2016 lalu di bandara yang sama. Melindunginya dari orang - orang yang tidak pantas untuknya. "I love you, its okay jagiya." Bisiknya pelan. Jungkook mengangguk.

Dengan kerja keras security dan body guard personal Jungkook (si mas ganteng), merekapun bisa masuk ke van yang siap menghantar mereka ke apartment. "You did good, baby." Kata Jin di dalam van. Mengelus tangan Jungkook dan mencium keningnya.

Tiga hari setelah mereka sampai di korea, statementpun dirilis dan malam itu, Jin dan Jungkook menyelesaikan 'sesuatu' yang belum selesai saat di New Zealand.

"My home."

"Yours."

.

.

.

THE END

Note :
Setelah sekian lama, upload juga huehehe. Sorry for taking this long! Semoga suka ya chapter terakhir ini. Author mau ngucapin terima kasih sebanyak - banyaknya buat yang suka vote dan comment, gatau lagi mau bilang apa.. terharu:')

Author juga mau minta maaf kalau bukunya masih kurang apalagi endingnya yang kurang memuaskan(?).

Sekalian mau promote author's next book hehe (yg tentunya jinkook juga😉) ditunggu yaa!

Lov u all!!!!!!!!

*buku ini masih ada lanjutannya ya haha. Biar nanti suprise aja😌

Hyung, Please... | JINKOOK ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang