ENAM

1.6K 147 17
                                    

Ruko dua pintu di jalan Wijaya menjadi tujuan Anya hari ini. Waktu makan siang sengaja ia gunakan untuk mendatangi bangunan yang dulunya adalah kantor agensi Anita.

"Sagara?" Anya bergumam pelan saat melihat mobil Mercedes SUV hitam yang ia hafal plat nomornya sedang parkir di depan ruko itu. Ia sempat melihat-lihat untuk beberapa saat, tapi kaca jendela yang terlalu gelap menyulitkan Anya untuk mengetahui siapa yang ada di dalam mobil itu.

"Siang, Kak. Ada yang bisa kami bantu?" Satu dari dua resepsionis yang sedang bertugas menyapa Anya ramah.

"Siang, Mbak. Saya bisa ketemu sama pemilik gedung ini nggak ya?"

Pertanyaan Anya membuat kedua resepsionis itu saling menatap bingung. "Maaf Kak, kalau pemilik gedung ini kami kurang tahu. Tapi kalau Kakak mau, kami bisa coba pertemukan Kakak dengan Kak Putri, owner studio yoga ini."

"Oh, boleh Mbak."

Sambil menunggu Putri, Anya kembali memerhatikan mobil Sagara yang masih terparkir di luar. Mobil itu bergeming sama sekali, membuat Anya semakin penasaran siapa yang berada di dalam mobil itu.

"Halo ..." Suara renyah nan ramah mengalihkan perhatian Anya. Seorang perempuan berpostur tinggi dengan setelan khusus untuk yoga berjalan menghampiri Anya.

"Halo Kak Putri, perkenalkan saya Anya dari majalah 'HOT!'." Anya berjabat tangan sekaligus memperkenalkan dirinya.

"Oh, majalah 'HOT!'. Ada perlu apa, ya? Tadi kata stafku, kamu cari pemilik gedung ini."

"Iya, Kak. Saya cari pemilik gedung ini, Kakak tahu nggak, ya? Karena saya ada keperluan dengan pemilik gedung ini."

"Pemilik gedung ini papaku, Mbak Anya. Kamu ada keperluan apa sama papaku?" tanya Putri lagi.

"Saya mau tau darimana papanya Kak Putri membeli gedung ini. Sebenarnya, keperluan saya dengan pemilik sebelumnya, Kak."

Putri memperhatikan Anya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Rambut dicepol asal-asalan, kaos putih dilapisi jaket kulit hitam tipis, serta celana jeans dan boots hitam dengan hak 5 cm sedikit banyak menentukan jawaban apa yang harus diberikan untuk sang jurnalis.

"Papa beli dari hasil lelang bank, Mbak. Kami nggak pernah tau siapa pemilik asli gedung ini. Maaf banget ya, Mbak, nggak bisa bantu apa-apa."

Anya hanya bisa menghela nafas pasrah mendengar jawaban yang tidak sesuai ekspektasinya. Jalan buntu yang kembali ia temui hari ini memaksa otaknya berpikir keras cara apalagi yang bisa ia tempuh untuk menemukan Anita sekaligus memenangkan taruhan ini.

"Oke deh, kalo gitu makasih banyak ya, Kak Putri."

Setelah berterima kasih sekaligus berpamitan, perhatian Anya kembali tertuju pada mobil Sagara yang masih berada di posisi sama dan dalam keadaan menyala. Anya hendak pergi, tapi suara klakson yang cukup keras sukses mengagetkan dirinya.

Anya menoleh ke arah mobil Sagara. Dari kaca depan terlihat sang pemilik mobil melepas kacamata hitam lalu melambaikan tangan ke arahnya—memanggil perempuan itu untuk menghampirinya. Anya pun berusaha tak menghiraukan panggilan Sagara, tapi lelaki itu sengaja memainkan klaksonnya tanpa henti hingga Anya terpaksa menyerah.

"Apaan, sih?" tanya Anya begitu Sagara membuka kaca jendela mobilnya.

"Lo dapet info apa di dalem?"

Anya refleks memutar bola matanya sambil mendengus kesal. "Usaha sendiri, lah."

Sagara tidak lagi membalas kalimat Anya. Ia mengamati perempuan itu sebelum kembali berbicara. "Masuk, deh."

"Hah?"

FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang