DUA BELAS

1.5K 123 4
                                    

"Gimana, Nya? Udah bisa nge-drift belum?"

Kedatangan Anya dan Sagara di rumah Sagara siang ini disambut oleh Harris yang sedang menunggu mobilnya selesai dipakai Sagara dan Anya. Lelaki itu tengah menyantap makan siang yang dimasak oleh Bi Ira.

Anya tersenyum malu. "Makasih ya, Mas Harris. Mobilnya aman kok."

"Wih, ada rawon." Sagara memilih untuk tidak memedulikan Harris yang terus memperhatikannya sejak ia memasuki ruang makan. "Duduk, Nya, cobain masakan Bi Ira." Ia mempersilahkan Anya untuk duduk di sebelahnya, persis berseberangan dengan manajernya itu.

"Semoga suka dengan masakan saya ya, Non," ucap Bi Ira ramah sambil menaruh piring lengkap dengan sendok dan garpu di atas meja Anya. Tidak ketinggalan juga segelas air mineral disiapkan Bi Ira masing-masing untuk Anya dan Sagara.

"Makasih banyak, ya, Bi," balas Anya tak kalah ramah. Matanya kemudian tak sengaja menangkap sosok anak perempuan yang terlihat sedang malu-malu mencoba untuk mengetahui apa yang terjadi di ruang makan dari balik tembok dapur.

"Ga, itu siapa?" tanya Anya penasaran. Sagara menoleh ke arah yang dimaksud Anya langsung tersenyum tipis dan memanggil sosok yang ditanyakan Anya padanya.

"Tasya, sini, jangan malu-malu."

Walaupun Sagara meminta anak perempuan itu untuk tidak malu-malu, tetap saja Tasya, yang kemudian Sagara kenalkan kepada Anya sebagai anak dari Bi Ira, tersipu malu saat menghampiri Sagara.

"Halo, Kak." Tasya menyapa Anya dengan sopan.

"Tasya sama Bi Ira tinggal di lantai 3 rumah ini," ucap Sagara setelah mengenalkan siapa Tasya pada Anya. Perempuan itu pun spontan menengok ke atas saat Sagara menyebut lantai 3 rumahnya. Harris menahan senyumnya sementara Sagara terkekeh pelan.

"Lantai 3-nya nggak keliatan dari sini." Sagara melanjutkan kalimatnya, membuat Anya harus menahan rasa malunya di hadapan Harris dan Tasya. "Nanti gue tunjukin abis kita makan."

"Kakak cantik pacarnya Kak Sagara, ya?"

Pertanyaan Tasya yang tiba-tiba sukses membuat mata Anya melebar kaget sementara Harris tersedak air mineral yang sedang ia minum.

"Waduh, Mas ... Pelan-pelan kalau minum." Bi Ira dengan sigap datang menolong Harris dengan menepuk-nepuk pelan punggung lelaki itu. Bi Ira juga memberikan beberapa lembar tisu untuk Harris membersihkan bajunya yang sedikit basah.

"Tasya, naik aja yuk sama Ibu." Sadar kalau anaknya menjadi penyebab Harris tersedak, buru-buru Bi Ira membawa Tasya pergi dari ruang makan hingga tersisa Sagara, Anya dan Harris yang masih sibuk membersihkan bajunya.

"Makanya kalo minum tuh pelan-pelan aja, Mas. Nggak ada yang minta air putih lo, kok," ledek Sagara dengan senyum jahil di wajahnya. Harris melirik dengan raut wajah kesal.

Sambil kembali menyuap makan siangnya, diam-diam Anya memperhatikan Sagara yang tidak terlihat terkejut apalagi marah saat Tasya bertanya siapa Anya kepada Sagara. Lelaki itu tetap tenang, bahkan lebih sibuk menertawai Harris yang jelas kaget dengan pertanyaan Tasya. Sampai acara makan siang itu selesai dan Sagara kembali mengajak Anya pergi keluar, Anya tidak berhenti berpikir, sebenarnya siapa ia di mata Sagara saat ini?

***

"Lo mau ke mana lagi?" tanya Sagara setelah mobil yang dikendarainya meninggalkan kawasan rumahnya. Memang setelah makan siang Sagara tidak punya rencana lain untuk menghabiskan waktu bersama Anya. Ia mengizinkan Anya untuk menentukan apa yang ingin dilakukan perempuan itu di waktu yang tersisa.

"Eh, ke mana, ya? Gue juga nggak tau sih, Ga ..." Anya yang mendapat kebebasan untuk menentukan tujuan mereka sore itu kembali bingung. Dari awal kedatangan Sagara ke rumahnya, keinginan lelaki itu untuk mengajarinya menyetir sampai mengenalkan Anya dengan seisi rumah Sagara, Anya memang bingung, tidak memahami apa tujuan Sagara hari ini—apa yang diinginkan lelaki itu dari dirinya.

FallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang