Yara keluar rumah dan memandang sekitar, pastinya setelah membersihkan wajah dan merapikan penampilannya yang tadi sempat berantakan. Walau sembab di matanya jelas belum hilang.
"Gue pikir, gue nonton baru 1 jam, ternyata berjam-jam, sampai malem," celetuk Yara, duduk di kursi teras.
Lampu depan rumah juga sudah ia nyalakan, sesuai perintah Asa.
"Laper," gumamnya, "nggak ada makanan, tapi gue males masak."
Gadis itu membuang napas berat, lalu menunduk dan menyalakan ponsel, mulai membuka aplikasi untuk memesan makanan secara online.
Ketika sedang memilih makanan mana yang akan dipesan, seseorang membuka gerbang rumah Yara, membuat Yara tersentak kecil kemudian melihat orang itu.
"Asa?" kata Yara, mengerutkan kening.
Orang itu, Asa, berjalan mendekat dengan tangan kanan menenteng bungkusan. Asa tersenyum manis tanpa peduli dengan kebingungan Yara. Langsung saja Asa duduk di kursi kosong di dekat Yara dan meletakkan bungkusan tadi ke meja.
Yara mengerjap pelan, ia berkata, "Kenapa balik lagi? Kan gue nggak manggil lo."
"Nggak pa-pa, nggak ada maksud serius. Cuma mau dateng aja. Lagian gue nggak mau dateng ke lo cuma saat lo manggil gue. Kalau bisa, gue akan dateng kapan pun, tanpa lo minta," ucap Asa, menatap tepat mata Yara. Membuat Yara semakin terdiam mendengar nada serius pemuda itu.
"Ma-maksud ... lo?" tanya Yara pelan.
Tapi Asa justru tertawa pelan, lalu menepuk puncak kepala Yara sejenak. Asa menyodorkan bungkusan tadi lebih dekat pada Yara. "Ini nasi goreng, buat lo, makan!" katanya tenang.
Yara berdeham, menormalkan degup jantungnya. Gadis itu menatap depan, lalu sedikit melirik Asa dan berucap, "Gue baru aja mau go-food."
"Nggak usah, makan ini aja. Gue beli di tempat Pak Muji. Lo kalau beli nasi goreng suka di sana kan? Favorit lo." Asa berkata dengan santai sambil melepas jaketnya.
Ucapan itu membuat Yara lagi-lagi mengerutkan kening, kini dia menoleh pada Asa. Belum sempat Yara membuka mulut untuk berkata, Asa sudah mendahuluinya.
"Sebenernya gue mau bawain masakan Bunda, tapi Bunda tadi masak seafood. Lo alergi seafood."
"Sa ...," sebut Yara pelan.
"Hmm?" sahut Asa, membalas tatapan Yara.
"Lo kok jadi tau segitunya tentang gue?" Yara bingung plus kaget kini, dari mana Asa tahu tentang hal-hal tadi? Tentang nasi goreng favoritnya, tentang alerginya.
Asa gemas melihat ekspresi Yara. Setelah sempat tertawa geli, Asa berkata, "Abang lo yang cerita."
Lagi, Yara kaget.
"Gue nggak nanya," kata Asa, "abang lo cerita banyak tentang lo. Gue nggak tau juga kenapa dia bisa antusias cerita tentang lo ke gue, padahal gue orang baru di antara kalian." Asa melanjutkan kalimatnya dengan tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
YARA & ASANYA | ✔
Fiksi RemajaAngkasa Abrisam bukan lagi green flag, tapi hijau neon. ** Ayyara Khainina Liani tidak lagi percaya pada ketulusan selain dari orang tua dan abangnya. Kejadian di masa lalu menghancurkan rasa percaya Yara pada orang lain. Ia tidak pernah lagi meneri...